saya masih berumur kurang lebih
10 sampai 13 tahun. Persisnya
saya sudah lupa. Waktu itu saya
mempunyai teman bernama Alex.
Alex tinggal dengan keluarganya
tidak jauh dari tempat saya
tinggal. Alex mempunyai seorang
kakak perempuan bernama
Mona. Umurnya 4-5 tahun lebih
tua dari kami, jadi waktu itu
saya dan Alex masih SD kelas 5,
sedangkan dia sudah SMA.
Mona ini orangnya seksi sekali.
Bukan berarti dia sering pakai
baju seksi atau bicara yang
nyerempet-nyerempet hal
begituan, tapi tidak tahu kenapa
kalau saya sedang berada dalam
satu ruangan dengan dia, selalu
pikiran saya membayangkan hal-
hal yang erotik tentang dia yang
saya tidak pernah terpikirkan
sama wanita lain.
Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa
saja, tidak terlalu tinggi, tapi
proporsional. Dan kalau orang
sekarang bilang, body-nya
bahenol dan tetap jelas lekuk-
lekuk tubuhnya tampak bila dia
berpakaian. Rambutnya panjang
sebahu dengan payudara yang
sedikit lebih besar dari rata-
rata, dan mengacung ke atas.
Suatu ketika saya sedang main
ke rumah Alex, Ayah Mona
sedang membetulkan mobilnya di
kebun depan rumah Mona. Kami
semua berada di situ melihat ke
dalam mesin mobil tersebut. Saya
berdiri persis kebetulan di
sebelah Mona. Dia berada di
sebelah kanan saya. Pada waktu
itu Mona memakai baju jenis baju
tidur, berbentuk celana pendek
dan baju atasan. Warnanya biru
muda sekali sampai hampir putih
dengan gambar hiasan bunga-
bunga kecil yang juga berwarna
biru muda.
Lengan bajunya lengan buntung,
dan pas di pinggir lengan bajunya
di hiasi renda-renda berwarna
putih manis. Bajunya karena itu
pakaian tidur jadi bentuknya
longgar dan lepas di bagian
pinggangnya. Bagian bawahnya
berupa celana pendek longgar
juga, sewarna dengan bagian
atasnya dengan bahan yang
sama.
Semua melihat ke dalam mesin
mobil sehingga tidak ada yang
melihat ke arah saya. Pada saat
itu lah saya melirik ke arah Mona
dan melihat payudara Mona dari
celah bawah ketiaknya. Perlu
diingat bahwa tinggi badan saya
pada umur itu persis sepayudara
Mona. Dia tidak menggunakan BH
waktu itu. Puting susunya yang
coklat dan mengacung kelihatan
dengan jelas dari celah itu
karena potongan lengan bajunya
yang kendor. Hampir seluruh
payudara Mona yang sebelah kiri
dapat kelihatan seluruhnya.
Tentu saja dia tidak sadar akan
hal itu.
Suatu ketika ada juga saat
dimana kami sedang bersama-
sama melihat TV di ruang tamu.
Saya duduk di sofa untuk satu
orang yang menghadap langsung
ke TV. Dan Mona duduk di sofa
panjang di bagian sebelah kiri
dari TV di depan kiri saya. Saya
dapat langsung melihat TV, tapi
untuk orang yang duduk di sofa
panjang itu harus memutar
badannya ke kiri untuk melihat
TV, karena sofa panjang
tersebut menghadap ke arah
lain.
Mona akhirnya memutuskan
untuk berbaring telungkup sambil
melihat TV karena dalam posisi
tersebut lebih mudah. Dia
memakai baju tidur berupa kain
sejenis sutera putih yang
bahannya sangat lemas, sehingga
selalu mengikuti lekuk tubuhnya.
Baju tidur ini begitu pendek
sehingga hanya cukup untuk
menutupi pantat Mona. Bagian
atasnya begitu kendor sehingga
setiap kali tali bahunya selalu
jatuh ke lengan Mona dan dia
harus berulang-ulang
membetulkannya.
