Cerita Dewasa Jeritan Tante Karir

erita Sex | Cerita Dewasa Terbaru | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Seks Dewasa – Jeritan Tante Karir. Melihat tante Delin yang memaki pakain kerjanya terlihat cantik dan seksi , tempat kerjanya jika hari senin sampai rabu memakai setelan blazer, jika dia melepas blazernya terlihat buah dadanya yang kencang dan padat ukurannya tidak besar besar amat tetapi jika ditambah degnan rok mini span pantatnya jika berjalan sangat kencang dan montok sekali
cerita sex tante, cerita hot tante, cerita tante hot, cerita hot tante tante, kumpulan cerita tante hot, cerita x tante, cerita tante tante hot, cerita sesk tante, cerita hot tante montok, cerita hot tante muda, kumpulan cerita hot tante, cerita tante haus, cerita ml tante tante, cerita hot tante cantik
Cerita Mesum Jeritan Tante Karir
Sering kali ketika aku main ke kantornya. Pada waktu itu aku sedang duduk di sofa dan sedang membaca majalah. Aku tidak sengaja melirik ke arah betis tante Delin yang sangat mulus dan indah, tante Delin juga selalu memakai sepatu hak tinggi warna hitam yang seksi, sehingga menambah keindahan kaki dan betisnya.

Pernah suatu kali ketika aku sedang melirik betis indahnya tante Delin, tanpa kusadari ia mengetahuinya dan melihat ke arahku. Begitu aku tiba-tiba sadar dan melihat ke arahnya, aku malu sekali, jantungku berdegup kencang. Namun tante Delin justru tersenyum kepadaku, yang malah membuatku makin jadi salah tingkah.

Tante Delin memang orangnya ramah dan baik hati, bahkan ia terkadang memberiku hadiah-hadiah kecil seperti mobil. Namun tetap saja apabila aku sedang diajak bicara olehnya, jantung ini berdebar-debar, entah kenapa.

Peristiwa yang sangat dahsyat bermula pada saat aku mampir lagi di kantornya. Hari itu sekitar jam 10 pagi, dan aku sedang duduk-duduk sambil baca majalah, namun tiba-tiba tante Delin datang dengan pakaian kerjanya yang sexy seperti biasa.

Eh, tante?,sapaku.Son kamu lagi ngapaintanyanya.Lagi baca majalah tantejawabku.Majalah apa ayo jangan-jangan kamu baca majalah porno ya ?tanyanya penasaran.Kalau ya emang kenapa tante nggak boleh yajawabku.

Nggak pa-pa koq itu berarti keponakan tante udah gede ya khankatanya.Ya tante punya Sony udah gede lo kepalanya lucu kayak Helm NAZIkataku mancing.Apanya yang gede anak manis tante nggak ngertitanyanya lagi.Ini tante burung Sony udah gede lokataku sambil nunjuk ke arah selangkanganku.Ahhh kamu nakal ya entar tante bilangin ama om kamu baru nyaho kamukatanya.Lalu, tante Delin kembali bekerja.

Di dalam ruang kerja kantor, tante Delin bekerja menggunakan komputernya, sedangkan aku sendiri bosan baca majalah lalu bermain game dengan komputerku, tepat di sebelah meja tante Delin. Saat itu kulihat tante Delin sedang sibuk dengan pekerjaannya, tentu saja kesempatan ini kugunakan sebaik-baiknya. Aku menikmati kecantikan tanteku sepuasku.

Keperhatikan wajah tante Delin yang begitu cantik, lalu buah dadanya yang padat. Karena tante Delin menggunakan rok span yang mini, maka ketika ia duduk dgn menumpangkan kakinya, pahanya yang putih mulus itu langsung terlihat, juga betisnya yang indah, kutatap habis-habisan.

Namun tiba-tiba tante Delin menatapku sambil tersenyum menggoda, Lagi ngeliatin apa kamu, Sony?katanya. Dag dig dug derrr! Astaga, aku benar-benar kaget, jantungku serasa copot, aku sangat panik, danEh.., anu, ehm, nggak kok tante, jawabku terbata-bata. Kamu nggak usah bohong sayang Nggak apa-apa kok, kalau kamu suka ama tante, katanya sambil tersenyum nakal.

Namun tante Delin malah berdiri ke arah pintu dan menguncinya, lalu menghampiriku dan berdiri tepat di depanku, bau harum parfumnya terasa olehku. Tentu saja aku jadi makin berdebar-debar nggak karuan. LaluSon, menurut Sony, tante cantik dan sexy nggak sih ?, tanyanya menggoda. Eh enggg iya tante cantik dan sexy malah jauh lebih cantik dari Tamara Maen Sky jawabku becanda sambil menunduk.

Ahhh yang bener Son eee kalau begitu Sony mau dong kalau tante Delin minta tolong? katanya sambil mengecup pipiku. Wow Perasaanku saat itu benar-benar campur-aduk, aku merasakan kelembutan bibirnya, namun bercampur dengan grogi dan bingung.

Aku hanya bisa mengangguk saja. Lalu, tante Delin memegang tanganku dan menariknya dengan lembut, sehingga aku bangun daridudukku. Son, ayo sini ikut tante, tante mau ajarin Sony sesuatu, katanya sambil menuntunku berjalan ke arah meja kerja yang kosong. Aku mengikuti semua kemauan tanteku yang genit ini.

Nah anak manis, sekarang kamu berdiri di sini dan diam dulu yah katanya. Aku berdiri dengan bersandar pada meja. Lalu tiba-tiba tante Delin mengecup bibirku dengan lembut, aku benar-benar kaget, tapi rasanya benar-benar nikmat, bibir tante Delin terasa lembut dan basah.

Aku hanya bisa diam saja sambil memejamkan mata, dan terus-terang saat itu otongku langsung naik. Kemudian, tiba-tiba tangan tante Delin, bergerak menuju celana, kayaknya dia mau melepasnya. Tante, aduhhh Sony mau diapain?, tanyaku gugup.Udah dong ahhh kamu nurut aja ya percaya deh sama tante, pasti nanti kamu suka, bujuknya sambil kembali tersenyum nakal.

Lalu, tante Delin mulai berlutut dihadapanku, dan mulai melepas resletingku, danTante jangan tante jangan ohhh, aku sungguh terasa panas-dingin, namun tante Delin tidak memperdulikanku ia malah sibuk sendiri, nampaknya nafsu birahinya sudah tak bisa lagi dikendalikan.

Setelah resletingnya terbuka, lalu tante Delin melorotkannya, karena aku tidak pernah memakai CD(habis gerah dan agak gatel-gatel gimana gicu), langsung saja otongku terjulai keluar.

Wow besar juga punya kamu Sonkatanya sambil menatap otongku dengan tatapan buasnya. Ohhh tante jangannn, ujarku lirih dengan gemetar, lututku terasa lemas. Tante Delin yang tahu akan keadaanku lalu memegang pinggangku, dan menyuruhku naik, duduk di meja.

Lalu, tante Delin memegang otongku yang sudah tegang itu. Dan ahhh genggaman jari-jari lentik tante Delin terasa sangat lembut di otongku Tiba-tiba dengan lembut tante Delin, menjilat kepala otongku perlahan, Ahhh taaannnteee jeritku lirih.

Rasanya sulit dilukiskan, pokoknya bergetar seluruh tubuhku, saat lidah tante Delin yang lembut menyapu permukaan kepala otongku. Lalu, tanpa sungkan-sungkan lagi tante Delin langsung mengulum otongku, benar-benar gila rasanya.

Ahhh tanteee aaaah. ohhh aku mengerang-ngerang, tak karuan.

Tante Delin terus mengulum-ngulum, sambil mengocok-ngocok, dan menyedot-nyedot otongku. Ruar biasa rasanya. tak terbayangkan nikmatnya Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan, yang akan keluar dari tubuhku.

Aku makin menggila mengerang-ngerang, tante Delin yang rupanya tahu waktunya telah tiba, langsung menyedot otongku kuat-kuat dan Ahhh taaannnn aaarggghhh, aku menjerit kencang, dan air maniku muncrat menyembur keluar, untuk pertama kali aku merasakan puncak kenikmatan yang tak terbayangkan bersama tanteku.

Lalu, tubuhku terkulai lemas tergeletak di atas meja.. Namun air maniku yang tadi menyembur keluar di dalam mulut tante Delin malah disedot, dihisap, dan ditelannya.

Nampaknya tante Delin rakus sekali dengan air maniku, bahkan karena saking banyaknya ada air maniku yang meleleh keluar dari mulutnya, dan melumuri sekitar bibirnya, dan dengan menggunakan lidahnya tante Delin menyapunya semua lalu menelannya.

Wow punyamu enak sayang gimana rasanya enak khan katanya sambil terus menjilati otongku.Aduhhh Sony rasanya seperti orang mabuk tapi enak tantekataku. Lalu, dengan sisa tenaga yang ada aku berjalan ke sofa panjang di ruangan itu, dan aku langsung rebah disitu dan terlelap.

Sekitar 1/2 jam aku tertidur, ketika terbangun aku merasakan suatu perasaan yang senang. Aku melihat tante Delin masih bekerja. Aku melihat dia melepas sepatunya ohhh sungguh indah kakinya. Setelah itu nampaknya perkerjaannya sudah hampir selesai.

Setelah pekerjaan tante selesai, dan mematikan komputernya, ia menghampiriku. Son badan tante pegel nih, pijitin dong sayang?, pintanya. Iya tante jawabku. Tante Delin langsung terlungkup di sofa panjang yang satunya.

Aku tertegun dengan bentuk tubuh tanteku, ohhh begitu lansing dan bokongnya yang besar ohhh serta kakinya yang sexy ohhh Ayo, kok malah bengong sih, seru tante. Eee iya tantekataku pelan. Lalu, kuusap pelan-pelan pundak tante, lalu perlahan kupijit-pijit, lalu turun pelan-pelan ke punggungnya.

Ketika hampir mencapai ke dua buah pantatnya yang montok itu, aku agak ragu. Ayo Son, jangan berhenti dong serunya.Dengan agak berdebar kutempelkan kedua telapak tanganku ke buah pantatnya yang padat berisi itu.

Wah, sungguh empuk sekali lalu kuremas-remas perlahan, Hmmm nah gitu dong pintar kamu Son kata tante Delin sambil merasakan nikmat.Setelah agak lama bermain di pantat tante Delin, tanganku kembali merayap menyelusuri paha bagian belakang dan betisnya.

Wah betis indah tante Delin yang biasanya hanya bisa kulihat dan kubayangkan saja, sekarang kuusap-usap dan kuremas-remas dengan lembut, sungguh halus sekali rasanya, mulus dan lembut Kemudian tante Delin bangun dari terlungkupnya, dan kini duduk bersandar di sofa.

Son, tolong lepas sepatu tante ! perintahnya. Akupun melakukan perintahnya, melepas sepatunya dengan hati-hati. Setelah dilepas aku lihat ujung kakinyapun sangat halus dan mulus. Son, kamu mau kan jilatin kaki tante !perintahnya.

Aku ragu tapi berikutnya tanpa ragu lagi aku ikuti perintahnya. Aku jilat telapak kaki tante Delin yang mulus itu, lalu kujilatin pula tumitnya yang berwarna merah jambu itu. Baunya khas tapi nggak bau kayak kakiku.

Ehmmmm. kamu nakal ya, tante Delin kegelian. Lalu,Terus naik ke atas dong sayang pintanya lirih. Dari telapak kaki dan tumitnya, jilatanku naik ke atas. Kujilati betis mulus dan indah tante Delin, benar-benar lembut sekali terasa di lidahku. Jilatanku terus naik ke atas, kusingkapkan setengah rok spannya ke atas, lalu kujilati paha tante Delin, membuatnya terus menerus merintih kegelian tapi pasti nikmat dong.

Son, tolong bukain CD tante yah, lalu tante Delin menyingkapkan seluruh roknya ke atas, sehingga CD-nya yang berwarna putih nampak sangat jelas di depanku. Uhuiii!, ternyata di bagian tengah CD-nya telah basah, rupanya tante Delin sudah sangat terangsang.

Tanpa membuka roknya yang disingkapkan ke atas, dengan hati-hati kuturunkan CD tante Delin. Wah luar biasa baru kali ini aku menyaksikan yang secara langsung memek seorang wanita. Memek tante Delin sangat indah, bulu-bulunya sangat lebat, bentuk bukit memeknya cembung, di tengahnya terdapat garis bibir memek yang berwarna kemeraha-merahan, sangat merangsang birahi, apalagi di pinggirannya telah nampak basah oleh cairan birahinya.

Ayo Son, jilatin memek tante ya cepet ya udah nggak tahan nih serunya. Lalu, aku dekati memek tante Delin, bau harum birahinya sangat keras tercium, mula-mula dengan perlahan aku mulai menjilati pinggiran memeknya.

Ssshhh aaahhh. ya gitu Sonnnn aahhh terusss ohhh, tante Delin mendesis-desis kegelian dan nikmat. Tante Delin duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar selonjoran di sofa, sementara aku menjilati memeknya yang udah banjir bandang.

Aku terus menjilatipinggiran memek tante Delin yang telah basah itu, rasanya asin-asin enak Setelah pinggiran memeknya, aku mulai berpindah menjilati tengahnya, kulihat di bibir memek tante Delin yang masih rapat itu terdapat cairan basah, lalu aku jilat bagian tengah yang memanjang di memeknya, laluSsssssstthhhhh terusss ohhhtante Delin mendesis panjang.

