kembali oleh salah seorang
korban pemerkosaan. Demi situs
Cerita Sex Indonesia ini agar
para pembacanya senang. Yuk
kita baca aja cerita sex seru
yang satu ini. Dijamin deh cerita
seks yang kami hadirkan tak
pernah ada dalam situs cerita
seks manapun . Tomi adalah
seorang mandor buruh sebuah
pabrik yang usianya bisa dibilang
sudah paruh baya. Garment di
kawasan Bandung. Dia bekerja
sebagai seorang pengawas buruh
dibagianproduksi. Perangainya
cukup sangar sikapnyapun tegas
terhadap para buruh-buruh
yang bekerja disitu. Dia tidak
pelit dengan kata-kata kasar
dan caci maki terhadap para
buruh yang melakukan
kesalahan. Bagi para buruh tidak
ada pilihan lain selain bekerja
dibawah tekanan mandor Tomi
karena memang mencari
pekerjaan lain sangatlah sulit.
Tomi diangkat oleh perusahaan
sebagai seorang mandor karena
dia memiliki latar belakang
kehidupan yang keras, memang
dia adalah seorang preman
disebuah kawasan yang rawan
kriminal di Bandung. Dengan
harapan kedudukan Tomi sebagai
mandor buruh, maka para buruh
akan segan dan takut terhadap
perusahaan.
Saatini ada seorang mahasiswi
yang kebetulan sedang tugas
magang di pabrik itu namanya
Ani, usianya masih 19 tahun dan
dia adalah seorang mahasisiwi
Fakultas Teknik Industri pada
sebuah perguruan tinggi negeri
yang terkenal di kota Bandung.
Ani cukup lincah dalam bekerja.
Gadis cantik itu pintar dan rajin
dalam melakukan tugas-
tugasnya. Dia memiliki wajah yang
imut-imutdan cantik sekali
seperti mojang-mojang Bandung
umumnya yang memiliki kulit
putih bersih. Selama bekerja
magang di pabrik itu, Tomi sering
memperhatikan Ani. Potongan
tubuhnya sintal padat
proporsional dengan tinggi
tubuhnya yang sekitar 160-an
cukup membuat Tomi tertarik
perhatiannya kepada Ani.
PenampilanAni memang lain
dibandingkan dengan gadis-gadis
lainnya. Ani lebih senang
menggunakan celana jeans dan
baju yang ketat seperti
umumnya penampilan seorang
mahasiswi sehingga lekuk-lekuk
tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah
yang membuat para lelaki
dipabrik itu sering memandangi
kemolekan tubuh Ani. Begitu pun
dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat
keindahan dan kemolekan tubuh
Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani
karena dia lebih serius untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya
selama magang di pabrik itu.
SesekaliTomi menyempatkan diri
untuk memasang muka ramah
dan bercakap-cakap dengan Ani
hanya sekedar menukmati
kecantikan wajah gadis tersebut.
Padahal dengan karyawati atau
buruh wanita yang lainnya boro-
boro dia memasang muka ramah
yang ada selalu tampang sangar
yang diperlihatkannya dan
ucapan-ucapan yang jauh dari
keramahan. Singkat kata Tomi
telah jatuh hati berat kepada
Ani, mahasiswi cantik itu.
Padasuatu hari menjelang
berakhirnya masa kerja magang
Ani di pabrik itu, Tomi
memberanikan diri untuk
mengutarakan isi hatinya. Sore
hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa
percaya diri dan nekat dia
utarakan keinginannya untk
menjadi pacar serta pendamping
hidup Ani. Namun, pada akhirnya
keadaan berubah dan
merupakan titik balik perasaan
Tomi, dari rasa cintanya kepada
Ani berubah 180 derajat menjadi
benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-
mentah oleh Ani. Dengan alasan
selain perbedaan agama, usia
yang terpaut jauh dimana Tomi
saat ini telah berusia 38 tahun
sedangkan Ani baru 19 tahun
selain itu juga terdapat
beberapa sifat Tomi yang tidak
cocok dengan Ani. Seperti
diketahui latar belakang Tomi
adalah seorang preman,
pemabok dan penjudi.
Sejakitu hati Tomi menjadi
panas, kesal dan marah atas
jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam
terhadap Ani. Dan diapun
merencanakan akan berbuat
sesuatu terhadap Ani, “Hmmm…
tunggu tanggal mainnya gadis
sombong… puih !!!” batinnya.
