Maria...Oh Maria...

Maria. Itu namaku. Kedua orang
tuaku meninggal karena
kecelakaan ketika aku berusia
11 tahun. Saat itu, aku benar-
benar sendirian. Rasa takut dan
kesepian menyerang hati dan
pikiranku. Yang paling
menyedihkan adalah, aku sama
sekali tidak pernah dikenalkan
ataupun berjumpa dengan
kerabat ayah maupun ibu. Aku
tidak pernah bertanya. Selama
ini aku hanya mengenal ayah dan
ibu saja. Dan itu sudah lebih dari
cukup bagiku. Kami bertiga
sangat bahagia.
Aku tidak ingat, bagaimana aku
bisa sampai di panti asuhan itu.
Yayasan Bunda Erika, aku
membacanya di sebuah papan
nama di depan pintu masuk
bangunan itu. Di sana, banyak
anak-anak yang sebaya
denganku. Kehadiran mereka
membuatku setidaknya “lupa”
akan kemalangan yang baru saja
menimpaku. Tidak lamapun, aku
merasa kalau aku telah
menemukan rumah baru bagiku.
Enam bulan pun berlalu.
Pada suatu hari yang cerah,
mendadak kami dibangunkan oleh
Bunda Risa, salah satu pengurus
di tempat kami.
“Ayo bangun, cepat mandi, pakai
pakaian terbaik kalian, setelah
itu kalian harus berkumpul di
aula. Kita akan kedatangan
seseorang yang sangat
istimewa”, katanya sambil
tersenyum hangat.
Dan aku pun bertanya, “Bunda,
tamu istimewanya siapa sih?
Artis ya?”
“Mungkin ya..”, kata Bunda Risa
sambil tertawa kecil.
“Karena dia adalah putra tunggal
dari pemilik yayasan ini..”
Tak kusangka, pertemuanku
dengan Erik Torian bisa
mengubah hidupku, seluruhnya.
Saat dia melewati barisan anak-
anak yang lain, dia tiba-tiba
berhenti tepat di depanku.
Senyuman misterius menghiasi
wajahnya. Dengan posisi
membungkuk, dia mengamati
wajahku dengan teliti. Temannya
yang ikut bersamanya pun ikut
memperhatikan diriku.
“Ada apa Torian? Apa kau kenal
dengan anak ini?”, tanyanya.
“Tidak”, Erik masih
memandangiku sambil memegang
mukaku, seolah-olah aku tidak
bernyawa.
“Sempurna” katanya dingin.
“Seperti boneka..”
Aku yakin sekali dia bergumam
["..boneka yang aku idam-
idamkan"]
Lalu dia melepaskan wajahku dan
langsung meninggalkanku begitu
saja.
Sehari setelah kunjungan itu,
Erik bersama temannya itu
kembali mengunjungi yayasan,
untuk mengadopsi diriku.
“Halo.. Maria” Erik melemparkan
senyum yang berbeda dari
kemarin.
“Mulai saat ini, aku-lah yang
akan merawat dan mengurus
Maria. Kamu tidak harus
memanggil aku‘ayah’ atau
sebutan lainnya, panggil saja aku
Erik.”
Sambil mengalihkan
pandangannya ke temannya, dia
melanjutkan,”Nah.., ini adalah
temanku, namanya Tomi.”
Akupun menyunggingkan
senyuman ke arah Tomi yang
membalasku dengan senyuman
hangat.
Aku sama sekali tidak percaya
bahwa ternyata Erik tinggal
sendirian di rumah megah seperti
ini dan masih berusia 24 tahun
saat itu. Diam-diam, aku kagum
dengan penampilan Erik dan Tomi
yang sangat menarik. Berada di
tengah-tengah mereka saja
sudah sangat membuatku special.
Erik sangatlah baik padaku. Dia
selalu membelikan baju-baju
indah dan boneka porselain
untuk dipajang dikamar tidurku.
Dia sangat memanjakan aku.
Tapi, dia juga bersikap disiplin.
Aku tidak diperbolehkan untuk
keluar rumah selain ke sekolah
tanpa dirinya.
Empat bulan berlalu, rasa
sayangku terhadap Erik mulai
bertambah. Hari itu, aku mulai
merasa bosan di rumah dan Erik
belum pulang dari kantor. Aku
pun menunggunya untuk pulang
sambil bermain Play Station di
kamarku. Tepat jam 10.30 malam,
aku mendengar suara pintu di
sebelah kamarku berbunyi.
“Erik sudah pulang!!”, pikirku
senang.