Lalu kujilati bagian dalam memeknya, kukorek dengan lidah seluruh dinding bagian dalam memeknya untuk mendapatkan cairan memeknya, sehingga membuatnya menggelinjang-gelinjang,Sonnn aaaaahhh aaahhhtante Delin terus mengerang-ngerang.

Lalu, dengan jariku aku renggangkan kedua bibir memek tante Delin, lalu sedikit diangkat ke atas, maka tampaklah ujung clitnya yang mungil yang berwarna pink. Lalu dengan sekali jilatan panjang, aku jilat memek itu, danAaaaaaaaaauuhhhhhh.

Tante Delin langsung menjerit, ia tersentak kaget. Sonnn kamu pintar sayang hhhmmm?, tanyanya sambil tetap mengerang. Gimana tante rasanya, sahutku. Enak sayang ayo terusss, katanya sambil mengerang lagi.

Aku terus menjilati clitnya, kugosok dengan lidahku, membuatnya semakin gila, menjerit-jerit dan menggelinjang-gelinjang, danAaahhh ahhh aaarghhh eehhhmm.., erangnya lagi.Lalu kusedot memek tante Delin dengan satu sedotan panjang, tiba-tiba tante Delin langsung menjerit keras,

Aaakkkhhhh. tanteee keluarrrr ohhhh, badannya mengejang, bergetar, kedua pahanya dirapatkannya ke kepalaku, dan tangannya meremas sofa itu dengan kuatnya.

Tante Delin sedang merasakan puncak kenikmatan orgasme yang luar biasa, lendir hangat orgasmenya keluar dari dalam memeknya, dan aku sedot lagi memeknya kuat-kuat, membuat erangannya semakin panjang,

Aakhhhhh Sonnnn.. eemmhhh. eemhhh.., dan akhirnya tante Delin tergeletak lemas.Setelah terbaring lemas di sofa beberapa saat, tante Delin kembali bangkit, lalu menarikku ke sofa, dan menciumku, melumat bibirku, lalu lidahnya didesakannya masuk ke mulutku. Aku yang belum berpengalaman menerima saja. Lidah tante Delin bermain di dalam mulutku, mengait-ngait lidahku, Wah rasanya geli, nikmat, dan basah

Kemudian tante Delin melepaskan lumatannya, lalu melepaskan kaosku, sehingga kini aku telanjang bulat. Kemudian tante Delin mendorong badanku agar aku terlentang di sofa. Ia menatap otongku yang sudah mulai bangun kembali, digenggamnya batang otongku, yang langsung saja membuatnya makin mengeras, lalu di kocok-kocoknya.

Mulanya perlahan, lama-kelaman makin cepat, Wah. rasanya benar-benar aduhai Lalu, tante Delin melumat batang dan kepala otongku, Waaaah.. rasanya semakin ruar biasa. Lalu, tante melepaskan lumatannya di otongku, lalu tante Delin mulai melepaskan pakaian kerjanya.

Aku bangkit dan terduduk di sofa. Melihat pemandangan itu, aku jadi deg-degan, namun kali ini sedikit bercampur nafsu. Dan akhirnya tante Delin membuka seluruh pakaiannya, termasuk BH dan CD-nya, sehingga ia kini benar-benar telanjang bulat.

Wah, ruar biasa indahnya tubuh tante Delin yang putih mulus, sangat montok dan seksi. Aku sekarang benar-benar super terangsang. Gimana Son, kamu suka tubuh tante kan pasti kamu belum pernah melihat langsung cewek telanjang, iya kan?, tanyanya sambil menggodaku.

Aku hanya tersipu sambil menganggukan kepala dengan jempol tanganku kukenyot, tante Delin tertawa cekikikanLalu tante Delin meraih tanganku, dan diletakan diatas buah dadanya yang montok. Wuih.. walau aku deg-degan, tapi rasanya sangat empuk dan lembut sekali.

Nah Son, kamu remas tetek tante yach, katanya. Tanpa disuruh dua kali aku langsung meremasnya dengan perlahan. Hmmmmmm., tante Delin mendesah.Aku terus meremas-remas dengan nikmat, danHmmmm. stthhh.. aaahhhhh terussss Sonnn ohhhh, tante Delin terus mendesah.

Namun rupanya, tegangan birahi tante Delin sudah sangat super tinggi. Tiba-tiba aku langsung diterjangnya, dipeluk, serta dilumatnya bibirku, dengan penuh nafsu. Benar-benar baru kurasakan yang namanya cumbuan dan pelukan wanita, apalagi kita sama-sama dalam keadaan telanjang bulat, jantung ini berdetak kencang. Tangan tante Delin merayap mencari otongku, lalu digenggamnya batang otongku.

Lalu, sambil dalam posisi mendudukiku, tante Delin mengarahkan ujung kepala otongku ke memeknya. Tante, Sony mau diapain, ja jangan dimasukin tante Sony. masih perjaka, kataku terbata-bata.Nggak pa-pa sayang sekarang kamu nurut tante aja ya, kata tante Delin sambil tersenyum menggodaku.

Lalu, tante Delin langsung menekan memeknya ke kepala otongku, danEnggghhhhh.., aku mengerang merasakan seretnya otongku masuk ke memek tante Delin. Sttthhh ohhh, tante Delin pun rupanya merasakan gesekan otongku dengan memeknya.

Walaupun telah basah oleh lendir memeknya, namun memek tante Delin memang masih sempit, jadi cuma sepertiga batang otongku yang baru berhasil masuk.Namun tante Delin terus memaksakan batang otongku masuk, sampai aku sendiri takut kalau batang otongku lecet.

Stthhhh aaaaaahhh, akhirnya seluruh batang otongku masuk ke dalam memek tante Delin. Sungguh luar biasa, nikmat sekali rasanya batang otongku di dalam memek tante Delin, hangat, lembab, basah, dan serasa dihisap masuk ke dalam lubang sempit yang berulir.

Kemudian tante Delin mulai menaik-nurunkan bokong dan pinggulnya, tante Delin mengocok otongku di dalam memeknya. Aaaaahhhh enaaakkk oiiii. aaaaaahhh, aku benar-benar merasakan nikmatnya yang pertama kali dengan tanteku sendiri.

Tante Delin pun tak kalah menjerit-jeritnya, Sstthhh. Aaaaaahhh Sonnn aaaaaaahhh..erangnya. Tante Delin tampaknya seperti sudah lupa daratan, dia terus menggoyangkan bokong dan pinggulnya keatas-kebawah, maju-mundur, kiri-kanan, meliuk-liukan pinggulnya, sambil mengerang-ngerang dan menjerit-jerit.

Tannn jangan keras-keras otong Sony sakitkataku.Sakit ya deh maafin tante sayang katanya sambil terus bergoyang lembut.Sampai setelah sekitar 15 menit, tiba-tiba tante Delin menjerit kencang, badannya mengejang, ditekannya memeknya ke otongku kuat-kuat, sambil mencengkram erat ke sofa.

Sonnn Aaakkkhherangnya.Aku merasakan memek tante Delin dengan sangat kuat menjepit dan mengempot otongku, rasanya memang sangat ruar biasa nikmat, dari dalam memeknnya kurasakan keluar banyak sekali cairan.

Karena merasakan jepitan dan empotan yang sangat dahsyat, tiba-tiba aku merasakan kembali sesuatu yang sangat tak tertahankan, dan akhirnyaTaaannnnn aaaakhhhhh, aku menjerit dengan kerasnya. Aku merasakan nikmatnya rasa yang luar biasa, yang tidak bisa kulukiskan, air maniku muncrat dengan derasnya di dalam memek tante Delin.

Tante Delin tersenyum nakal kepadaku, lalu memelukku, aku merasa sangat lemas.. Dan akhirnya kami berdua tertidur sambil berpelukan telanjang di sofa itu Ketika aku bangun, tante Delin tersenyum kepadaku, dan berkataSonnn, tenyata kamu hebat, tante nggak nyangka keponakan tante udah pandaikatanya sambil mengecup bibirku.

Aku hanya tersipu saja. Lain kali kamu mau kan, tante ajarin lagi?katanya. Iya tante Sony nurut tante aja, jawabku sambil menggangguk.Nah, gitu dong. Itu baru ponakan tante tersayangkatanya lagi.

Sejak saat itu, setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hubungan seks. Bahkan pernah dengan alasan mengajakku jalan-jalan, tante Delin pernah mengajakku ke apartement miliknya dan kami pun melalukannya lagi, pokoknya ruar biasa deh.

Hal-hal seperti itu terus kami lakukan sampai akhirnya aku menikah dan pindah ke Inggris. Tepatnya di kota Liverpool karena aku menjadi pemain inti dari klub Liverpool. Begitulah kisah pengalaman seks-ku yang pertama kali dahulu, yang tak dapat kulupakan
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Cerita Ngentot / Kumpulan Cerita Dewasa
More aboutCerita Dewasa Jeritan Tante Karir

Maria...Oh Maria...