Seminggu kemudian, pada sebuah
Malam disebuah lorong yang
gelap tampak sekelompok orang
berjalan mengendap-endap.
Mereka ada Tomi berserta
beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep,
Ujang, Cecep dan Afung,
tampang-tampang mereka lusuh-
lusuhdan kumal-kumal, tampang
khas para preman.
“Sstt… sebentar lagi dia lewat
kesini”, bisik Tomi kepada kawan-
kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”,
balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan
nihh… udah pingin nyodok tuh
cewek”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr…
semua pasti dapat tanda
tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang
kasih pelajaran tuh cewek…”,
lanjut Tomi.
Malamitu mereka memang
tengah menghadang Ani pada
suatu tempat didekat tempat
kost Ani. Tempat penghadangan
itu memang sepi dan hanya
terdapat beberapa rumah
kosong saja dan sebuah
lapangan luas yang mengelilingi
rumah kost Ani. Sehingga Tomi
dan kawan-kawannya merasa
cocok dengan tempat itu sebagai
lokasi penghadangan.
Animemang lebih memilih untuk
tinggal disebuah rumah kost
yang sepi, agar supaya dia bisa
lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ani tidak
lagimagang di pabrik itu, Tomi
menyibukkan diri dengan mencari
data-data diri Ani serta
mengamati kegiatan-kegiatan Ani
sehari-hari. Termasuk
membuntutinya pulang-pergi dari
kost-kostannya menuju
kekampus sehingga dia tahu
betul kegiatan serta route-
route pulang-pergi Ani. Hingga
akhirnya dipilihlah tempat itu
sebagai tempat yang ideal dalam
menghadang korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil
menunjuk kesebuah bayangan
yang mendekat kearah mereka
berkumpul.
“Tak salah lagi, tepat pukul 7
malam pasti tuh cewek lewat
sini” lanjut Tomi sambil
tersenyum melihat sasarannya
mendekat.
Tapisejenak Tomi agak bimbang
karena bayangan yang
mendekat itu ternyata ada dua
sosok.
Tetapi setelah diamati secara
mendalam ternyata kedua-
duanya adalah sosok bayangan
wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu
lagijuga sosok wanita. Maka
tanpa keraguan lagi dia pun
mulai memutuskan untuk
menjalankan operasi
penyergapan itu.
“Ah itu dia pengantin
wanitaku…”, gumam Tomi.
“Ok…jalan kan tugas masing-
masing ! awas jangan sampai
luput…”, perintah Tomi kepada
teman-temannya.
“Ada dua boss, yang satunya
gimana nih ?”, tanya Asep.
“Ah sikat aja…”, jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep,
Cecep dan Afung bergerak
menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapunmenghadang Ani
beserta temannya,
Anipunnampak kebingungan
mendapati dirinya dihampiri oleh
empat lelaki yang tidak
dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak
sekitar 10 meter, suasanya
hening sejenak. Dari tempat Tomi
berdiri sayup-sayup terdengan
pembicaraan serius diantara
Asep dan Ani.
Beberapa detik kemudian
suasana berubah, secepat kilat
Ani diringkus oleh Cecep dan
Afung yang memiliki tubuh tegap.
Sedangkan temannya diringkus
oleh Asep dan Ujang. Ani serta
temannya mencoba melawan dan
meronta-ronta akan tetapi
beberapa pukulan dilayangkan
oleh Cecep dan Afung dan
akhirnya Anipun pingsan. Setelah
itu tubuh tak berdaya itu
dibopong oleh Cecep.
Sementaraitu teman Ani yang
juga meronta ronta dibekap dan
dipukuli oleh Ujang hingga
akhirnya tak sadarkan diri pula.
Lantas tubuhnya digendong oleh
Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar
Asep kepada Tomi yang kemudian
keluar dari persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita
bawa ke rumah kosong itu”,
perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan
dengan sukses, sasaran telah
dilumpuhkan dan kini siap
“diproses”. Didalam rumah kosong
itu tubuh Ani dan temannya
dibaringkan disebuah dipan kayu.
Kedua tangannya Ani diikat
kebelakang.