Dalam posisi telungkup begitu
baju tidurnya pun tersingkap
sedikit ke atas dan
menampakkan vagina Mona dari
belakang. Kebetulan saya duduk
di bagian yang lebih ke belakang
dari pada Mona, jadi saya dapat
melihat langsung dengan
bebasnya. Semakin dia bergerak,
semakin bajunya tersingkap ke
atas pinggulnya. Mona pada saat
itu tidak memakai pakaian dalam
sama sekali, karena kebetulan
rumah sedang sepi dan
sebetulnya itu waktu tidur siang.
Kadang-kadang pahanya
merenggang dan vaginanya lebih
jelas kelihatan lagi. Mona
agaknya tidak perduli kalau saat
itu saya sedang berada di situ
juga. Sesekali dia bangun untuk
ke dapur mengambil minum, dan
sekali ini tali bajunya turun lagi
ke lengannya dan menampakkan
sebagian payudara kiri Mona. Kali
ini dia tidak membetulkannya dan
berjalan terus ke arah dapur.
Karena banyak bergerak dan
membungkuk untuk mengambil
sesuatu di dapur, akhirnya
payudara kirinya betul-betul
tumpah keluar dan betul-betul
kelihatan seluruhnya. Sambil
berjalan balik dari dapur, Mona
tidak kelihatan perduli dan
membiarkan payudara kirinya
tetap tergantung bebas. Sesekali
dia betulkan, tapi karena
memang baju tidurnya yang
belahan dadanya terlalu rendah,
akhirnya turun lagi dan turun
lagi. Dan setiap kali payudaranya
selalu meledak keluar dari balik
bajunya, kalau tidak yang
sebelah kanan yang sebelah kiri.
Mona tetap kelihatan seperti
tidak terjadi apa-apa, walaupun
satu payudara terbuka bebas
seperti itu.
Mona kembali berbaring
telungkup di sofa panjang
melihat ke arah TV. Sekarang
payudara kanannya yang
tergantung bebas tanpa
penutup. Setelah beberapa lama
dan menggeser-geser posisinya
di atas sofa, sekarang baju
tidurnya sudah tidak rapi dan
terangkat sampai ke pinggulnya
lagi. Karena posisi pahanya yang
sekarang tertutup, saya hanya
dapat melihat sebagian bawah
pantat Mona yang mulus dan
sexy.
Mona menggeser posisinya lagi,
dan sekarang tali baju yang
sebelah kiri turun. Sekarang
kedua payudaranya bebas
menggantung di tempatnya
tanpa penutup. Dari posisi saya
tentunya hanya dapat melihat
yang bagian kanannya karena
saya duduk di bagian kanan.
Mona balik lagi ke dapur untuk
yang kesekian kalinya mengambil
minum dan tetap membiarkan
payudaranya terbuka dengan
bebas. Dan balik lagi telungkup
melihat TV.
Saya mencoba mengajaknya
mengobrol dalam posisi itu. Tentu
saja tidak mungkin karena dia
menghadap ke arah TV.
Pertama-tama dia ketahuan
sedang malas diajak ngobrol dan
hanya terlihat ingin melihat TV.
Karena saya tetap bertanya-
tanya ini itu ke dia, akhirnya dia
pun mulai menanggapi saya.
Suatu ketika karena dia harus
menghadap saya tetapi malas
duduk, akhirnya dia membalikkan
diri ke arah kanan untuk
menghadap ke saya. Pada saat
itu lah vaginanya terlihat dengan
sempurna terpajang menghadap
saya. Perlu diketahui, payudara
Mona masih tetap tergantung
bebas dan padat tanpa penutup
karena dia tidak repot-repot lagi
membetulkan letak tali bajunya.
Baju tidur Mona terangkat lagi
sampai ke pinggul. Dan dia tetap
ngobrol seperti seakan-akan
tidak terjadi apa-apa. Cukup
lama juga kami ngobrol dengan
posisi dia seperti itu. Kadang-
kadang malah kakinya
mengangkang menampakkan
vaginanya. Dan dia tetap
bersikap seakan-akan tidak ada
apa-apa dan tetap berbicara
biasa.
Akhirnya saya tidak kuat lagi.