Maria. Itu namaku. Kedua orang
tuaku meninggal karena
kecelakaan ketika aku berusia
11 tahun. Saat itu, aku benar-
benar sendirian. Rasa takut dan
kesepian menyerang hati dan
pikiranku. Yang paling
menyedihkan adalah, aku sama
sekali tidak pernah dikenalkan
ataupun berjumpa dengan
kerabat ayah maupun ibu. Aku
tidak pernah bertanya. Selama
ini aku hanya mengenal ayah dan
ibu saja. Dan itu sudah lebih dari
cukup bagiku. Kami bertiga
sangat bahagia.
Aku tidak ingat, bagaimana aku
bisa sampai di panti asuhan itu.
Yayasan Bunda Erika, aku
membacanya di sebuah papan
nama di depan pintu masuk
bangunan itu. Di sana, banyak
anak-anak yang sebaya
denganku. Kehadiran mereka
membuatku setidaknya “lupa”
akan kemalangan yang baru saja
menimpaku. Tidak lamapun, aku
merasa kalau aku telah
menemukan rumah baru bagiku.
Enam bulan pun berlalu.
Pada suatu hari yang cerah,
mendadak kami dibangunkan oleh
Bunda Risa, salah satu pengurus
di tempat kami.
“Ayo bangun, cepat mandi, pakai
pakaian terbaik kalian, setelah
itu kalian harus berkumpul di
aula. Kita akan kedatangan
seseorang yang sangat
istimewa”, katanya sambil
tersenyum hangat.
Dan aku pun bertanya, “Bunda,
tamu istimewanya siapa sih?
Artis ya?”
“Mungkin ya..”, kata Bunda Risa
sambil tertawa kecil.
“Karena dia adalah putra tunggal
dari pemilik yayasan ini..”
Tak kusangka, pertemuanku
dengan Erik Torian bisa
mengubah hidupku, seluruhnya.
Saat dia melewati barisan anak-
anak yang lain, dia tiba-tiba
berhenti tepat di depanku.
Senyuman misterius menghiasi
wajahnya. Dengan posisi
membungkuk, dia mengamati
wajahku dengan teliti. Temannya
yang ikut bersamanya pun ikut
memperhatikan diriku.
“Ada apa Torian? Apa kau kenal
dengan anak ini?”, tanyanya.
“Tidak”, Erik masih
memandangiku sambil memegang
mukaku, seolah-olah aku tidak
bernyawa.
“Sempurna” katanya dingin.
“Seperti boneka..”
Aku yakin sekali dia bergumam
["..boneka yang aku idam-
idamkan"]
Lalu dia melepaskan wajahku dan
langsung meninggalkanku begitu
saja.
Sehari setelah kunjungan itu,
Erik bersama temannya itu
kembali mengunjungi yayasan,
untuk mengadopsi diriku.
“Halo.. Maria” Erik melemparkan
senyum yang berbeda dari
kemarin.
“Mulai saat ini, aku-lah yang
akan merawat dan mengurus
Maria. Kamu tidak harus
memanggil aku‘ayah’ atau
sebutan lainnya, panggil saja aku
Erik.”
Sambil mengalihkan
pandangannya ke temannya, dia
melanjutkan,”Nah.., ini adalah
temanku, namanya Tomi.”
Akupun menyunggingkan
senyuman ke arah Tomi yang
membalasku dengan senyuman
hangat.
Aku sama sekali tidak percaya
bahwa ternyata Erik tinggal
sendirian di rumah megah seperti
ini dan masih berusia 24 tahun
saat itu. Diam-diam, aku kagum
dengan penampilan Erik dan Tomi
yang sangat menarik. Berada di
tengah-tengah mereka saja
sudah sangat membuatku special.
Erik sangatlah baik padaku. Dia
selalu membelikan baju-baju
indah dan boneka porselain
untuk dipajang dikamar tidurku.
Dia sangat memanjakan aku.
Tapi, dia juga bersikap disiplin.
Aku tidak diperbolehkan untuk
keluar rumah selain ke sekolah
tanpa dirinya.
Empat bulan berlalu, rasa
sayangku terhadap Erik mulai
bertambah. Hari itu, aku mulai
merasa bosan di rumah dan Erik
belum pulang dari kantor. Aku
pun menunggunya untuk pulang
sambil bermain Play Station di
kamarku. Tepat jam 10.30 malam,
aku mendengar suara pintu di
sebelah kamarku berbunyi.
“Erik sudah pulang!!”, pikirku
senang.
Aku pun berlari keluar kamar
untuk menyambutnya. Tapi, di
depan kamar Erik aku berhenti.
Pintunya terbuka sedikit. Dan
aku bisa tahu apa yang terjadi di
dalam sana. Erik bersama
seorang wanita yang sangat
cantik, berambut panjang,
kulitnya pun sempurna. Aku
hanya bisa terdiam terpaku. Aku
melihat Erik mulai menciumi bibir
wanita itu dengan penuh nafsu.
Tangannya meraba-raba dan
meremas payudara wanita itu.
“Ohh..Erik”
Pelan-pelan, tangan Erik
menyingkap rok wanita itu dan
menari-nari di sekitar pinggul
dan pahanya. Tak lama, Erik
sudah habis melucuti pakaian
wanita itu. Erik merebahkan
wanita itu ke tempat tidur dan
menindihnya, tangan Erik
bermain-main dengan tubuh
wanita itu, menciuminya dengan
membabi buta, menciumi leher,
menciumi payudara wanita itu
sambil meremas-remasnya.
“Ohh..Eriik..” Aku mendengar
desahan wanita itu.
Aku melihatnya. Aku tidak
percaya bahwa aku menyaksikan
itu semua. Tapi, aku tidak
bergerak sedikit pun. Aku tidak
bisa.
Erik pun membuka resleting
celananya dan mengeluarkan
‘senjata’nya, kedua kaki wanita
itu dipegang dengan tangan Erik
dan Erik segera menancapkan
‘senjata’nya ke liang wanita
yang sudah basah itu dengan
sangat kasar. Wanita itu
mengerang dengan keras. Tanpa
sadar, pipiku sudah dibasahi oleh
air mata. Hatiku terasa sakit dan
ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa
beranjak dari sana. Aku tetap
melihat perbuatan Erik tanpa
berkedip sambil berlinang air
mata.
Erik masih melanjutkan
permainannya bersama wanita
cantik itu, dia menggerakkan
pinggulnya maju dan mundur
dengan sangat cepat. Teriakan
kepuasan dari wanita itu pun
membahana di seluruh ruangan.
Sepuluh menit setelah itu, Erik
terlihat kejang sesaat sambil
mengerang tertahan. Erik pun
menghela napas dan beristirahat
sejenak, masih dalam rangkulan
wanita itu. Permainan berakhir.
Tapi aku masih mematung di
depan kamarnya, memperhatikan
Erik dari sebelah pintu yang
sedikit terbuka. Aku tidak mau
bergerak juga, seolah-olah aku
sengaja ingin ditemukan oleh Erik.
Benar saja, aku melihat Erik
berbenah memberesi bajunya
dan bergerak menuju pintu. Dia
membuka pintu dan melihat diriku
mematung sambil menangis di
sana. Dia memperhatikanku
sejenak dan senyuman misterius
itu hadir lagi.
Dia pun membungkukkan
tubuhnya,
“Hey, tukang ngintip cilik. Aku
nggak marah kok. Hanya saja,
aku sudah mempersiapkan
hukuman yang tepat untukmu.
Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku
temani kamu sampai kamu
tertidur. Kalau kamu capek,
besok bolos saja.”
Erik pun menggendongku yang
masih terisak kekamar tidurku.
Dan semalaman dia tidur sambil
memelukku dengan hangat.
“Aku..aku..sayang Erik”
“Erik adalah milikku..hanya milikku
seorang”
Pikiranku berputar-putar
memikirkan hal itu. Tak lama, aku
pun tertidur lelap.
Hari ini adalah ulang tahunku
yang ke-14. Aku senang sekali,
karena Erik telah mempersiapkan
sebuah pesta ulang tahun
untukku di sebuah hotel bintang
5. Ballroom hotel itu sangat
indah, Erik mempersiapkannya
secara spesial. Aku pun
mengenakan gaun berwarna
putih yang baru dibelikan Erik.
Kata Erik, aku sangat cantik
dengan baju itu,“Kamu cocok
sekali dengan warna putih,
sangat matching dengan warna
kulitmu.. Dan lagi, sekarang..
kamu semakin cantik.”
Teman-teman perempuanku juga
berdecak kagum melihat
penampilanku saat itu.
“Kamu cantik ya Maria?
Beruntung sekali kamu punya
ayah angkat seperti Erik..”
Kata Sara, teman baikku sambil
tertawa meledek. Sara melirik ke
arah Erik yang sedang duduk di
meja pojok bersama Tomi.
“Hey Maria, Erik itu ganteng
banget ya? Temennya juga..”
ujar Sara sambil tertawa kecil.
Aku pun hanya bisa tertawa, aku
pun menetujuinya. Akhir-akhir ini,
kami memang jadi sering
membicarakan soal cowok.
Mungkin karena puber. Tak lama,
Aryo temanku yang sepertinya
suka denganku datang, sambil
menyerahkan hadiah, dia
mencium kedua pipiku. Tanpa
sadar pipiku bersemu merah.
Setelah pesta usai, Erik
mengajakku istirahat di kamar
hotel. Aku lumayan capek, tapi
aku senang. Dan setiba di kamar,
aku memeluk Erik sambil
mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih Erik..aku sayang
sekali sama Erik..”
Erik pun membalas pelukanku
sejenak dan kemudian
melepasnya, dan dia memegang
kedua lenganku sambil
memandangku dengan serius. Aku
pun merasa heran dan sedikit
takut.
“..Erik? Kenapa? Marah yaa?
Aku..melakukan kesalahan apa?”
Tanpa banyak bicara, Erik
menggeretku ke tempat tidur,
mencopot dasinya dan
menggunakannya untuk
mengikat kedua tanganku
dengan kencang. Aku memekik
dan mulai menangis.
“Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!”
Dia melihatku dengan pandangan
marah. Kemudian berteriak,
“Kenapa??!! Kenapa katamu?!
Kamu itu perempuan apa??!!
Masih kecil sudah kenal laki-laki!!
Sudah kuputuskan! Kamu harus
di hukum atas perbuatanmu
barusan dan perbuatanmu 2
tahun yang lalu!!”
Deg. Jantungku terasa berhenti
mengingat kejadian itu.
“Erik marah..”, pikirku.
Aku pun merasa ketakutan. Aku
takut dibenci. Aku tidak mau
kehilangan lagi orang yang
kusayangi.
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku
dengan sangat kasar sehingga
menjadi robek. Aku berteriak.
“Ini akibatnya kalau jadi
perempuan genit!!”
Erik menariknya lagi untuk kedua
kalinya, pakaian dalamku semakin
terlihat. Celana dalamku juga
akan dilepasnya.
“Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak
ketakutan.
Terlambat, aku sudah telanjang
total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah
yang masih menyembunyikan
bagian-bagian tubuhku sedikit.
Erik melihatku dengan penuh
nafsu. Nafasnya terdengar berat
penuh dengan kemarahan dan
birahi. Dia pun menahan
tanganku yang terikat dan
mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“Aku harus menjadi orang
pertama yang..”
Erik tidak menyelesaikan kata-
katanya dan mulai melumat
bibirku dengan sedikit kasar.
“Hmmphh..”
Untuk pertama kalinya aku
merasakan ada getaran yang
aneh pada tubuhku. Sensasi yang
tidak pernah kurasakan
sebelumnya.
Erik terus berlanjut menciumku,
aku bisa merasakan lidahnya
memijat lidahku. Aku pun
mengikuti permainannya, sedikit
takut, sedikit ingin tahu. Erik
mulai meremas-remas
payudaraku yang belum tumbuh
seutuhnya.
“Ahh..”
Aku mulai menikmati getaran
aneh pada diriku.
“Panas..badanku terasa
panas..Erik..” pikirku dalam hati.
Erik melanjutkan ciumannya ke
leher dan menggigitnya sedikit,
remasan tangannya di
payudaraku makin kuat.
“Ahh..!!” nafasku makin memburu.
Tiba-tiba Erik berhenti dan
melihatku sambil tersenyum
misterius.
“Hmm..kamu menyukainya bukan?
Ya kan, setan cilik?”
Mukaku bersemu merah, tapi
terlalu takut untuk berbicara,
tubuhku bergetar hebat. Erik
melepaskan kemejanya dan
celananya, masih memandangiku.
Aku terlalu malu untuk
memandang wajahnya.
“Aku rasa, kamu sudah siap
untuk permainan selanjutnya..”
Erik tertawa kecil, sedikit
kemarahan masih tersisa pada
dirinya. Erik kembali menciumiku,
kali ini dia meremas payudaraku
sambil menghisapnya.
“Hhh..!!”
“Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak
apa-apa.” pikirku.
Aku memejamkan mataku erat-
erat ketika Erik mulai
memasukkan‘senjata’nya ke
dalam diriku.
“Emm..” aku tidak berani bilang
kalau aku merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan dia
memasukkannya dengan kasar.
“Aaahh..!!”
Aku menjerit dan mulai menangis
lagi.‘Senjata’nya sudah
memasuki diriku seutuhnya dan
sakit yang kurasakan itu sedikit
aneh, ada kenikmatan di
dalamnya. Aku mulai sedikit
meronta sambil berteriak. Tapi
Erik menahanku dengan kuat.
Erik menciumi diriku yang
bergetar hebat dengan sedikit
paksa. Bosan dengan posisinya,
Erik membalikkan posisi tubuhku
menjadi telungkup.
“Erriik..!! tidaak!!” aku sangat
malu melakukan posisi itu.
Tetapi Erik tidak peduli dan
melanjutkan kembali
permainannya. Setiap kali tubuh
Erik menghentak, aku menjerit
sekeras-kerasnya. Erik
melakukan gerakan menghentak
itu secara teratur, dan tiba-tiba
aku merasakan getaran yang
sangat hebat dalam diriku, aku
merasakan‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di
tubuhku menjadi tegang. Aku pun
berteriak lebih keras dari
sebelumnya.
“Ohh..Maria.”
Aku merasakan tangan Erik
meremas pinggulku dengan kuat.
Tubuh Erik mengejang, dan
cairan deras pun mengalir dari
‘liang’ku. Aku mendesah panjang.
Tubuhku masih bergetar. Erik
masih menindihku dan mulai
menciumi punggungku.
“Hhhmm.. pilihanku memang selalu
tepat”, gumamnya.
Aku memilih untuk diam. Erik
bergeser ke sampingku. Dia
memandangiku yang masih
berlinang air mata. Tersenyum
Erik mengecup kepalaku sambil
mengelusnya.
“Maria, kamu adalah milikku
seorang.. tidak ada satupun yang
boleh menyentuhmu tanpa seizin-
ku.”
Erik memeluk tubuhku yang kecil
dengan erat.
“Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku
akan melakukan apa saja yang
kau perintahkan, asal kau tidak
membenciku.” Aku masih terisak.
“Anak bodoh.. Aku tidak akan
pernah membencimu Maria..”
Pelukan Erik semakin erat.
Mukaku terasa panas. Dan aku
segera membenamkan diriku ke
dalam pelukan Erik.
“Terima kasih..Erik.
More aboutMaria...Oh Maria...