Setelahlampu diruangan itu
dinyalakan, kelima orang yang
telah dirasuki nafsu itupun
menggunam terkagum-kagum
melihat kecantikan dan
kemolekan tubuh Ani yang
tengah tergolek pingsan. Dia
menggunakan kaos lengan
panjang serta jeans birunya
yang kesemuanya berukuran
ketat sehingga kemolekan
tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita
satunya yang juga ikut
dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina,
temannya Ani… wah… wah… sial
sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani,
usianya lebih muda dari Ani yaitu
16 tahun, dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMU. Dina
adalah keponakan dari pemilik
kost dimana Ani tinggal.
Dinajuga memiliki wajah yang
manis, tubuhnya mungil namun
padat.
“OK jatah gue si Ani… ini
pengantin gue, yang satunya
boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada
nyingkir deh, silahkan elo bikin
pesat sendiri sama si Dina itu,
dan jangan ganggu malam
pengantin gue, OK!”, ujar Tomi
kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta
sendiri”, ujar Asep. Dan
menyingkarlah ke-4 teman-
teman Tomi sambil membopong
Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita
nikmati malam pengantin kita
sayang…”, bisik Tomi kepada Ani
yang tengah pingsan.
Dengansenyum kemenangan
Tomi memandangi gadis itu yang
tengah tergeletak di sebuah
dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…”
ujarnya dalam hati.
Keduatangannya bergerak
meraba Payudara gadis itu.
Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan
kini kedua tangannya dengan
ganas meremas-remas payudara
Ani yang kalau terlentang
terlihat membukit.
Setelahpuas meremas-remas
payudara Ani, kini Tomi
mengeluarkan pisau lipatnya
yang memang selalu dibawanya
kemana-mana sebagai senjata.
Dengan kasarnya kemudian Tomi
merobek-robek baju kaos lengan
panjang Ani, hingga tinggal bh
putihnya saja yang menutupi
kedua payudaranya. Namun
akhirnya diputuskannya tali bh
itu dan dicampakannya bh itu
kelantai sehingga kini terlihatlah
kedua gundukan indah payudara
Ani. Setelah itu serta merta
dengan bernafsu dikulumnya dan
dijilat-jilatnya kedua payudara
itu dengan sesekali digigit-
gigitnya kedua puting payudara
itu.
Puas dengan bagian payudara
kini Tomi melepas celana jeans
yang dikenakan Ani, sreett…
sekali tarik terlihatlah bagian
bawah dari Ani dengan celana
dalamnya yang berwarna putih.
Kedua mata Tomi kembali
terbelalak melihat pemandangan
indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan
dipangkal pahanya itu.
Sedangasyik asyiknya
mengusap-usap gundukan
kemaluan Ani, tiba-tiba
terdengar suara kegaduhan dari
ruang sebelah. Tomipun
menghentikan aktifitasnya lalu
bangkit seraya berlari mendekati
arah suara itu. Sesampainya
disuatu ruangan asal muasal
suara itu, matanya kembali
terbelalak melihat pemandangan
erotis yang tengah terjadi
diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya
memuncak melihat pemandangan
diruangan itu. Diruangan itulah
Tomi melihat Dina yang rupanya
telah sadar tengah “dibantai”
oleh Asep, Ujang, Afung dan
Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi
merangkak nampak tengah
disodomi dari belakang oleh Asep
yang memiliki badan yang jauh
lebih besar daripada Dina. Asep
dengan sangat keras dan
kasarnya mengocok-ngocok
batang kemaluannya didalam
lobang anus Dina. Mula-mula Dina
meraung-raung ampun-ampunan
karena kesakitan, namun
teriakan-teriakannya tidak
berlangsung lama karena
kemudian dimulut Dina telah
tertanam batang kemaluan
Ujang. Ujang memposisikan dirinya
didepanDina, setelah berhasil
menyumpalkan batang
kemaluannya didalam mulut Dina
kemudian dengan tangan kirinya
yang memegang kepala Dina dia
paksa kepala Dina untuk
bergerak maju mundur.
Ujangdan Asep nampak sangat
menikmati keadaan itu, mereka
mendesah-desah merasakan
nikmatnya bagin-bagian tubuh
Dina itu. Tak berapa lama
kemudian merekapun
berejakulasi. Asep menyemburkan
spermanyadidalam lubang anus
Dina dan sejenak kemudian Ujang
memuntahkan cairan spermanya
didalam mulut Dina. Nampak Dina
megap-megap dibuatnya di saat
harus menelan cairan sperma
Ujang yang cukup banyak.