Aku pun berlari keluar kamar
untuk menyambutnya. Tapi, di
depan kamar Erik aku berhenti.
Pintunya terbuka sedikit. Dan
aku bisa tahu apa yang terjadi di
dalam sana. Erik bersama
seorang wanita yang sangat
cantik, berambut panjang,
kulitnya pun sempurna. Aku
hanya bisa terdiam terpaku. Aku
melihat Erik mulai menciumi bibir
wanita itu dengan penuh nafsu.
Tangannya meraba-raba dan
meremas payudara wanita itu.
“Ohh..Erik”
Pelan-pelan, tangan Erik
menyingkap rok wanita itu dan
menari-nari di sekitar pinggul
dan pahanya. Tak lama, Erik
sudah habis melucuti pakaian
wanita itu. Erik merebahkan
wanita itu ke tempat tidur dan
menindihnya, tangan Erik
bermain-main dengan tubuh
wanita itu, menciuminya dengan
membabi buta, menciumi leher,
menciumi payudara wanita itu
sambil meremas-remasnya.
“Ohh..Eriik..” Aku mendengar
desahan wanita itu.
Aku melihatnya. Aku tidak
percaya bahwa aku menyaksikan
itu semua. Tapi, aku tidak
bergerak sedikit pun. Aku tidak
bisa.
Erik pun membuka resleting
celananya dan mengeluarkan
‘senjata’nya, kedua kaki wanita
itu dipegang dengan tangan Erik
dan Erik segera menancapkan
‘senjata’nya ke liang wanita
yang sudah basah itu dengan
sangat kasar. Wanita itu
mengerang dengan keras. Tanpa
sadar, pipiku sudah dibasahi oleh
air mata. Hatiku terasa sakit dan
ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa
beranjak dari sana. Aku tetap
melihat perbuatan Erik tanpa
berkedip sambil berlinang air
mata.
Erik masih melanjutkan
permainannya bersama wanita
cantik itu, dia menggerakkan
pinggulnya maju dan mundur
dengan sangat cepat. Teriakan
kepuasan dari wanita itu pun
membahana di seluruh ruangan.
Sepuluh menit setelah itu, Erik
terlihat kejang sesaat sambil
mengerang tertahan. Erik pun
menghela napas dan beristirahat
sejenak, masih dalam rangkulan
wanita itu. Permainan berakhir.
Tapi aku masih mematung di
depan kamarnya, memperhatikan
Erik dari sebelah pintu yang
sedikit terbuka. Aku tidak mau
bergerak juga, seolah-olah aku
sengaja ingin ditemukan oleh Erik.
Benar saja, aku melihat Erik
berbenah memberesi bajunya
dan bergerak menuju pintu. Dia
membuka pintu dan melihat diriku
mematung sambil menangis di
sana. Dia memperhatikanku
sejenak dan senyuman misterius
itu hadir lagi.
Dia pun membungkukkan
tubuhnya,
“Hey, tukang ngintip cilik. Aku
nggak marah kok. Hanya saja,
aku sudah mempersiapkan
hukuman yang tepat untukmu.
Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku
temani kamu sampai kamu
tertidur. Kalau kamu capek,
besok bolos saja.”
Erik pun menggendongku yang
masih terisak kekamar tidurku.
Dan semalaman dia tidur sambil
memelukku dengan hangat.
“Aku..aku..sayang Erik”
“Erik adalah milikku..hanya milikku
seorang”
Pikiranku berputar-putar
memikirkan hal itu. Tak lama, aku
pun tertidur lelap.
Hari ini adalah ulang tahunku
yang ke-14. Aku senang sekali,
karena Erik telah mempersiapkan
sebuah pesta ulang tahun
untukku di sebuah hotel bintang
5. Ballroom hotel itu sangat
indah, Erik mempersiapkannya
secara spesial. Aku pun
mengenakan gaun berwarna
putih yang baru dibelikan Erik.
Kata Erik, aku sangat cantik
dengan baju itu,“Kamu cocok
sekali dengan warna putih,
sangat matching dengan warna
kulitmu.. Dan lagi, sekarang..
kamu semakin cantik.”
Teman-teman perempuanku juga
berdecak kagum melihat
penampilanku saat itu.
“Kamu cantik ya Maria?
Beruntung sekali kamu punya
ayah angkat seperti Erik..”
Kata Sara, teman baikku sambil
tertawa meledek. Sara melirik ke
arah Erik yang sedang duduk di
meja pojok bersama Tomi.