Tante Ella Yang Hot

Kisah percintaanku dengan
wanita setengah baya sangat
mendebarkan. Setidaknya itu
menurutku.Karena untuk bisa
tidur dengan mereka, aku harus
melakukan berbagai rayuan
halus.Berikut adalah kisahku
dengan Ella, seorang janda
dengan satu orang anak.
Ella, 35th,adalah seorang wanita
sederhana. Wajahnya keibuan
dengan kulit
kuninglangsat.Entah kenapa aku
punya hasrat tinggi padanya.
Padahal kami selama ini hanya
berteman biasa. Itu berawal
ketika kami sedang berkumpul di
sebuah villa. Kami kebagian satu
kamar bersama.
“Kamu cantik sayang,”pujiku
pelan ke telinganya.
Sementarasi kecil tertidur di
ranjang kecil di samping kami.
Ellamenyandarkan kepalanya di
bahuku. Kuusap kepalanya yang
terbalut jilbab biru itu.Tubuh
ramping padat itu kupeluk erat.
Ella menoleh ke arahku.Tapi
bibirnya masih kelu. Ia
membiarkan aku mengendalikan
suasana yang romantis.
Pelan-pelan kami berpagutan
lembut. Ella memejamkan mata,
memainkan bibirku yang basah.
Tangankumeremas-remas
payudaranya yang masih
tertutup jilbab itu.
Ellaterperanjat, tapi mengerti
keinginanku. Kemudian,
dilepasnya penutup kepala dan
jilbabnya.
Sepasang buah dada dibalut bh
warna putih terpampang indah di
depan mataku.
Ellamemajukan dadanya ke arah
wajahku dan membenamkan
wajahku.
Oh,aroma payudara yang segar
menerpa hidung dan bibirku.
Kujilati seluruh bh dan sebagian
gumpalan daging kenyal itu.
Ella mendesis, menikmati
perlakukanku.
Haruskuakui ukuran payudara
janda manis ini besar, 36C. Tentu
saja aku semakin tergoda untuk
menjilati putingnya.
Ellamelepas bh itu dan terjatuh
di atas lantai.
“Kamu suka kan?”tanyanya
menggoda.
“Ya, aku suka yang besar
seperti ini,”sahutku.
Puting coklat muda itu lantas
kusergap dengan bibirku. Kujilati
dengan leluasa, penuh perasaan.
Ella mencoba menahan gejolak
akibat perlakukanku. Desahan
nafasnya semakin memburu.
Tangankuyang kanan meremas-
remas buah dadanya yang satu
lagi.ouhhhgg…luar biasa kenyal
dan padat.
Akumembiarkan Ella melepas
restleting jinsku. PEnisku yang
keras di dalam cd menanti
sentuhan lembut jemarinya.
“Boleh kan sayang?”tanyanya
menggoda.
Aku senyum dan sejurus
kemudian, aku mabuk dibuatnya.
Betapatidak Ella, menggenggam
penisku yang besar dengan
tangan kanannya. Dengan lembut
dielus-elusnya, terutama di
bagian kepala penisku yang
memerah.
Sikecil terbangun dan
memandangi aksi ibunya. Tapi Ella
hanya menatap buah hatinya itu
sekilas, karena ia kemudian telah
menjilati bagian-bagian penisku
yang keras.
Airliur Ella telah membasahi
penisku. Tiap kali ia menghisap
ujung penisku, aku dirasuk rasa
nikmat amat sangat.
Si kecil mendekati ibunya. Sekali
ini Ella berhenti dan mengusap-
urap rambutnya si kecil.
Kesempatanini tak kusia-
siakan,kuremas-remas sepasang
payudaranya yang besar dan
indah itu dari arah belakang.
Setelah itu, kujilati pinggulnya
yang masih dibungkus celana
dalam mini berwarna putih
berenda itu.
Sikecil duduk di lantai masih
tetap memandangi aksi-aksi kami.
Mungkinia bingung melihat
perbuatan kami.
Dalamposisi menungging, pantat
Ella kujilati dan kuremas dengan
gemas. PAntat yang besar, bulat
dan menggoda.
Ella masih menungging dan
meminta aku untuk memulai
permainan.
Ujungpenisku kuarahkan tepat
ke vaginanya yang tersempil di
belahan pahanya. Dari posisi ini,
aku harus membuatnya
nyaman.Kudorong pelan dan itu
cukup membuat Ella menggeliat
mesra.Pelan-pelan irama
kutingkatkan hingga ranjang
kami berguncang.Bahkan
sepasang buah dada Ella
terayun-ayun dengan
lembut.PAntat Ella mengeluarkan
bunyi-bunyian khas akibat
beradunya tubuh kami.
Luar biasa Ella, ia sangat
menikmati permainan ini. Ia
kemudian tidur dalam posisi
miring. Ini salah satu gaya
favoritku juga. Sepertinya ia
memamerkan bentuk pinggulnya
yang luar biasa indah itu ke
hadapanku.
Lewatpantulan cermin besar di
tepi ranjang kamu saling
tersenyum. Ella meraih batang
penisku dan memasukkan ke
dalam vagina miliknya. Kugoyang
dengan lembut.Sementara
sepasang payudaranya kuraih
dengan satu tangan dan
kuremas-remas gemas.
“ohhh….”Ella merintih nikmat.
Aku terus memompa vaginanya
dengan sekeras-
kerasnya.Rintihan Ella semakin
keras dan liar. Tak terhitung
berapa kali ia mengalami
orgasme.Sampai akhirnya, ia
meminta aku untuk
mengeluarkan sperma ke dalam
mulutnya.
Semburan cairan kental bening
membasahi bibirnya yang mungil.
“Kamu hebat banget
sayang,”katanya sambil menelan
sisa-sisa sperma di dalam
mulutnya.
Tapipermainan itu belum usai,
karena Ella masih tetap meminta
aku untuk membahagiakannya.
“Puaskan aku sayang…aku belum
pernah sebahagia ini,”katanya.
Sifat lembut Ella memang
menaikkan ketegangan penisku.
Ia juga tak bosan-bosan
menyuguhkan puting-putingnya
ke arahku. Aku mengulumnya
dengan lembut, seperti bayi
disusui ibunya. Ella memang
berperan seperti itu. Perbedaan
usia kami 7 tahun, membuat ia
lebih bersabar menghadapiku.
Tak bosan-bosan aku
mempermainkan sepasang buah
dada milik Ella yang kenyal
tersebut.
Kemudian kami bercinta lagi.
Sekali itu Ella di posisi bawah.
Setengah jam lamanya, aku dan
dia larut dalam irama cinta yang
dahsyat. Ella menggeliat, meronta
ataumerintih. Menahan setiap
tusukan batang penisku yang
menembus liang vaginanya yang
mulai basah.
Demikian pembaca, kisahku
dengan Ella. Buat Ella sayang, aku
tetapakan siap untuk
membahagiakan kamu.
More aboutTante Ella Yang Hot