Setelahitu kedua orang tadi
menyingkir dan posisinya
digantikan oleh Cecep. Cecep ini
baru berusia 23 tahun, namun
perawakannya besar dan tinggi,
batang kemaluannyapun nampak
telah mengacung membesar dan
siap menelan mangsa. Kini Cecep
bersiap-siap menyetubuhi Dina,
direntangkannya tubuh Dina
yang kepayahan itu dan
langsung ditindihnya.
“Oouugghhh…”, Dina melengking
disaat kemaluan Cecep yang
besar itu melesak kedalam liang
vaginanya. Pemandangan ini
sudah cukup untuk
membangkitkan birahi Tomi
diapun berjalan meninggalkan
ruangan pembantaian Dina itu
dan kembali menghampiri Ani
pasangannya.
Tiba-tibaAni terbangun dan
membuka mata. Ani kaget
mendapati kedua tangannya
terikat dan keadaan tubuhnya
hanya tinggal celana dalam. Dan
lebih kaget lagi ketika
dihadapannya melihat Tomi
tertawa terkekeh-kekeh
menyaksikan dirinya yang tak
berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi
cewek jangan sombong. Jadi
terpaksa elu gua kerjain deh?”
Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus
bisa memuaskan gue, kekasih
elo” lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia
tahu apa yang akan terjadi pada
dirinya, badannya mulai gentar,
mukanya memucat. Air matanya
mulai meleleh seiring dengan
kata-kata ampunan yang keluar
dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan
sakiti aku…”, pintanya sambil
terisak-isak. Permohonannya ini
nampaknya semakin membuat
Tomi terangsang.
Satupersatu dilepaskannya baju
dan celananya hingga akhirnya
telanjang bulat. Badan Tomi
nampak gemuk dengan perut
yang membuncit, beberapa
gambar tatto nampak menghiasi
tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah
menegang keras, ukuran juga
besar dengan ujungnya yang
telah basah. Ani semakin
merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus
menangis. Dia sadar akan
diperkosa. Tomi kemudian
bergerak mendekati Ani dan
meraih kepala Ani. Belum sempat
berteriak, mulut Ani tiba-tiba
dijejali dengan batang
kemaluannya yang sudah
menegang dan membuat gadis itu
tersedak.
Aniberusaha terus menutup
mulutnya namun setelah jempol
dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun
membuka mulutnya sebagai
reaksi karena kekurangan
oksigen. Langsung mendapat
kesempatan itu dihujamkannya
batang kemaluannya kedalam
mulut Ani. Dia tak bisa berbuat
apa-apa karena Tomi memegang
kepala gadis itu. Rasa mual
membuat Ani hampir muntah dan
berusaha melepaskan kemaluan
Tomi di mulutnya. Tomi gerak-
gerakkan batang kemluannya di
mulut gadis itu, maju-mundur dan
diputar-putardidalam rongga
mulut Ani. Selama sepuluh menit
Tomi menjejali mulut gadis itu
dengan batang kemaluannya.
Puasdengan itu kemudian Tomi
mengeluarkan kemaluannya dari
mulut gadis itu. Ani langsung
mencoba berteriak tapi Tomi
cepat-cepat membekap mulutnya
danberkata, “Diem lu, jangan
berteriak atau gue bunuh
kamu?”, sambil menempelkan
pisau lipatnya. Ani terdiam
karena takut ancaman itu. Dan
hanya bisa menangis sampai
gadis itu kelelahan dan lemas.
Setelah sejenak menikmati wajah
Ani, kini Tomi menurunkan celana
dalam putih Ani dan
melemparkannya ke lantai,
Anipun hanya bisa pasrah tanpa
perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget…
waw indah sekali…?” bisik Tomi
kepada Ani.
Memanggadis seusia Ani memiliki
kemaluan yang indah, masih
perawan, bulu-bulunyapun tipis
dan halus-halus tumbuh rapih
berjajar disekitar lobang
vaginanya.
Keduatangan Tomi kembali
meremas-remas payudara gadis
itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya.
Kembali Ani berteriak lagi,
kembali pula Tomi ancam Ani “Lu
bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain
kontol gue ini…pasti nikmat.?”
Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai
malam pengantin kita, hahaha…”,
sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh…
jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani
memelas.
TapiTomi tak peduli dengan
ucapan gadis itu.
Diapunjongkok didepan Ani, dia
angkat pahanya dan
melebarkannya. Kepala Tomi
menunduk memperhatikan
kemaluannya Ani yang ditumbuhi
bulu-bulu tipis. Kepalanya
bergerak dan mulutnya mulai
menjilati kemaluan gadis itu.