Suatu saat, pada saat dia
mengambil makanan dari atas
meja dan posisinya membelakangi
saya, vagina Mona mengintip dari
celah pahanya dari belakang
tepat 1-2 meter di depan wajah
saya. Saya buka retslueting saya
yang dari tadi sudah berisi penis
yang sudah keras tidak kepalang
tanggung, dan mengeluarkannya
dari celana dalam saya.
Dari belakang saya menghampiri
Mona perlahan. Pada saat ini dia
masih belum tahu dan masih
tetap memilih-milih makanan,
sampai terasa ada tangan yang
memegang kedua payudaranya
dari belakang dan merasakan
ada benda panjang, besar dan
hangat menyentuh-nyentuh di
sela-sela paha dan belahan
pantatnya.
Mona terkejut. Saya tetap
meremas dan memainkan kedua
payudara Mona dengan kedua
tangan saya dan mulai perlahan-
lahan menyelipkan penis saya ke
dalam vaginanya. Vagina Mona
selalu basah dari pertama
karena dia dapat menjaga situasi
dirinya sehingga tetap basah
walaupun pada saat-saat dia
tidak nafsu untuk bermain sex.
Penis saya masuk ke dalam
Vagina Mona dari belakang. Mona
melenguh tanpa dapat berbuat
apa-apa karena semuanya
berlangsung begitu cepat.
Tangannya bertumpu ke atas
meja makan.
Mungkin dia bertanya-tanya juga
dalam hati, ini anak SD tapi
nafsunya sudah seperti orang
dewasa. Saya mulai membuat
gerakan maju mundur sambil
tangan saya masih meremas-
remas payudaranya. Mona
terdorong-dorong ke meja
makan di depannya,
payudaranya bergoyang-goyang
seirama dengan dorongan penis
saya ke dalam vaginanya. Kaki
Mona dalam posisi berdiri
mengangkang membelakangi
saya.
Akhirnya saya klimaks. Sperma
demi sperma menyemprot
dengan kuatnya ke dalam vagina
Mona, sebagian meleleh keluar
dari dalam vagina ke bagian paha
dalam Mona yang masih berdiri
mengangkang membelakangi
saya. Setelah semprotan
terakhir di dalam vagina Mona,
kami masih berdiri lemas tanpa
merubah posisi. Kepala saya
lunglai ke depan, kepala Mona
juga, napas kami terengah-
engah, dan keringat banjir
membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis
saya keluar dari vagina Mona,
dan kembali memasukkannya ke
dalam celana dalam dan menarik
kembali retslueting ke atas.
Mona masih terengah-engah
dalam posisi yang belum berubah
bertumpu dengan kedua tangan
ke atas meja makan. Vagina dan
belahan pantatnya masih
terpajang bebas bergerak
seirama dengan desah napasnya.
Saya kembali duduk di depan TV,
dan Mona kembali ke sofa
panjang tempat tadi dia
berbaring, tapi sekarang dia
tidak telungkup, melainkan duduk
tanpa membetulkan letak dan
posisi bajunya atau
membersihkan bekas-bekas
sperma dan keringat yang ada di
sekujur tubuhnya.
Mona duduk bersandar rileks dan
vaginanya terlihat terpajang
dengan jelas karena posisi
duduknya yang terbuka lumayan
lebar. Matanya setengah
terpejam tergolek di atas
sandaran sofa. Tangannya lunglai
di samping badannya. Napasnya
masih terengah-engah. Dia melirik
sedikit ke arah saya dan
tersenyum. Saya pun tersenyum
nakal padanya bagaikan
normalnya anak umur 13 tahun.
Dan dia berdiri berjalan masuk
menuju ke kamar tidurnya.
Mona ini kalau lagi merasa
sendirian di rumah memang
betul-betul cuek. Pada saat lain
dimana saya sedang main ke
rumah Alex tapi Alexnya belum
pulang sekolah, Mona kerap kali
memakai baju semaunya dan
sangat minim tanpa repot-repot
pakai pakaian dalam. Kadang-
kadang hanya memakai T-shirt
sebatas pantat yang kebesaran
dan longgar tanpa pakai apa-apa
lagi, dan sudah kebiasaan Mona
kalau duduk posisinya tidak rapi,
sehingga pinggul dan
selangkangannya seringkali
merenggang dan menampakkan
vaginanya yang segar dan basah.