Diperkosa Kuli Bangunan

Cerita Seks ini adalah diceritakan
kembali oleh salah seorang
korban pemerkosaan. Demi situs
Cerita Sex Indonesia ini agar
para pembacanya senang. Yuk
kita baca aja cerita sex seru
yang satu ini. Dijamin deh cerita
seks yang kami hadirkan tak
pernah ada dalam situs cerita
seks manapun . Tomi adalah
seorang mandor buruh sebuah
pabrik yang usianya bisa dibilang
sudah paruh baya. Garment di
kawasan Bandung. Dia bekerja
sebagai seorang pengawas buruh
dibagianproduksi. Perangainya
cukup sangar sikapnyapun tegas
terhadap para buruh-buruh
yang bekerja disitu. Dia tidak
pelit dengan kata-kata kasar
dan caci maki terhadap para
buruh yang melakukan
kesalahan. Bagi para buruh tidak
ada pilihan lain selain bekerja
dibawah tekanan mandor Tomi
karena memang mencari
pekerjaan lain sangatlah sulit.
Tomi diangkat oleh perusahaan
sebagai seorang mandor karena
dia memiliki latar belakang
kehidupan yang keras, memang
dia adalah seorang preman
disebuah kawasan yang rawan
kriminal di Bandung. Dengan
harapan kedudukan Tomi sebagai
mandor buruh, maka para buruh
akan segan dan takut terhadap
perusahaan.
Saatini ada seorang mahasiswi
yang kebetulan sedang tugas
magang di pabrik itu namanya
Ani, usianya masih 19 tahun dan
dia adalah seorang mahasisiwi
Fakultas Teknik Industri pada
sebuah perguruan tinggi negeri
yang terkenal di kota Bandung.
Ani cukup lincah dalam bekerja.
Gadis cantik itu pintar dan rajin
dalam melakukan tugas-
tugasnya. Dia memiliki wajah yang
imut-imutdan cantik sekali
seperti mojang-mojang Bandung
umumnya yang memiliki kulit
putih bersih. Selama bekerja
magang di pabrik itu, Tomi sering
memperhatikan Ani. Potongan
tubuhnya sintal padat
proporsional dengan tinggi
tubuhnya yang sekitar 160-an
cukup membuat Tomi tertarik
perhatiannya kepada Ani.
PenampilanAni memang lain
dibandingkan dengan gadis-gadis
lainnya. Ani lebih senang
menggunakan celana jeans dan
baju yang ketat seperti
umumnya penampilan seorang
mahasiswi sehingga lekuk-lekuk
tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah
yang membuat para lelaki
dipabrik itu sering memandangi
kemolekan tubuh Ani. Begitu pun
dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat
keindahan dan kemolekan tubuh
Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani
karena dia lebih serius untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya
selama magang di pabrik itu.
SesekaliTomi menyempatkan diri
untuk memasang muka ramah
dan bercakap-cakap dengan Ani
hanya sekedar menukmati
kecantikan wajah gadis tersebut.
Padahal dengan karyawati atau
buruh wanita yang lainnya boro-
boro dia memasang muka ramah
yang ada selalu tampang sangar
yang diperlihatkannya dan
ucapan-ucapan yang jauh dari
keramahan. Singkat kata Tomi
telah jatuh hati berat kepada
Ani, mahasiswi cantik itu.
Padasuatu hari menjelang
berakhirnya masa kerja magang
Ani di pabrik itu, Tomi
memberanikan diri untuk
mengutarakan isi hatinya. Sore
hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa
percaya diri dan nekat dia
utarakan keinginannya untk
menjadi pacar serta pendamping
hidup Ani. Namun, pada akhirnya
keadaan berubah dan
merupakan titik balik perasaan
Tomi, dari rasa cintanya kepada
Ani berubah 180 derajat menjadi
benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-
mentah oleh Ani. Dengan alasan
selain perbedaan agama, usia
yang terpaut jauh dimana Tomi
saat ini telah berusia 38 tahun
sedangkan Ani baru 19 tahun
selain itu juga terdapat
beberapa sifat Tomi yang tidak
cocok dengan Ani. Seperti
diketahui latar belakang Tomi
adalah seorang preman,
pemabok dan penjudi.
Sejakitu hati Tomi menjadi
panas, kesal dan marah atas
jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam
terhadap Ani. Dan diapun
merencanakan akan berbuat
sesuatu terhadap Ani, “Hmmm…
tunggu tanggal mainnya gadis
sombong… puih !!!” batinnya.
Seminggu kemudian, pada sebuah
Malam disebuah lorong yang
gelap tampak sekelompok orang
berjalan mengendap-endap.
Mereka ada Tomi berserta
beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep,
Ujang, Cecep dan Afung,
tampang-tampang mereka lusuh-
lusuhdan kumal-kumal, tampang
khas para preman.
“Sstt… sebentar lagi dia lewat
kesini”, bisik Tomi kepada kawan-
kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”,
balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan
nihh… udah pingin nyodok tuh
cewek”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr…
semua pasti dapat tanda
tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang
kasih pelajaran tuh cewek…”,
lanjut Tomi.
Malamitu mereka memang
tengah menghadang Ani pada
suatu tempat didekat tempat
kost Ani. Tempat penghadangan
itu memang sepi dan hanya
terdapat beberapa rumah
kosong saja dan sebuah
lapangan luas yang mengelilingi
rumah kost Ani. Sehingga Tomi
dan kawan-kawannya merasa
cocok dengan tempat itu sebagai
lokasi penghadangan.
Animemang lebih memilih untuk
tinggal disebuah rumah kost
yang sepi, agar supaya dia bisa
lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ani tidak
lagimagang di pabrik itu, Tomi
menyibukkan diri dengan mencari
data-data diri Ani serta
mengamati kegiatan-kegiatan Ani
sehari-hari. Termasuk
membuntutinya pulang-pergi dari
kost-kostannya menuju
kekampus sehingga dia tahu
betul kegiatan serta route-
route pulang-pergi Ani. Hingga
akhirnya dipilihlah tempat itu
sebagai tempat yang ideal dalam
menghadang korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil
menunjuk kesebuah bayangan
yang mendekat kearah mereka
berkumpul.
“Tak salah lagi, tepat pukul 7
malam pasti tuh cewek lewat
sini” lanjut Tomi sambil
tersenyum melihat sasarannya
mendekat.
Tapisejenak Tomi agak bimbang
karena bayangan yang
mendekat itu ternyata ada dua
sosok.
Tetapi setelah diamati secara
mendalam ternyata kedua-
duanya adalah sosok bayangan
wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu
lagijuga sosok wanita. Maka
tanpa keraguan lagi dia pun
mulai memutuskan untuk
menjalankan operasi
penyergapan itu.
“Ah itu dia pengantin
wanitaku…”, gumam Tomi.
“Ok…jalan kan tugas masing-
masing ! awas jangan sampai
luput…”, perintah Tomi kepada
teman-temannya.
“Ada dua boss, yang satunya
gimana nih ?”, tanya Asep.
“Ah sikat aja…”, jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep,
Cecep dan Afung bergerak
menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapunmenghadang Ani
beserta temannya,
Anipunnampak kebingungan
mendapati dirinya dihampiri oleh
empat lelaki yang tidak
dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak
sekitar 10 meter, suasanya
hening sejenak. Dari tempat Tomi
berdiri sayup-sayup terdengan
pembicaraan serius diantara
Asep dan Ani.
Beberapa detik kemudian
suasana berubah, secepat kilat
Ani diringkus oleh Cecep dan
Afung yang memiliki tubuh tegap.
Sedangkan temannya diringkus
oleh Asep dan Ujang. Ani serta
temannya mencoba melawan dan
meronta-ronta akan tetapi
beberapa pukulan dilayangkan
oleh Cecep dan Afung dan
akhirnya Anipun pingsan. Setelah
itu tubuh tak berdaya itu
dibopong oleh Cecep.
Sementaraitu teman Ani yang
juga meronta ronta dibekap dan
dipukuli oleh Ujang hingga
akhirnya tak sadarkan diri pula.
Lantas tubuhnya digendong oleh
Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar
Asep kepada Tomi yang kemudian
keluar dari persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita
bawa ke rumah kosong itu”,
perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan
dengan sukses, sasaran telah
dilumpuhkan dan kini siap
“diproses”. Didalam rumah kosong
itu tubuh Ani dan temannya
dibaringkan disebuah dipan kayu.
Kedua tangannya Ani diikat
kebelakang.
Setelahlampu diruangan itu
dinyalakan, kelima orang yang
telah dirasuki nafsu itupun
menggunam terkagum-kagum
melihat kecantikan dan
kemolekan tubuh Ani yang
tengah tergolek pingsan. Dia
menggunakan kaos lengan
panjang serta jeans birunya
yang kesemuanya berukuran
ketat sehingga kemolekan
tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita
satunya yang juga ikut
dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina,
temannya Ani… wah… wah… sial
sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani,
usianya lebih muda dari Ani yaitu
16 tahun, dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMU. Dina
adalah keponakan dari pemilik
kost dimana Ani tinggal.
Dinajuga memiliki wajah yang
manis, tubuhnya mungil namun
padat.
“OK jatah gue si Ani… ini
pengantin gue, yang satunya
boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada
nyingkir deh, silahkan elo bikin
pesat sendiri sama si Dina itu,
dan jangan ganggu malam
pengantin gue, OK!”, ujar Tomi
kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta
sendiri”, ujar Asep. Dan
menyingkarlah ke-4 teman-
teman Tomi sambil membopong
Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita
nikmati malam pengantin kita
sayang…”, bisik Tomi kepada Ani
yang tengah pingsan.
Dengansenyum kemenangan
Tomi memandangi gadis itu yang
tengah tergeletak di sebuah
dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…”
ujarnya dalam hati.
Keduatangannya bergerak
meraba Payudara gadis itu.
Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan
kini kedua tangannya dengan
ganas meremas-remas payudara
Ani yang kalau terlentang
terlihat membukit.
Setelahpuas meremas-remas
payudara Ani, kini Tomi
mengeluarkan pisau lipatnya
yang memang selalu dibawanya
kemana-mana sebagai senjata.
Dengan kasarnya kemudian Tomi
merobek-robek baju kaos lengan
panjang Ani, hingga tinggal bh
putihnya saja yang menutupi
kedua payudaranya. Namun
akhirnya diputuskannya tali bh
itu dan dicampakannya bh itu
kelantai sehingga kini terlihatlah
kedua gundukan indah payudara
Ani. Setelah itu serta merta
dengan bernafsu dikulumnya dan
dijilat-jilatnya kedua payudara
itu dengan sesekali digigit-
gigitnya kedua puting payudara
itu.
Puas dengan bagian payudara
kini Tomi melepas celana jeans
yang dikenakan Ani, sreett…
sekali tarik terlihatlah bagian
bawah dari Ani dengan celana
dalamnya yang berwarna putih.
Kedua mata Tomi kembali
terbelalak melihat pemandangan
indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan
dipangkal pahanya itu.
Sedangasyik asyiknya
mengusap-usap gundukan
kemaluan Ani, tiba-tiba
terdengar suara kegaduhan dari
ruang sebelah. Tomipun
menghentikan aktifitasnya lalu
bangkit seraya berlari mendekati
arah suara itu. Sesampainya
disuatu ruangan asal muasal
suara itu, matanya kembali
terbelalak melihat pemandangan
erotis yang tengah terjadi
diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya
memuncak melihat pemandangan
diruangan itu. Diruangan itulah
Tomi melihat Dina yang rupanya
telah sadar tengah “dibantai”
oleh Asep, Ujang, Afung dan
Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi
merangkak nampak tengah
disodomi dari belakang oleh Asep
yang memiliki badan yang jauh
lebih besar daripada Dina. Asep
dengan sangat keras dan
kasarnya mengocok-ngocok
batang kemaluannya didalam
lobang anus Dina. Mula-mula Dina
meraung-raung ampun-ampunan
karena kesakitan, namun
teriakan-teriakannya tidak
berlangsung lama karena
kemudian dimulut Dina telah
tertanam batang kemaluan
Ujang. Ujang memposisikan dirinya
didepanDina, setelah berhasil
menyumpalkan batang
kemaluannya didalam mulut Dina
kemudian dengan tangan kirinya
yang memegang kepala Dina dia
paksa kepala Dina untuk
bergerak maju mundur.
Ujangdan Asep nampak sangat
menikmati keadaan itu, mereka
mendesah-desah merasakan
nikmatnya bagin-bagian tubuh
Dina itu. Tak berapa lama
kemudian merekapun
berejakulasi. Asep menyemburkan
spermanyadidalam lubang anus
Dina dan sejenak kemudian Ujang
memuntahkan cairan spermanya
didalam mulut Dina. Nampak Dina
megap-megap dibuatnya di saat
harus menelan cairan sperma
Ujang yang cukup banyak.
Setelahitu kedua orang tadi
menyingkir dan posisinya
digantikan oleh Cecep. Cecep ini
baru berusia 23 tahun, namun
perawakannya besar dan tinggi,
batang kemaluannyapun nampak
telah mengacung membesar dan
siap menelan mangsa. Kini Cecep
bersiap-siap menyetubuhi Dina,
direntangkannya tubuh Dina
yang kepayahan itu dan
langsung ditindihnya.
“Oouugghhh…”, Dina melengking
disaat kemaluan Cecep yang
besar itu melesak kedalam liang
vaginanya. Pemandangan ini
sudah cukup untuk
membangkitkan birahi Tomi
diapun berjalan meninggalkan
ruangan pembantaian Dina itu
dan kembali menghampiri Ani
pasangannya.
Tiba-tibaAni terbangun dan
membuka mata. Ani kaget
mendapati kedua tangannya
terikat dan keadaan tubuhnya
hanya tinggal celana dalam. Dan
lebih kaget lagi ketika
dihadapannya melihat Tomi
tertawa terkekeh-kekeh
menyaksikan dirinya yang tak
berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi
cewek jangan sombong. Jadi
terpaksa elu gua kerjain deh?”
Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus
bisa memuaskan gue, kekasih
elo” lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia
tahu apa yang akan terjadi pada
dirinya, badannya mulai gentar,
mukanya memucat. Air matanya
mulai meleleh seiring dengan
kata-kata ampunan yang keluar
dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan
sakiti aku…”, pintanya sambil
terisak-isak. Permohonannya ini
nampaknya semakin membuat
Tomi terangsang.
Satupersatu dilepaskannya baju
dan celananya hingga akhirnya
telanjang bulat. Badan Tomi
nampak gemuk dengan perut
yang membuncit, beberapa
gambar tatto nampak menghiasi
tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah
menegang keras, ukuran juga
besar dengan ujungnya yang
telah basah. Ani semakin
merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus
menangis. Dia sadar akan
diperkosa. Tomi kemudian
bergerak mendekati Ani dan
meraih kepala Ani. Belum sempat
berteriak, mulut Ani tiba-tiba
dijejali dengan batang
kemaluannya yang sudah
menegang dan membuat gadis itu
tersedak.
Aniberusaha terus menutup
mulutnya namun setelah jempol
dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun
membuka mulutnya sebagai