“Hey Maria, Erik itu ganteng
banget ya? Temennya juga..”
ujar Sara sambil tertawa kecil.
Aku pun hanya bisa tertawa, aku
pun menetujuinya. Akhir-akhir ini,
kami memang jadi sering
membicarakan soal cowok.
Mungkin karena puber. Tak lama,
Aryo temanku yang sepertinya
suka denganku datang, sambil
menyerahkan hadiah, dia
mencium kedua pipiku. Tanpa
sadar pipiku bersemu merah.
Setelah pesta usai, Erik
mengajakku istirahat di kamar
hotel. Aku lumayan capek, tapi
aku senang. Dan setiba di kamar,
aku memeluk Erik sambil
mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih Erik..aku sayang
sekali sama Erik..”
Erik pun membalas pelukanku
sejenak dan kemudian
melepasnya, dan dia memegang
kedua lenganku sambil
memandangku dengan serius. Aku
pun merasa heran dan sedikit
takut.
“..Erik? Kenapa? Marah yaa?
Aku..melakukan kesalahan apa?”
Tanpa banyak bicara, Erik
menggeretku ke tempat tidur,
mencopot dasinya dan
menggunakannya untuk
mengikat kedua tanganku
dengan kencang. Aku memekik
dan mulai menangis.
“Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!”
Dia melihatku dengan pandangan
marah. Kemudian berteriak,
“Kenapa??!! Kenapa katamu?!
Kamu itu perempuan apa??!!
Masih kecil sudah kenal laki-laki!!
Sudah kuputuskan! Kamu harus
di hukum atas perbuatanmu
barusan dan perbuatanmu 2
tahun yang lalu!!”
Deg. Jantungku terasa berhenti
mengingat kejadian itu.
“Erik marah..”, pikirku.
Aku pun merasa ketakutan. Aku
takut dibenci. Aku tidak mau
kehilangan lagi orang yang
kusayangi.
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku
dengan sangat kasar sehingga
menjadi robek. Aku berteriak.
“Ini akibatnya kalau jadi
perempuan genit!!”
Erik menariknya lagi untuk kedua
kalinya, pakaian dalamku semakin
terlihat. Celana dalamku juga
akan dilepasnya.
“Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak
ketakutan.
Terlambat, aku sudah telanjang
total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah
yang masih menyembunyikan
bagian-bagian tubuhku sedikit.
Erik melihatku dengan penuh
nafsu. Nafasnya terdengar berat
penuh dengan kemarahan dan
birahi. Dia pun menahan
tanganku yang terikat dan
mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“Aku harus menjadi orang
pertama yang..”
Erik tidak menyelesaikan kata-
katanya dan mulai melumat
bibirku dengan sedikit kasar.
“Hmmphh..”
Untuk pertama kalinya aku
merasakan ada getaran yang
aneh pada tubuhku. Sensasi yang
tidak pernah kurasakan
sebelumnya.
Erik terus berlanjut menciumku,
aku bisa merasakan lidahnya
memijat lidahku. Aku pun
mengikuti permainannya, sedikit
takut, sedikit ingin tahu. Erik
mulai meremas-remas
payudaraku yang belum tumbuh
seutuhnya.
“Ahh..”
Aku mulai menikmati getaran
aneh pada diriku.
“Panas..badanku terasa
panas..Erik..” pikirku dalam hati.
Erik melanjutkan ciumannya ke
leher dan menggigitnya sedikit,
remasan tangannya di
payudaraku makin kuat.
“Ahh..!!” nafasku makin memburu.
Tiba-tiba Erik berhenti dan
melihatku sambil tersenyum
misterius.
“Hmm..kamu menyukainya bukan?
Ya kan, setan cilik?”
Mukaku bersemu merah, tapi
terlalu takut untuk berbicara,
tubuhku bergetar hebat. Erik
melepaskan kemejanya dan
celananya, masih memandangiku.
Aku terlalu malu untuk
memandang wajahnya.
“Aku rasa, kamu sudah siap
untuk permainan selanjutnya..”
Erik tertawa kecil, sedikit
kemarahan masih tersisa pada
dirinya. Erik kembali menciumiku,
kali ini dia meremas payudaraku
sambil menghisapnya.
“Hhh..!!”
“Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak
apa-apa.” pikirku.
Aku memejamkan mataku erat-
erat ketika Erik mulai
memasukkan‘senjata’nya ke
dalam diriku.
“Emm..” aku tidak berani bilang
kalau aku merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan dia
memasukkannya dengan kasar.
“Aaahh..!!”