Mendapatkanperlakuan itu
badan Ani langsung menggeliat-
geliat suaranya terengah-engah
merasakan kemaluannya kegelian
karena dijilati. Hanya suara
erangan gadis itu saja yang
terdengar, “Ehhmmhh… engghh…
ouuhhh… oohh… dst”. Sementara
mulut Tomi terus menjilati
kemaluan Ani, tangannya
bergerak ke atas dan memijat-
mijat payudara Ani serta
mempermainkan putting susu
gadis itu.. Ani menggeliat antara
sakit, geli dan takut.
Tiba-tibaAni mengangkat
pinggulnya dan mendesah lemah.
Rupanya Gadis itu telah orgasme.
Dari vagina gadis itu keluar
cairan. Ketika melihat bibir vagina
gadisitu telah basah, cepat-
cepat Tomi mengarahkan
kontolnya yang sudah menegang
dan mendekatkannya ke bibir
vagina gadis itu. Sambil
memegang pinggul gadis itu, Tomi
melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt…
oouughhh… a.. ammpunn… pak..
oouhhh…”, Ani merintih tajam
tubuhnya menegang kaku
menahan rasa sakit dipangkal
pahanya. Walaupun dengan susah
payah akhirnya Tomi berhasil
menanamkan batang
kemaluannya masuk amblas ke
dalam lubang kemaluan Ani. Ani
menjerit kesakitan, badannya
meregang kesakitan. Sejenak
Tomi merasakan kenikmatan
hangatnya lobang kemaluan Ani
dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa
memijat-mijat batang
kemaluannya.
Akhirnya Tomipun mulai
mengerakkan kemaluannya maju
mundur. Tangannya memegang
pundak gadis itu sedang
mulutnya menciumi bibir dan pipi
Gadis itu. Ani mendesah-desah
dan mengerang-erang membuat
Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-
mundurkan kemaluannya itu.
“Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh…
dst”, Ani mengerang-ngerang.
Tubuh keduanya telah dibanjiri
oleh peluh seolah-olah mereka
sedang mandi.
Puasdengan posisi itu kini Tomi
mencabut kemaluannya dan
membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang
gadis itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi
menghujamkan kontolnya yang
kini ke dalam liang dubur gadis
itu.
“Aaakhhh…!!!”, Ani kembali
memekik kesakitan, badannya
kembali mengejang keras
menahan sakit yang teramat
sangat ketika liang anusnya
dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelahtertanam, Tomi kembali
memompa dengan gerakan yang
semakin cepat. Kedua tangan
Tomi yang besar semakin kasar
meremas-remas susu gadis itu.
Ani semakin mengerang-ngerang
kesakitan. Tapi Tomi tak peduli.
Terus saja Tomi maju mundurkan
pinggulnya dengan cepat. Sadar
dirinya akan mencapai klimaks,
Tomi mencabut batang
kemaluannya dari lobang dubur
Ani. Setelah itu dihempaskannya
tubuh Ani hingga kembali
terlentang. Kembali Tomi
menancapkan batang
kemaluannya didalam liang vagina
Ani yang telah dibasahi oleh
cairan kewanitaannya yang
bercampur darah perawannya.
Bless…batang kemaluan Tomi
menghujam masuk tanpa
kesulitan, kembali digenjotnya
tubuh Ani dengan cepat dan
kasar, sampai-sampai dada Tomi
menghantam-hantam wajah Ani
yang meringis-ringis kesakitan.
Kini Tomi menggoyang tubuh Ani
dengan hebat hingga tubuh Ani
terbanting-banting disodok oleh
Tomi. Sampai akhirnya saat yang
ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini
tubuh Tomi mengejang, wajahnya
menyeringai menengadah keatas,
otot-ototnya mengeras dan
akhirnya dia menyemprotkan
spermanya di vagina gadis itu,
Croottt… crrottt… crrottt…
jumlahnya banyak sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik
puas sambil terus
menyemprotkan spermanya
memenuhi rongga vagina Ani
sambil kedua tangannya
mencengkram erat pinggul Ani.
Anipuntiba-tiba mendesah
panjang… “ooouuuuhhgggg…”,
sambil menerima tumpahan
sperma Tomi yang melimpah ruah
itu hingga meluber keluar dari
sisi-sisi rongga kemaluannya
badannyapun mengejang dan
bergetar, sepertinya diapun
mengalami ejakulasi sesuatu yang
baru dialaminya seumur hidup.