reaksi karena kekurangan
oksigen. Langsung mendapat
kesempatan itu dihujamkannya
batang kemaluannya kedalam
mulut Ani. Dia tak bisa berbuat
apa-apa karena Tomi memegang
kepala gadis itu. Rasa mual
membuat Ani hampir muntah dan
berusaha melepaskan kemaluan
Tomi di mulutnya. Tomi gerak-
gerakkan batang kemluannya di
mulut gadis itu, maju-mundur dan
diputar-putardidalam rongga
mulut Ani. Selama sepuluh menit
Tomi menjejali mulut gadis itu
dengan batang kemaluannya.
Puasdengan itu kemudian Tomi
mengeluarkan kemaluannya dari
mulut gadis itu. Ani langsung
mencoba berteriak tapi Tomi
cepat-cepat membekap mulutnya
danberkata, “Diem lu, jangan
berteriak atau gue bunuh
kamu?”, sambil menempelkan
pisau lipatnya. Ani terdiam
karena takut ancaman itu. Dan
hanya bisa menangis sampai
gadis itu kelelahan dan lemas.
Setelah sejenak menikmati wajah
Ani, kini Tomi menurunkan celana
dalam putih Ani dan
melemparkannya ke lantai,
Anipun hanya bisa pasrah tanpa
perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget…
waw indah sekali…?” bisik Tomi
kepada Ani.
Memanggadis seusia Ani memiliki
kemaluan yang indah, masih
perawan, bulu-bulunyapun tipis
dan halus-halus tumbuh rapih
berjajar disekitar lobang
vaginanya.
Keduatangan Tomi kembali
meremas-remas payudara gadis
itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya.
Kembali Ani berteriak lagi,
kembali pula Tomi ancam Ani “Lu
bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain
kontol gue ini…pasti nikmat.?”
Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai
malam pengantin kita, hahaha…”,
sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh…
jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani
memelas.
TapiTomi tak peduli dengan
ucapan gadis itu.
Diapunjongkok didepan Ani, dia
angkat pahanya dan
melebarkannya. Kepala Tomi
menunduk memperhatikan
kemaluannya Ani yang ditumbuhi
bulu-bulu tipis. Kepalanya
bergerak dan mulutnya mulai
menjilati kemaluan gadis itu.
Mendapatkanperlakuan itu
badan Ani langsung menggeliat-
geliat suaranya terengah-engah
merasakan kemaluannya kegelian
karena dijilati. Hanya suara
erangan gadis itu saja yang
terdengar, “Ehhmmhh… engghh…
ouuhhh… oohh… dst”. Sementara
mulut Tomi terus menjilati
kemaluan Ani, tangannya
bergerak ke atas dan memijat-
mijat payudara Ani serta
mempermainkan putting susu
gadis itu.. Ani menggeliat antara
sakit, geli dan takut.
Tiba-tibaAni mengangkat
pinggulnya dan mendesah lemah.
Rupanya Gadis itu telah orgasme.
Dari vagina gadis itu keluar
cairan. Ketika melihat bibir vagina
gadisitu telah basah, cepat-
cepat Tomi mengarahkan
kontolnya yang sudah menegang
dan mendekatkannya ke bibir
vagina gadis itu. Sambil
memegang pinggul gadis itu, Tomi
melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt…
oouughhh… a.. ammpunn… pak..
oouhhh…”, Ani merintih tajam
tubuhnya menegang kaku
menahan rasa sakit dipangkal
pahanya. Walaupun dengan susah
payah akhirnya Tomi berhasil
menanamkan batang
kemaluannya masuk amblas ke
dalam lubang kemaluan Ani. Ani
menjerit kesakitan, badannya
meregang kesakitan. Sejenak
Tomi merasakan kenikmatan
hangatnya lobang kemaluan Ani
dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa
memijat-mijat batang
kemaluannya.
Akhirnya Tomipun mulai
mengerakkan kemaluannya maju
mundur. Tangannya memegang
pundak gadis itu sedang
mulutnya menciumi bibir dan pipi
Gadis itu. Ani mendesah-desah
dan mengerang-erang membuat
Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-
mundurkan kemaluannya itu.
“Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh…
dst”, Ani mengerang-ngerang.
Tubuh keduanya telah dibanjiri
oleh peluh seolah-olah mereka
sedang mandi.
Puasdengan posisi itu kini Tomi
mencabut kemaluannya dan
membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang
gadis itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi
menghujamkan kontolnya yang
kini ke dalam liang dubur gadis
itu.
“Aaakhhh…!!!”, Ani kembali
memekik kesakitan, badannya
kembali mengejang keras
menahan sakit yang teramat
sangat ketika liang anusnya
dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelahtertanam, Tomi kembali
memompa dengan gerakan yang
semakin cepat. Kedua tangan
Tomi yang besar semakin kasar
meremas-remas susu gadis itu.
Ani semakin mengerang-ngerang
kesakitan. Tapi Tomi tak peduli.
Terus saja Tomi maju mundurkan
pinggulnya dengan cepat. Sadar
dirinya akan mencapai klimaks,
Tomi mencabut batang
kemaluannya dari lobang dubur
Ani. Setelah itu dihempaskannya
tubuh Ani hingga kembali
terlentang. Kembali Tomi
menancapkan batang
kemaluannya didalam liang vagina
Ani yang telah dibasahi oleh
cairan kewanitaannya yang
bercampur darah perawannya.
Bless…batang kemaluan Tomi
menghujam masuk tanpa
kesulitan, kembali digenjotnya
tubuh Ani dengan cepat dan
kasar, sampai-sampai dada Tomi
menghantam-hantam wajah Ani
yang meringis-ringis kesakitan.
Kini Tomi menggoyang tubuh Ani
dengan hebat hingga tubuh Ani
terbanting-banting disodok oleh
Tomi. Sampai akhirnya saat yang
ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini
tubuh Tomi mengejang, wajahnya
menyeringai menengadah keatas,
otot-ototnya mengeras dan
akhirnya dia menyemprotkan
spermanya di vagina gadis itu,
Croottt… crrottt… crrottt…
jumlahnya banyak sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik
puas sambil terus
menyemprotkan spermanya
memenuhi rongga vagina Ani
sambil kedua tangannya
mencengkram erat pinggul Ani.
Anipuntiba-tiba mendesah
panjang… “ooouuuuhhgggg…”,
sambil menerima tumpahan
sperma Tomi yang melimpah ruah
itu hingga meluber keluar dari
sisi-sisi rongga kemaluannya
badannyapun mengejang dan
bergetar, sepertinya diapun
mengalami ejakulasi sesuatu yang
baru dialaminya seumur hidup.
Beberapa detik kemudiansetelah
sama-sama mengalami orgasme
tubuh kedua insan itupun
melemas, tubuh Tomi jatuh
menindih tubuh Ani. Kini hanya
suara nafas kedua insan itu yang
salingmemburu menghiasi akhir
dari pergumulan itu. Setelah diam
selama 15 menit, Tomi kemudian
bangkit dari atas tubuh Ani
serta melepaskan kontolnya,
“Ooohhh…”, Ani mendesah
panjang disaat Tomi mencabut
batang kemaluannya yang
beberapa menit lamanya mengisi
rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak
kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.
Anipun diam seribu bahasa dan
memalingkan wajahnya dari
pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas
buat kamu…”, ujar Tomi serta
meraih dan mengangkat kepala
gadis itu untuk kemudian
memaksa Ani menjilati batang
kemaluan Tomi yang masih basah
oleh sperma dan darah.
AnehnyaAni hanya pasrah dan
menuruti saja perintah Tomi tadi
secara perlahan-lahan diraihnya
betang kemaluan Tomi yang
kembali menegang itu dan
kemudian dijilat-jilat serta
dikulumnya batang kemaluan
Tomi bak makan permen sampai
bersih.
Setelah selesai dan merasa puas,
Tomi bangkit dan membiarkan
tubuh Ani yang telanjang itu
terjatuh lemas. Tomi bergerak
mendekati Ani yang masih lemah
dan membisikkan kata-kata
mesra di telinganya
”Kamu hebat sayang… aku cinta
sama kamu”.
Karena dilihat Ani terkulai lemas
dan sepertinya tertidur karena
kecapaian, maka Tomi
memutuskan untuk
meninggalkannya dulu. Tomi ingin
melihat kegiatan di ruangan lain
dimana tadi terjadi pembantaian
itu.
Sesampainya dirungan yang
ditujunya mata Tomi terbelalak
ketika melihat pemandangan
yang ada diruangan itu. Teman-
temannya nampak tidur tiduran
sambil melepas lelah setelah
membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak
tergeletak dengan posisi
telentang dilantai, kedua kakinya
mengangkang lebar dengan lutut
tertekuk. Setelah diamati dari
dekat oleh Tomi ternyata kondisi
Dina sangat mengenaskan dia
telah diperkosa secara buat oleh
teman-temannya, mulutnya
dipenuhi oleh cairan sperma yang
mengental sampai meluber
disekitar mulut dan pipinya.
Rupanya oleh teman-temannya
Tomi Dina dipaksa melakukan oral
sex dan mereka telah
menumpahkan spermanya
didalam mulut Dina.
Matanyanampak sayu serta
nafasnya terdengar pelan
terengah-engah. Kuturunkan
tatapan mataku keseputar
payudaranya yang berukuran
tidak begitu besar, disitu
terdapat banyak bekas-bekas
gigitan dan salah satu putingnya
nampak berdarah, disitu juga
terdapat tumpahan sperma yang
telah mengering. Dan akhirnya
kutatap kemaluan gadis itu,
kondisinya rusak parah,
kemaluannya sudah memerah
dan membengkak, banyak
ceceran darah dan sperma
didaerah itu. Tomi menggeleng-
gelangkan kepalanya melihat
kondisi Dina.
Tiba-tibaAsep bangkit dia
menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir
kemaluan Dina.
Tomidan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia
sudah bekerja keras memuasin
kita-kita orang ini, aku kasih dia
rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing
dulu”, ujar Asep berjalan
meninggalkan ruangan
pembantaian Dina sambil
mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak
kearah tumpukan pakaian Dina
yang berserakan dilantai, dia
rupanya tertarik dengan tas
punggung Dina. Dengan rasa
penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya,
membuka-buka dompet Dina,
memerika ponsel milik Dina,
kurang lebih 5 menit lamanya dia
buka-buka itu semua. Sedang
asyik-asyiknya dia membuka-
buka buku Dina, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan teriakan
diruangan samping. Serta merta
dia berlari menuju kearah situ.
Kembalimata Tomi terbelalak
serta menggeleng-gelengkan
kepalanya tatkala melihat Asep
ternyata tengah asyik
menyetubuhi Ani.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak
tahan… lihat cewek cantik ini…”,
ujar Asep sambil terus
memompakan kemaluannya
didalam kemaluan Ani.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann…
kasar… kassarr… oohh… oohh…”,
Ani kembali merintih-rintih sambil
tubuhnya terhempas-hempas
sebagai akibat sodokan-sodokan
keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja..
kontol gue… inii… aakkhh… akhh..
fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep
sambil terus menggenjot tubuh
Ani.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn…
oohh…”, Ani merintih-rintih
dengan tubuh yang terhempas-
hempas wajahnya meringis
menahan rasa ngilu
diselangkangannya.
Sepuluh menitlamanya tubuh Ani
disetubuhi oleh Asep, hingga
akhirnya Asep memuntahkan
spermanya di lubang kemaluan
Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali
dan diapun kemudian
menjatuhkan dirinya disisi Ani
yang kembali tubuhnya melemas.
Waktu sudah menunjukkan pukul
12 malam saat mereka tersadar
akan waktu yang semakin
mepet, tidak terasa sekian
lamanya mereka mengerjain
kedua gadis itu serasa waktu
berlalu cepat.
Tiba-tibabirahi Tomi bangkit
kembali, didekatinya kembali
tubuh Ani yang tertidur kerena
kecapaian itu dan
dibangunkannya Ani dari
tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi
kepada Ani.
“Oohhh…”, Anipun terbangun.
“Sayangku… layanin aku lagi
ya…”, bisik Tomi dengan
tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…
gara-gara kamu sih yang
menggairahkan sekali…”,
lanjutnya.
Mimikwajah Anipun berubah
menjadi cemas, matanya mulai
berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat
pak… rasanya sakittt… sekali…
jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani
dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi
seraya memposisikan dirinya
diatas tubuh Ani.
“ooohhh… oohh…”, Ani mendesah
panjang tatkala Tomi
menanamkan kembali
kemaluannya didalam lobang
kemaluannya. Kembali tubuh Ani
digenjot, disetubuhi secara kasar
oleh Tomi.
Anihanya bisa pasrah, air
matanya berlinangan, tubuhnya
lemah hanya mengikuti irama
gerakan dari Tomi yang tengah
menyodok-nyodokkan
kemaluannya.
Dansetelah beberapa menit
lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan
Ani cairan hangatnya menyembur
membasahi rahim Ani.
Rasa puasnampak di raut wajah
Tomi, “Hahaha…akhirnya aku
berhasil mendapatkanmu gadis
cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang
terakhir kalinya, mau engga elu
jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil
menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh
temen-temen gue perkosa elu
sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram
ama peju gue, dan sebentar lagi
elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam
lamanya Tomi “merayu” Ani,
kadang terdengar bentakan-
bentakan, kadang Tomi
menampar wajah Ani, kadang
dengan kata-kata halus, yang
jelas Tomi terus meneror hati
Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi
tak membuahkan hasil sementara
waktusudah menunjukkan pukul
2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan
teman-temannya untuk
“mencicipi” tubuh Ani.
“Rasain tuh kontol-kontolnya
temen-temen gue biar mampus
elu, cewek sombong !”, ujar Tomi
dengan mencibir.
Tanpamembuang waktu lagi
keempat teman Tomi mulai
menjamah tubuh Ani.
Merekamulai memperlakukan Ani
seperti Dina. Mulai dengan Afung
yang langsung menyodomi Ani
setelah itu vagina Ani kembali
dihajar oleh kemaluan milik Ujang,
juga mulut Ani dipaksa mengulum
batang kemaluannya Cecep dan
setelah berejakulasi menelan
spermanya, terakhir ketika Ani
telah kepayahan Asep kembali
menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani
tidakjauh beda dengan Dina,
seluruh wajah badan dan
kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan
cairan sperma.
Kiniwaktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa
tadi telah berpakaian lengkap
dan rapi. Sebelum mereka pergi,
mereka menggotong tubuh Ani
untuk disatukan dengan Dina.
Kedua tubuh yang tak berdaya
itu kini tergolek lemah, keduanya
diposisikan terlentang sejajar
dengan kondisi tubuh mereka
yang telanjang bulat. Sebelum
pergi Tomi mengecup kening Ani
dan Asep kembali menyelipkan
sebatang rokok yang menyala
dikemaluan Ani juga Dina. Dengan
diiringi tawa serta canda kelima
pemerkosa itu pergi
meninggalkan rumah kosong
tempat dimana tubuh Ani dan
Dina tergolek pingsan.
More aboutDiperkosa Kuli Bangunan