Kadang-kadang dia hanya
memakai gaun tidur putih
‘ backless’ tipisnya yang mini
dengan belahan dada rendah
sebatas puting, sehingga puting
susunya seringkali nampak
mengintip keluar. Atau mondar-
mandir hanya memakai kimono
handuk hijau mudanya sebatas
paha. Dan kalau pakai kimono
begitu dibiarkannya tali
pinggangnya tidak diikat hingga
bagian depannya tubuhnya
terbuka. Jalan ke dapur atau
duduk nonton TV di sofa tanpa
membenarkan letak kimononya,
atau makan siang setengah
telanjang. Dan Mona sudah biasa
begitu jika merasa tidak ada
orang di rumah. Vaginanya selalu
bebas tanpa penutup.
Ada kalanya dimana dia baru
pulang sekolah dan masih
berbaju SMA putih abu-abu.
Semasuknya di rumah yang
pertama dilepas adalah celana
dalam dan BH-nya dulu. Dan itu
dilakukannya dengan ekspresi
seperti dia sedang melepas
sepatu dan kaos kakinya, yaitu
di ruang tamu, dan di depan
mata saya.
Pernah celana dalam dan BH-nya
dilempar ke arah wajah saya
sambil dia tertawa bercanda,
atau biasanya dilemparkan saja
semaunya di lantai. Terus
biasanya dia kemudian makan
siang sambil nonton TV dengan
baju OSIS SMA-nya ditambah
payudaranya yang montok padat
berisi dan terkocok-kocok jika
Mona bergerak dengan puting
susunya yang tercetak jelas.
Biasanya penis saya perlahan-
lahan mengeras.
Kalau lagi tidak tahan, tanpa
basa basi saya buka retslueting
celana, keluarkan penis, angkat
rok SMA-nya sampai ke
pinggang, tidak perduli dia
sedang melakukan apa dan
memasukkan penis saya tanpa
minta ijin dia dulu. Biasanya sih
dia kaget, tapi tidak berkata
apa-apa sambil mulai menikmati
gerakan penis saya mengaduk-
ngaduk vaginanya.
Setelah sperma saya tumpah di
dalam, dia pun kembali
meneruskan apapun aktivitasnya
yang sempat terhenti oleh
sodokan penis saya. Malah
seringkali sepertinya aktivitas
Mona tidak terganggu dengan
adanya gesekan penis tegang
dalam vaginanya. Karena pernah
suatu waktu dia masak di dapur
dengan telanjang bulat karena
mungkin pikirnya tidak ada orang
di rumah.
Selagi dia masih menghadap ke
arah kompor, pelan-pelan dari
belakang saya menghampiri
dengan penis teracung.
Perlahan-lahan saya selipkan
penis berat saya yang sudah
keras di antara celah
selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok
sebentar, dengan suaranya yang
khas dan nada cuek biasanya dia
hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia
melebarkan posisi antara kedua
kakinya, sedikit menunggingkan
pantatnya dan membiarkan saya
bermain dengan payudaranya
dan melanjutkan memasukkan
penis saya dari belakang dan
menyantapnya sampai selesai.
Memang karena badan saya
yang masih setinggi bahunya,
setiap kali saya harus naik ke
kursi agar dapat memasukkan
penis saya ke dalam vagina
Mona. Dan itu saya lakukan
‘anytime-anywhere’ di rumahnya
selama hanya ada Mona sendiri di
rumah.
Sepertinya Mona begitu
merangsang karena pakaiannya
dan cara dia menempatkan posisi
tubuhnya yang seakan-akan
selalu menyediakan vaginanya
yang segar, bersih, sehat, basah
dan berlendir itu 24 jam buat
limpahan sperma dari penis saya
yang bersih, besar, berat dan
panjang (walaupun waktu itu
saya masih di bawah umur) ini di
dalamnya. Mungkin ini yang
membedakan dia dengan remaja-
remaja perempuan lainnya.