Beberapa detik kemudiansetelah
sama-sama mengalami orgasme
tubuh kedua insan itupun
melemas, tubuh Tomi jatuh
menindih tubuh Ani. Kini hanya
suara nafas kedua insan itu yang
salingmemburu menghiasi akhir
dari pergumulan itu. Setelah diam
selama 15 menit, Tomi kemudian
bangkit dari atas tubuh Ani
serta melepaskan kontolnya,
“Ooohhh…”, Ani mendesah
panjang disaat Tomi mencabut
batang kemaluannya yang
beberapa menit lamanya mengisi
rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak
kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.
Anipun diam seribu bahasa dan
memalingkan wajahnya dari
pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas
buat kamu…”, ujar Tomi serta
meraih dan mengangkat kepala
gadis itu untuk kemudian
memaksa Ani menjilati batang
kemaluan Tomi yang masih basah
oleh sperma dan darah.
AnehnyaAni hanya pasrah dan
menuruti saja perintah Tomi tadi
secara perlahan-lahan diraihnya
betang kemaluan Tomi yang
kembali menegang itu dan
kemudian dijilat-jilat serta
dikulumnya batang kemaluan
Tomi bak makan permen sampai
bersih.
Setelah selesai dan merasa puas,
Tomi bangkit dan membiarkan
tubuh Ani yang telanjang itu
terjatuh lemas. Tomi bergerak
mendekati Ani yang masih lemah
dan membisikkan kata-kata
mesra di telinganya
”Kamu hebat sayang… aku cinta
sama kamu”.
Karena dilihat Ani terkulai lemas
dan sepertinya tertidur karena
kecapaian, maka Tomi
memutuskan untuk
meninggalkannya dulu. Tomi ingin
melihat kegiatan di ruangan lain
dimana tadi terjadi pembantaian
itu.
Sesampainya dirungan yang
ditujunya mata Tomi terbelalak
ketika melihat pemandangan
yang ada diruangan itu. Teman-
temannya nampak tidur tiduran
sambil melepas lelah setelah
membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak
tergeletak dengan posisi
telentang dilantai, kedua kakinya
mengangkang lebar dengan lutut
tertekuk. Setelah diamati dari
dekat oleh Tomi ternyata kondisi
Dina sangat mengenaskan dia
telah diperkosa secara buat oleh
teman-temannya, mulutnya
dipenuhi oleh cairan sperma yang
mengental sampai meluber
disekitar mulut dan pipinya.
Rupanya oleh teman-temannya
Tomi Dina dipaksa melakukan oral
sex dan mereka telah
menumpahkan spermanya
didalam mulut Dina.
Matanyanampak sayu serta
nafasnya terdengar pelan
terengah-engah. Kuturunkan
tatapan mataku keseputar
payudaranya yang berukuran
tidak begitu besar, disitu
terdapat banyak bekas-bekas
gigitan dan salah satu putingnya
nampak berdarah, disitu juga
terdapat tumpahan sperma yang
telah mengering. Dan akhirnya
kutatap kemaluan gadis itu,
kondisinya rusak parah,
kemaluannya sudah memerah
dan membengkak, banyak
ceceran darah dan sperma
didaerah itu. Tomi menggeleng-
gelangkan kepalanya melihat
kondisi Dina.
Tiba-tibaAsep bangkit dia
menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir
kemaluan Dina.
Tomidan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia
sudah bekerja keras memuasin
kita-kita orang ini, aku kasih dia
rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing
dulu”, ujar Asep berjalan
meninggalkan ruangan
pembantaian Dina sambil
mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak
kearah tumpukan pakaian Dina
yang berserakan dilantai, dia
rupanya tertarik dengan tas
punggung Dina. Dengan rasa
penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya,
membuka-buka dompet Dina,
memerika ponsel milik Dina,
kurang lebih 5 menit lamanya dia
buka-buka itu semua. Sedang
asyik-asyiknya dia membuka-
buka buku Dina, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan teriakan
diruangan samping. Serta merta
dia berlari menuju kearah situ.