Ngentot Di Villa Rame-Rame

Cerita Seks ini terjadi Pada bulan
April Mas Pujo mendapat
panggilan ke Jakarta. Saya akan
berbagibeberapa cerita sex
pengalaman sex saya dan
menuliskan cerita seks disini yang
emangsesuai kenyataan.
Ternyata Mas Pujo mendapat
promosi untuk menduduki
jabatan yang lebih tinggi di Bumi
Nyiur Melambai. Promosi itu
adalah sesuatu yang
menggembirakan bagi kami tapi
juga sekaligus menyedihkan.
Karena itu berarti kami harus
berpisah dengan orang yang
paling kami sayangi, Meta.
Setelah hampir dua minggu dan
telah membuat perencanaan
yang masak, kami sepakat untuk
berterus terang pada Meta.
Acara kami buat di villa kami di
kawasan Kopeng. Sengaja kami
hanya berempat dengan Meta
dan kami memilih tepat pada hari
libur kerja yaitu Sabtu dan
Minggu. Kepada suaminya Meta
ijin akan mengikuti pelatihan
Manajemen Mikro. Meta
sebenarnya cukup merasa
penasaran meskipun sebenarnya
acara seperti ini telah sering
kami adakan, tapi memang
biasanya Meta tidak sampai
menginap.
Kami berangkat terpisah karena
Meta diantar oleh suaminya
sampai ke tempat bus Patas,
tapi sesampai di Salatiga kami
telah menunggunya, lalu Meta
turun dan terus bergabung
bersama kami menuju Kopeng.
“Uhh..! Kesel aku Mbak, masak
aku disuruh naik bus sendiri”
sungut Meta begitu turun dari
bus.
“Lho kan belum jadi direktur, ya
sabar dulu dong sayang..”
jawabku sambil membantu
mengangkat koper bawaannya.
“Mbak, aku di belakang ama Mas
Pujo ya, biar Mas Duta yang
setir” pintanya padaku. Aku tahu
betul akan kelakuannya itu,
Meta ingin bermanja-manja
dengan Mas Pujo.
“Iya deh.., asal Mbak tetep
dibagi..” godaku.
“Iih.. Mbak kan udah tiap hari
nyanding” balasnya. Mas Pujo
cuma nyengir, sedang Duta
sudah siap di belakang setir.
“Met.., apa tadi nggak dapat
saweran di bus” goda Duta
sambil menjalankan mobilnya.
“Iih.. Emangnya aku cewek
apaan” jawab Meta menirukan
gaya Nani Wijaya di serial Bajaj
Bajuri sambil menggelendot manja
pada Mas Pujo.
Memang Meta sangat
menyayangi Mas Pujo, bahkan
dialah yang paling pencemburu
dibandingkan aku yang isterinya.
Aku, Mas Pujo dan Duta juga
amat sayang padanya. Bagi kami
kebahagiaan yang kami rasakan
selama ini memang untuk
berempat. Kulihat Meta sudah
mulai mengantuk di pelukan Mas
Pujo.
“Mas pijit ya sayang..!” bisik Mas
Pujo di telinga Meta.
Meta merapatkan pelukannya.
Mas Pujo mulai memijit punggung
Meta. Pijitan Mas Pujo memang
benar-benar pijitan yang
menenangkan karena aku pun
sangat menyukainya. Bila sehabis
ML biasanya Mas Pujo memijit
punggungku sambil memelukku.
Itulah Mas Pujo yang romantis,
kata Meta.
Perjalanan Salatiga-Kopeng
hanya sekitar 45 menit. Aku
sendiri sebenarnya lelah setelah
tadi malam kuhabiskan dua
rondeku dengan kedua suamiku.
Cumbuan Duta yang begitu lama
membuatku benar-benar habis
tenaga, belum Mas Pujo yang
selalu mengambil babak akhir
permainan kami. Mas Pujo
memang sangat senang
membenamkan kontolnya ke
dalam memekku saat aku telah
mencapai orgasme. Biasanya ia
akan membenamkan kontolnya
dan memelukku dengan penuh
perasaan sambil menikmati
remasan-remasan memekku,
bahkan tadi malam sempat kram
rasanya otot-otot memekku
karena permainan mereka
berdua.
Seperti biasanya aku meminta
Duta untuk telentang dan
membuka kedua pahanya dengan
kepala bertelekan 2 bantal, lalu
aku menaikinya dengan posisi
membelakangi dan bertumpu
pada kedua tanganku ke
belakang. Posisi ini sangat aku
sukai karena Mas Pujo dapat
dengan mudah melumat clitorisku
sementara Duta memompa
memekku dari bawah sambil
meremas putingku. Rasanya
semua syaraf nikmatku tak ada
yang terlewat menerima
rangsangan dari keduanya.
Begitu aku orgasme yang ketiga
dan Duta memuntahkan
spermanya di memekku, langsung
Mas Pujo mengambil alih dengan
membenamkan kontolnya ke
memekku. Mas Pujo menikmati
kontraksi otot-otot vaginaku
dan berlama-lama berada di
sana, sebelum kemudian
memompa memekku dengan
penuh perasaan.
“Kok ngelamun Rien, kita dah
nyampe nih..!” ujar Duta
mengagetkanku sambil
memasukkan kendaraan ke
pelataran villa. Aku tergagap.
Kulihat Pak Kidjan penjaga villa
kami memberi salam.
“Meta, bangun sayang, kita udah
nyampe nih..!” bisik Mas Pujo.
Yang dibisiki menggeliat sambil
mengucek-ucek mata. Kembali
dipeluknya Mas Pujo dan mereka
berciuman lembut penuh
perasaan. Entah mengapa sejak
mula pertama Mas Pujo bercinta
dengan Meta tak ada rasa
cemburuku, aku malah bahagia
melihat keduanya, tapi anehnya
aku cemburu kalau Mas Pujo
dengan yang lain.
Pada pukul 17.00 tepat kami
sudah selesai memasukkan semua
bawaanke dalam villa dengan
dibantu Pak Kidjan. Setelah itu
kami suruh Pak Kidjan untuk
mengunci pagar dan pulang
karena kami katakan bahwa
kami ingin beristirahat dengan
tidak lupa memintanya agar
besok jam 10 dia datang lagi.
Villa ini dibeli oleh Duta karena
sebelumnya memang
direncanakan untuk coba-coba
usaha agribisnis. Bangunan yang
ada hanya sederhana saja
karena memang bekas bangunan
Belanda yang terletak di tengah-
tengahtanah seluas 1 hektar
yang di depannya ada rumah
penjaga yang jaraknya 75
meteran. Ada 4 kamar, yang dua
besar dan ada connecting door,
salah satunya ada 2 tempat
tidur dan yang satunya single,
dengan ruang tamu cukup luas,
ruang dapur dan garasi. Kami
sengaja memakai dua kamar
yang besar itu.
“Mandi dulu gih..” pinta Mas Pujo
pada saya dan Meta.
“Maas, Meta dimandiin Mas aja..
Ya” rengek Meta manja sambil
memegang lengan Mas Pujo.
“Idih, kan udah becal, Meta kan
bisa mandi cendili” goda Mas Pujo
dicedal-cedalkan.
“Nggak mau.., Meta mau mandi
ama Mas aja” jawab Meta
merajuk sambil cemberut dan
langsung minta gendong.
Aku dan Duta hanya senyum-
senyum melihat tingkah mereka.
Lalu Mas Pujo menggendong
Meta berputar-putar. Bibir
keduanya tampak berpagutan
mesra. Sambil tetap berciuman
mereka menuju kamar mandi,
yang oleh Duta sudah diganti
dengan jacuzzi besar yang cukup
untuk berendam 4 orang dan
ada air panasnya. Lalu Duta
meraihku dan memelukku, kami
berciuman.
“Nyusul yok.. Kita bisa saling
gosok” ajak Duta dengan
langsung menggendongku.
Di jacuzzi, Mas Pujo sedang
memeluk Meta dari belakang
sambil menciumi rambutnya, tapi
aku yakin bahwa pasti tangan
Mas Pujo yang satu tidak akan
jauh-jauh dari puting susu Meta,
sedang yang lain entah apa yang
digosok, tapi karena di dalam air
dan tertutup busa sabun jadi
tidak kelihatan. Sementara itu
yang dipeluk memejamkan
matanya penuh kenikmatan
sambil sesekali mendesis.
Aku turun dari gendongan Duta.
Kulepas semua pakaianku hingga
telanjang bulat, setelah itu ganti
kulucuti pakaian Duta sampai tak
bersisa. Kontol Duta yang besar
masih belum bangun penuh, jadi
masih setengah kencang. Dengan
berbimbingan tangan kami masuk
ke air dan Duta bersandar dekat
Mas Pujo. Dengan meluruskan
kedua kakinya, aku maju ke
pangkuan Duta, kutempelkan
bibir memekku ke atas kontol
Duta dan kutempelkan dadaku
ke dadanya. Hangatnya air dan
sentuhan kulit kami terasa
nikmat, benar-benar nikmat.
Dengan perlahan tapi pasti
benda bulat dalam lipatan bibir
memekku membesar mengeras
dan berusaha berdiri tegak, tapi
karena tertahan oleh belahan
memekku, benda tersebut tak
bisa tegak. Di sebelahku, Meta
juga sedang menduduki barang
yang sama seperti aku. Aku tahu
pasti, bahkan aku yakin bahwa
Mas Pujo masih belum
memasukkan barangnya ke
memek Meta. Kami berempat tak
ada yang bersuara, hanya
sesekali terdengar desahan lirih
dari mulut Meta tetapi kami
sama-sama tahu bahwa kami
masing-masing sedang menikmati
sesuatu yang tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata.
“Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan
Meta semakin keras diiringi geliat
tubuhnya yang seperti cacing
kepanasan.
“Aduh Mas, Meta nggak kuat.. Oh
Mbak, ooh.. Mas Duta, ayo dong,
Meta duluan” pintanya.
Kalau sudah begini biasanya Meta
memintaDuta untuk segera
membenamkan kontolnya ke
memeknya. Aku beringsut
meninggalkan Duta sementara
Mas Pujo masih memangku Meta
dari belakang dalam posisi kedua
kaki lurus ke depan dan
bersandar pada dinding jacuzzi.
Duta mendekat dari depan sambil
mengarahkan kontolnya ke arah
selangkangan Meta dan Meta
memberi jalan dengan
mengangkangkan kedua
pahanya. Perlahan dengan
bimbingan tangan Meta, kepala
kontol Duta memasuki memek
Meta, jelas terlihat dari
ekspresinya yang mendesis
keenakan. Lalu pesta seks ini
terus berlanjut.
Perlahan Duta mulai memompa
maju mundur terlihat dari riak
air yang mulai menggelombang,
sementara Mas Pujo memeluk
Meta dari belakang sambil
menciumi tengkuk dan belakang
telinganya. Saat-saat seperti itu
Meta nikmati dengan
memejamkan mata sambil giginya
beradu menahan nikmat yang
luar biasa. Meskipun kontol Mas
Pujo tidak melakukan penetrasi
namun aku yakin, pasti ada yang
mengganjal di anus Meta hingga
itu membuat sensasi tersendiri
untuknya. Tiba-tiba Meta
melepaskan pelukan Mas Pujo
dan ganti memeluk Duta. Sedang
Mas Pujo masih tetap tidak
dapat bergerak karena harus
memangku dua orang yang
sedang bersetubuh. Mas Pujo
hanya mengusap-usap punggung
dan pinggang Meta dari
belakang.
“Aduhh Mas, Meta ngga tahaan,
enghh..” desah Meta sambil
memeluk Duta erat-erat dan
dada Duta yang bidang terkena
sasaran gigitannya.
Melihat itu semua aku menjadi
sangat terangsang tapi kami
bertiga sudah bersepakat bahwa
kesempatan kali ini adalah milik
Meta sepenuhnya, jadi aku
mengalah dulu. Sementara itu
kutukar air jacuzzi dengan air
hangat tanpa membubuhkan
sabun. Begitu air telah mulai
berkurang, kulihat posisi Meta
yang mengangkang sementara
Duta memompanya dari depan
dan kontol Mas Pujo tertindih di
antara bokong Meta.
Sejenak Meta masih menikmati
saat-saat indah orgasmenya.
Kemudian Meta melepaskan diri
dari Duta dan berdiri membalik
menghadap Mas Pujo hingga
praktis memeknya berada di
depan mulut Mas Pujo. Diraihnya
pinggul Meta dan Mas Pujo mulai
menciumi dan menjilati memek
Meta.
“Aahh sshh Mas kita ke kamar
aja.. Meta nggak tahan nih”
rengek Meta. Mas Pujo berdiri
menggendong Meta dan
meninggalkan kami berdua
sementara Duta mulai berbalik
menciumi payudaraku.
“Rien ikut yuk..” ajak Duta.
Aku ikut saja sambil berpelukan
seperti Adam dan Hawa, kami
menyusul Mas Pujo dan Meta ke
kamar besar yang ada single
bed-nya. Kulihat Meta telah
telentang dan Mas Pujo
menindihnya, sekali-sekali
pinggulnya diangkat dan
dihunjamkannya dengan penuh
perasaan sampai melengkung.
Kutarik Duta dan segera aku
telentangkan diriku. Aku ingin
kontol Duta yang masih tegak
berdiri segera menusukku
mengisi relung vaginaku. Aku
ingin mempraktekkan sex yoga
yang baru aku pelajari dengan
Mas Pujo beberapa waktu lalu.
Sementara Mas Pujo dan Meta
menikmati saat-saat indah itu, di
sebelahku Duta membuka kedua
pahaku lebar-lebar dan
mengarahkan kontolnya ke
memekku yang telah merekah.
Perlahan-lahan, mili demi mili aku
rasakan benda itu mulai
memasuki memekku sebelum
akhirnya benda keras itu telah
dengan sempurna berada di
peraduannya. Kemudian Duta
menindihku dan memelukku
dengan sepenuh perasaan. Aku
sepenuhnya berkonsentrasi pada
apa yang sedang kurasakan dan
Duta mengikutinya hanya dengan
diam, tanpa gerakan memompa
hingga tanpa diperintah pun
saraf-saraf nikmat di sepanjang
lorong memekku bekerja, mula-
mula hanya gerakan-gerakan
halus.
Pada saat yang sama desiran-
desiran nikmat juga mulai
menjalari kedua payudaraku
yang tertindih dada Duta.
Semakin lama gerakan-gerakan
halus di sepanjang lorong
memekku berubah menjadi
remasan-remasan dan mulai
terasa getaran-getaran pada
batang kontol Duta, bahkan
kepala kontolnya terasa mulai
melebar pertanda akan
memuntahkan spermanya. Napas
Duta semakin memburu, aku
sendiri sudah tak ingat apa-apa.
Konsentrasiku hanya satu yaitu
pada rasa nikmat yang
menggelitiki mulai ujung puting
payudaraku sampai ke lorong-
lorong memekku. Dan.. Creet..
Creett.. Crett.. Ketika akhirnya
sperma itu membasahi relung-
relung memekku, jiwaku seakan
melayang menari-nari di atas
awan sambil berpelukan dengan
Dutaku sayang. Sejuta
kenikmatan kurasakan di sekujur
tubuhku. Sementara itu..
“Oohh.. Ahh aduh Mas.. Meta mau
nyampe lagi Mas..” suara desahan
Meta kembali menyadarkan aku
dan kudapati Duta yang masih
ngos-ngosan dengan bermandi
peluh mendekapku.
“Terima kasih Rien.. Kamu luar
biasa” bisiknya di telingaku. Aku
menoleh ke samping. Mas Pujo
juga sedang menjelang saat-saat
akhir mendekati puncak. Tampak
pinggulnya menghunjam
selangkangan Meta dalam-dalam
dan..
“Aahh.., adduhh Mmass..” Meta
dan Mas Pujo hampir bersamaan
mengejat-ngejat keenakan.
Akhirnya kami mengakhiri
permainan sore itu setelah jam
menunjukkan hampir pukul 19.00.
Rasa lapar akhirnya datang juga
mengingat kami belum makan
malam. Bergegas kulepas pelukan
Duta, lalu dengan telanjang bulat
aku pergi ke dapur. Kubuka
bungkusan-bungkusan bekal
yang telah aku siapkan. Meta
menyusul juga dalam keadaan
telanjang dan akhirnya kami
berempat menghadapi meja
makan masih dalam keadaan
telanjang tanpa ada yang
sempat membersihkan diri
bahkan dari celeh memekku dan
memek Meta masih tampak
meleleh sperma suami-suami kami.
Pagi itu aku bangun lebih awal
karena memang aku dapat
beristirahat penuh saat
malamnya. Kulihat Mas Pujo masih
memeluk Meta berhadapan,
sedang dari belakang Duta
tampak memepetkan tubuhnya
terutama pada bagian bokong
Meta, pasti batangnya masih
menancap.
Kebiasaan Duta selalu
membenamkan kontolnya sambil
tidur dan hebatnya tidak lepas,
tetap saja kencang di dalam
memek. Sedang Mas Pujo pasti
tangannya tak mau jauh-jauh
dari puting, aku tahu persis
kelakuan kedua laki-laki itu
karena aku juga sering
diperlakukannya demikian,
bedanya aku tidak dapat tidur
dengan kontol masih mengganjal
memekku, sedangkan Meta bisa,
mungkin karena kecapaian.
Dalam hal seks sebenarnya aku
sudah puas sekali dipenuhi oleh
Mas Pujo dan Duta tapi
kehadiran Meta kadang
membuatku ingin bereksperimen
terhadap respons sex yang
ditimbulkan oleh sesama jenis.
Meskipun aku sudah sering main
berempat, tapi biasanya aku
atau Meta hanya bersifat pasif
kurang dominan, sedangkan
peran utama tetap pada kedua
pria itu.
Pernah pada suatu hari Mas Pujo
sedang tidak ada di rumah
karena ada tugas ke luar kota
selama seminggu dan Duta
sedang ada di rumah setelah dari
Jakartaselama hampir 5 hari.
Kira-kira pada pukul 19.00, Meta
datang ke rumahku. Nampaknya
Meta tahu bahwa aku sedang
berduaan saja dengan Duta. Kami
duduk di ruang tamu. Seperti
biasa Meta agak kurang tertarik
untuk ML kalau dengan Duta. Aku
pamitke dapur untuk membuat
minuman. Aku sedang menyeduh
teh, ketika Duta tiba-tiba sudah
berada di belakangku. Sebelum
aku sadar apa yang terjadi, Duta
sudahmendekapku dari
belakang.
“Duta, jangan.. Jangan di sini
sayang, aku kan lagi pegang air
panas.. Gak boleh.. Ya sayang..”
kataku manja sambil berusaha
melepaskan diri.
“Rien..”, bisiknya sambil menciumi
leher dan telingaku.
“Rien.. Aku kangen banget sama
Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku
kangen banget”, bisiknya sambil
terus mendekapku erat-erat.
“Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari
masak udah gak sabar..” kataku
sambil meronta-ronta manja
dalam pelukannya.
“Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas
Duta sudah ngga kuat tuh..
Nggak kuaat kan Mas”, bisik
Meta tiba-tiba juga sudah
berada di belakang Duta tanpa
sehelai benang pun dengan sinar
mata penuh nafsu.
Tangan Meta tiba-tiba meremas
buah dadaku, menciumi leher dan
belakang telingaku. Tangan
kirinya merangkulku dan tangan
kanannya tahu-tahu sudah
meraba vaginaku sementara
pelukan Duta mengendur
memberi kesempatan. Aduh, gilaa,
sentuhanMeta malah
melambungkan nafsuku. Kalau
tadi aku pura-pura meronta,
sekarang aku malah pasrah,
menikmati remasan tangan Meta
di puting payudara dan di
vaginaku.
Aku dibaliknya menjadi
berhadapan, aku didekapnya,
dan diciumi wajahku. Dan
akhirnya bibirku dikulumnya
habis-habisan. Lidahnya masuk ke
mulutku, dan aku tidak sadar lagi
saatlidahku juga masuk ke
mulutnya. Meta menurutku saat
itu agak kasar tetapi benar-
benar romantis hingga aku
benar-benar terhanyut.
Sensasinya luar biasa, baru kali
itu aku merasakan nikmatnya
sentuhan sejenis.
Tanpa terasa Duta dan aku pun
telah telanjang bulat, entah
siapa yang melucutiku, mungkin
Duta. Kalau situasinya
memungkinkan, belaian sejenis
ternyata malah menjadi lebih
nikmat untuk dinikmati. Aku
membalas pelukannya, membalas
ciumannya. Kami semakin liar.
Tangan Duta menyingkap belahan
bokongku danmerogoh ke dalam
vaginaku yang sudah basah dari
belakang sedang tangan Meta
mengerjai vaginaku dari depan.
Didekapnya clitorisku dan dipijat-
pijatnya, diremasnya,
dimainkannya jarinya di belahan
vaginaku dan menyentuh
clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku
didorong Meta mepet menyandar
ke tubuh Duta, penisnya sudah
tegang sekali, mencuat ke atas.
Tangan kananku dibimbingnya
untuk memegangnya. Penis Duta
memang lebih besar daripada
punya Mas Pujo. Secara refleks
penisnya kupijat dan kuremas-
remas dengan gemas.
Duta semakin menekan penisnya
ke celah bokongku untuk
menerobos vaginaku. Aku paskan
di lubangku, dan akhirnya masuk,
masuk semuanya ke dalam
vaginaku. Duta dengan sangat
bernafsu mengocok penisnya
keluar masuk sementara
kuangkat satu pahaku dan Meta
telah merosot ke depan
selangkanganku untuk mengulum
clitorisku yang juga sudah
mencuat. Benar-benar kasar
gerakan Meta, tetapi gila, aku
sungguh menikmatinya.
Sementara penis Duta terasa
mengganjal dari belakang dan
nikmat sekali. Aku pegang
bokongnya dan kutekan-
tekankan agar mepet ke pangkal
pahaku,agar mencoblos lebih
dalam lagi.
“Duta.. Meta.. Aku ngga kuat..
Aduhh.. Kalian.. Curang..” bisikku
dengan nafas memburu.
“Ooh.. Meet..”
Cepat kudorong pinggulku ke
belakang, sehingga penis Duta
bertambah dalam di vaginaku
hingga aku mengejat-ngejat
menikmati orgasme.
“Orghh..” Duta melenguh seperti
kerbau disembelih pertanda akan
memuntahkan spermanya.
Lalu tangan Meta segera
mencabut dan menggenggam
penis Duta yang memuncratkan
spermanya di dalam mulut Meta
hingga sebagian tumpah di lantai
dapur. Kami berpelukan lagi
sambil mengatur napas kami. Ya
ampun, aku telah disetubuhi Duta
dandioral Meta dengan posisi
Duta berdiri, sambil mepet ke
tembok. Gila, aku menikmatinya,
aku berakhir orgasme dengan
sangat cepat, walaupun hanya
dilakukan tidak lebih dari 20
menit saja. Mungkin ini karena
sensasi yang kuperoleh dari
permainan dengan sesama jenis
juga.
*****
Pagi itu setelah selesai
membersihkan diri di kamar
mandi, timbul niatku untuk ganti
mengerjai Meta sekaligus
memberikan kenangan
perpisahan untuknya. Sambil
memisahkan pelukan Mas Pujo
dengan Meta, aku yang sudah
mandi dan masih telanjang bulat
menyelinap di antara tubuh
mereka.
“Biar aku yang gantiin peluk
Meta Mas..”, kataku pada Mas
Pujo.
Mas Pujo bangun dan langsung
ke kamar mandi. Kudekap Meta,
kupegang puting susunya yang
sebelah kiri sementara tangan
kananku meraba vaginanya.
Benar saja di memek Meta masih
terganjal kontol Duta. Meta
terbangun.
“Aku sayang sama Mbak Rien..”,
kata Meta sambil mencium
bibirku.
“Kamu luar biasa deh Met..
vegymu masih bisa pegang.. the
big gun”, bisikku sambil
tersenyum. Meta juga tersenyum
nakal, sambil ganti membelai
payudaraku.
“Punyaku kencang dan keset ya
Mas? Mas Pujo suka bilang gitu.
Meskipun udah buat lewat
anakku”, tanya Meta ke Duta
manja. Yang ditanya hanya
membuka matanya separuh.
“Mbak, punya Mbak Rien juga
masih oke banget kan, nyatanya
Mas Duta selalu ketagihan”, kata
Meta lagi. Kami berdua
tersenyum dan mempererat
pelukan kami.
Kuciumi Meta dari kening, mata,
hidung hingga mulut. Disambutnya
ciumankudengan permainan
lidahnya. Lama kami berciuman
dan tanganku pun tak henti
meremas teteknya yang kenyal.
Lalu kubuka bibir vaginanya.
Kemudian kususupkan tanganku
ke dalam belahan memeknya di
antara kontol Duta untuk
kemudian jari tengahku kutarik
ke atas hingga tepat menekan
clitorisnya. Memek Meta telah
banjir akibat kelenjar-kelenjar
memeknya mengeluarkan cairan
karena rangsangan tanganku
dan dari kontol Duta yang mulai
ditarik keluar masuk.
“Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please..
Sshh.. Don’t stop.. Aahh..” desah
Meta.
Lalu jari telunjukku memainkan
clitorisnya yang mulai menegang
sementara Duta memompanya
dari belakang dan mulutku telah
beralih turun ke putingnya.
Kuberanikan untuk menyodok-
nyodok memeknya dengan dua
jari. Agak kasar.
“Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta
ngga tahann.. Sshh..”
Meta mulai mengacak-acak
rambutku. Aku merosot ke arah
selangkangan Meta, kuangkat
paha Meta yang kiri dan aku
bantalkan kepalaku pada paha
satunya. Dengan posisi paha
bawah menekuk begini aku dapat
leluasa menjilaticlitoris Meta dari
depan sedangkan Duta tetap
leluasa memompa dari belakang.
“Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau
keluar..” Meta berteriak tidak
tahan diperlakukan demikian.
Kedua pahanya mulai bergerak
akan dijepitkan pada kepalaku
sambil terus menggoyangkan
pantatnya, tiba tiba Meta
menjerit histeris..
“Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini..
Orgghh..” Meta terus mengejat-
ngejat dengan ritmis pertanda
dia sudah keluar.
Duta terus menggenjot
pantatnya semakin cepat dan
keras hingga mentok ke dasar
memek Meta. Dan.. crett..
crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah
sperma Duta dari sela-sela
memek Meta saat sperma Duta
keluar. Aku langsung
menyedotnya habis sampai
bersih.
Rupanya Mas Pujo sudah selesai
mandi dan begitu Duta mencabut
kontolnya dari memek Meta
langsung saja Mas Pujo
menggantikan posisi Duta dengan
tidur miring dan memasukkan
kontolnya ke memek Meta dari
belakang.
Mas Pujo mulai mengayunkan
kontolnya, walau tampak agak
kelelahan tapi Meta berusaha
mengimbangi. Setelah agak lama
Mas Pujo meminta Meta untuk
berposisi menungging dengan
tanpa melepaskan kontolnya.
Otomatis Meta mengangkangiku
dalam posisi 69. Aku terus saja
mengambil posisi merengkuh
bokong Meta dan mengganjal
kepalaku dengan dua bantal
agar mulutku dapat pas di
clitoris Meta. Mas Pujo langsung
mendorong pantatnya.
Aku terkesiap ketika kurasakan
lidah Meta sudah memainkan
clitorisku, sambil meremas
tetekku yang dari tadi
terbiarkan. Aku pun mengangkat
pantatku dan menarik pinggul
Meta hingga kami berpelukan
dengan bantalan tetekku dan
tetek Meta. Rasanya jiwaku
melayang apalagi saat sesekali
aku dapat meraih kontol Mas
Pujo untuk kukulum dan
memasukkannya lagi ke memek
Meta.
“Aduuhh..,.. Met..” erang Mas Pujo
sambil terus laju memompa
memek Meta, dan dua buah
pelirnya memukul-mukul ubun-
ubunku.
Tiba-tiba ditahannya pantat
Meta kuat-kuat agar tidak
bergoyang. Dengan menahan
pantat Meta kuat-kuat itulah
Mas Pujo dapat memompa lebih
kuat dan dalam, sedangkan aku
dengan susah payah harus
melumat clitoris Meta. Rupanya
Mas Pujo kuat juga meskipun
telah berkali-kali kemaluannya
menggocek memek Meta tadi
malam tapi masih tetap saja
tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda kelelahan bahkan
semakin meradang.
Kulepas mulutku dari clitoris
Meta dan terus kutekan dengan
jari tengahku sambil kugosok
naik turun seperti
bermasturbasi, dan tiba-tiba
Meta mengapit kepalaku.
“Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas..
Pujo,” kudengar erangan Meta
mulai tidak karuan saat aku
terus melakukan gosokan pada
clitorisnya.
“Mbak Rien..,.. Aku mau keluar..
Ahhgg..” desahnya lagi.
Mendengar desahan Metam aku
dan Mas Pujo seperti dikomando,
semakin gencar melakukan
gosokan sambil tanganku naik
turun untuk mempercepat
rangsangannya dan Mas Pujo
mempercepat tempo
genjotannya. Dan tak lama
kemudian.., seerrtt.., seerrtt
kurasakan dua semburan lelehan
putih dari bibir memek Meta
serta kedua pahanya semakin
mengapit kepalaku kuat-kuat.
Lelehan warna putih pekat di
tanganku kumasukan mulutku,
terasa agak manis asin.
Setelah kedutan-kedutan memek
Meta berhenti, kulihat kontol
Mas Pujo yang masih tegar
kuraih, kuhisap dan kukulum
serta kujilat pada kemaluan yang
membonggol itudan hasilnya luar
biasa.., aku merasa ukurannya
bertambah besar dan mulai
bekedut-kedut. Kuhisap lagi
berulang kali sampai aku puas.
Aku mulai merasakan adanya
cairan manis keluar dari ujung
kemaluan itu. Aku terus
berusaha, mulutku mulai payah.
Kugoyang-goyangkan telur
kemaluan Mas Pujo.
“Ahh Rienn..” desah Mas Pujo.
Creet.. crett.. Saking kuatnya
semprotan dari kemaluan Mas
Pujo, kurasakan ada air maninya
yang langsung masuk tertelan.
Kuhisap terus sampai terasa
tidak ada lagi air mani yang
keluar dari kemaluan Mas Pujo.
Kubersihkan kemaluan Mas Pujo
dengan menjilatinya sampai
bersih. Aku puas merasakannya.
Aku bahagiaa. Sebentar
kemudian kurasakan
kemaluannya mulai mengecil dan
melemas. Pada saat telah kecil
dan lemas tersebut, aku merasa
mulutku mampu melahap
kemaluannya secara menyeluruh.
Kuangkat tubuh Meta tidur ke
samping. Kami tidak berpakaian.
Meta mulai merapatkan matanya
sambil tangannya merangkulku
dan tubuhnya yang berkeringat
merapat ke tubuhku. Meskipun
udara Kopeng dingin, tetapi
tubuh kami masih kepanasan
berkeringat akibat permainan
tadi.
Siangnya pada jam 10.00, kami
rapat dengan dihadiri Pak Kidjan
penunggu Vila dan memutuskan
bahwa pengelolaan usaha yang
ada di Jawa termasuk kebun dan
villa akan menjadi tanggung
jawab Meta. Meta hanya
menangis ketika kami sampaikan
bahwa kami harus pindah, tapi
dengan fasilitas dan keuangan
yang ia kelola, Meta akan dapat
menyusul kami sewaktu-waktu.
“Kami tak akan pernah
melupakanmu Met..,” itulah kata-
kata kami kepada Meta sebelum
kami akhirnya terbang ke Bumi
Nyiur Melambai.
More aboutNgentot Di Villa Rame-Rame