Kembalimata Tomi terbelalak
serta menggeleng-gelengkan
kepalanya tatkala melihat Asep
ternyata tengah asyik
menyetubuhi Ani.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak
tahan… lihat cewek cantik ini…”,
ujar Asep sambil terus
memompakan kemaluannya
didalam kemaluan Ani.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann…
kasar… kassarr… oohh… oohh…”,
Ani kembali merintih-rintih sambil
tubuhnya terhempas-hempas
sebagai akibat sodokan-sodokan
keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja..
kontol gue… inii… aakkhh… akhh..
fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep
sambil terus menggenjot tubuh
Ani.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn…
oohh…”, Ani merintih-rintih
dengan tubuh yang terhempas-
hempas wajahnya meringis
menahan rasa ngilu
diselangkangannya.
Sepuluh menitlamanya tubuh Ani
disetubuhi oleh Asep, hingga
akhirnya Asep memuntahkan
spermanya di lubang kemaluan
Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali
dan diapun kemudian
menjatuhkan dirinya disisi Ani
yang kembali tubuhnya melemas.
Waktu sudah menunjukkan pukul
12 malam saat mereka tersadar
akan waktu yang semakin
mepet, tidak terasa sekian
lamanya mereka mengerjain
kedua gadis itu serasa waktu
berlalu cepat.
Tiba-tibabirahi Tomi bangkit
kembali, didekatinya kembali
tubuh Ani yang tertidur kerena
kecapaian itu dan
dibangunkannya Ani dari
tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi
kepada Ani.
“Oohhh…”, Anipun terbangun.
“Sayangku… layanin aku lagi
ya…”, bisik Tomi dengan
tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…
gara-gara kamu sih yang
menggairahkan sekali…”,
lanjutnya.
Mimikwajah Anipun berubah
menjadi cemas, matanya mulai
berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat
pak… rasanya sakittt… sekali…
jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani
dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi
seraya memposisikan dirinya
diatas tubuh Ani.
“ooohhh… oohh…”, Ani mendesah
panjang tatkala Tomi
menanamkan kembali
kemaluannya didalam lobang
kemaluannya. Kembali tubuh Ani
digenjot, disetubuhi secara kasar
oleh Tomi.
Anihanya bisa pasrah, air
matanya berlinangan, tubuhnya
lemah hanya mengikuti irama
gerakan dari Tomi yang tengah
menyodok-nyodokkan
kemaluannya.
Dansetelah beberapa menit
lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan
Ani cairan hangatnya menyembur
membasahi rahim Ani.
Rasa puasnampak di raut wajah
Tomi, “Hahaha…akhirnya aku
berhasil mendapatkanmu gadis
cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang
terakhir kalinya, mau engga elu
jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil
menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh
temen-temen gue perkosa elu
sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram
ama peju gue, dan sebentar lagi
elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam
lamanya Tomi “merayu” Ani,
kadang terdengar bentakan-
bentakan, kadang Tomi
menampar wajah Ani, kadang
dengan kata-kata halus, yang
jelas Tomi terus meneror hati
Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi
tak membuahkan hasil sementara
waktusudah menunjukkan pukul
2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan
teman-temannya untuk
“mencicipi” tubuh Ani.
“Rasain tuh kontol-kontolnya
temen-temen gue biar mampus
elu, cewek sombong !”, ujar Tomi
dengan mencibir.
Tanpamembuang waktu lagi
keempat teman Tomi mulai
menjamah tubuh Ani.
Merekamulai memperlakukan Ani
seperti Dina. Mulai dengan Afung
yang langsung menyodomi Ani
setelah itu vagina Ani kembali
dihajar oleh kemaluan milik Ujang,
juga mulut Ani dipaksa mengulum
batang kemaluannya Cecep dan
setelah berejakulasi menelan
spermanya, terakhir ketika Ani
telah kepayahan Asep kembali
menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani
tidakjauh beda dengan Dina,
seluruh wajah badan dan
kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan
cairan sperma.
Kiniwaktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa
tadi telah berpakaian lengkap
dan rapi. Sebelum mereka pergi,
mereka menggotong tubuh Ani
untuk disatukan dengan Dina.
Kedua tubuh yang tak berdaya
itu kini tergolek lemah, keduanya
diposisikan terlentang sejajar
dengan kondisi tubuh mereka
yang telanjang bulat. Sebelum
pergi Tomi mengecup kening Ani
dan Asep kembali menyelipkan
sebatang rokok yang menyala
dikemaluan Ani juga Dina. Dengan
diiringi tawa serta canda kelima
pemerkosa itu pergi
meninggalkan rumah kosong
tempat dimana tubuh Ani dan
Dina tergolek pingsan.