Aku menjerit dan mulai menangis
lagi.‘Senjata’nya sudah
memasuki diriku seutuhnya dan
sakit yang kurasakan itu sedikit
aneh, ada kenikmatan di
dalamnya. Aku mulai sedikit
meronta sambil berteriak. Tapi
Erik menahanku dengan kuat.
Erik menciumi diriku yang
bergetar hebat dengan sedikit
paksa. Bosan dengan posisinya,
Erik membalikkan posisi tubuhku
menjadi telungkup.
“Erriik..!! tidaak!!” aku sangat
malu melakukan posisi itu.
Tetapi Erik tidak peduli dan
melanjutkan kembali
permainannya. Setiap kali tubuh
Erik menghentak, aku menjerit
sekeras-kerasnya. Erik
melakukan gerakan menghentak
itu secara teratur, dan tiba-tiba
aku merasakan getaran yang
sangat hebat dalam diriku, aku
merasakan‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di
tubuhku menjadi tegang. Aku pun
berteriak lebih keras dari
sebelumnya.
“Ohh..Maria.”
Aku merasakan tangan Erik
meremas pinggulku dengan kuat.
Tubuh Erik mengejang, dan
cairan deras pun mengalir dari
‘liang’ku. Aku mendesah panjang.
Tubuhku masih bergetar. Erik
masih menindihku dan mulai
menciumi punggungku.
“Hhhmm.. pilihanku memang selalu
tepat”, gumamnya.
Aku memilih untuk diam. Erik
bergeser ke sampingku. Dia
memandangiku yang masih
berlinang air mata. Tersenyum
Erik mengecup kepalaku sambil
mengelusnya.
“Maria, kamu adalah milikku
seorang.. tidak ada satupun yang
boleh menyentuhmu tanpa seizin-
ku.”
Erik memeluk tubuhku yang kecil
dengan erat.
“Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku
akan melakukan apa saja yang
kau perintahkan, asal kau tidak
membenciku.” Aku masih terisak.
“Anak bodoh.. Aku tidak akan
pernah membencimu Maria..”
Pelukan Erik semakin erat.
Mukaku terasa panas. Dan aku
segera membenamkan diriku ke
dalam pelukan Erik.
“Terima kasih..Erik.
More aboutMaria...Oh Maria...

Tante Ella Yang Hot

Kisah percintaanku dengan
wanita setengah baya sangat
mendebarkan. Setidaknya itu
menurutku.Karena untuk bisa
tidur dengan mereka, aku harus
melakukan berbagai rayuan
halus.Berikut adalah kisahku
dengan Ella, seorang janda
dengan satu orang anak.
Ella, 35th,adalah seorang wanita
sederhana. Wajahnya keibuan
dengan kulit
kuninglangsat.Entah kenapa aku
punya hasrat tinggi padanya.
Padahal kami selama ini hanya
berteman biasa. Itu berawal
ketika kami sedang berkumpul di
sebuah villa. Kami kebagian satu
kamar bersama.
“Kamu cantik sayang,”pujiku
pelan ke telinganya.
Sementarasi kecil tertidur di
ranjang kecil di samping kami.
Ellamenyandarkan kepalanya di
bahuku. Kuusap kepalanya yang
terbalut jilbab biru itu.Tubuh
ramping padat itu kupeluk erat.
Ella menoleh ke arahku.Tapi
bibirnya masih kelu. Ia
membiarkan aku mengendalikan
suasana yang romantis.
Pelan-pelan kami berpagutan
lembut. Ella memejamkan mata,
memainkan bibirku yang basah.
Tangankumeremas-remas
payudaranya yang masih
tertutup jilbab itu.
Ellaterperanjat, tapi mengerti
keinginanku. Kemudian,
dilepasnya penutup kepala dan
jilbabnya.
Sepasang buah dada dibalut bh
warna putih terpampang indah di
depan mataku.
Ellamemajukan dadanya ke arah
wajahku dan membenamkan
wajahku.
Oh,aroma payudara yang segar
menerpa hidung dan bibirku.
Kujilati seluruh bh dan sebagian
gumpalan daging kenyal itu.
Ella mendesis, menikmati
perlakukanku.
Haruskuakui ukuran payudara
janda manis ini besar, 36C. Tentu
saja aku semakin tergoda untuk
menjilati putingnya.
Ellamelepas bh itu dan terjatuh
di atas lantai.
“Kamu suka kan?”tanyanya
menggoda.
“Ya, aku suka yang besar
seperti ini,”sahutku.
Puting coklat muda itu lantas
kusergap dengan bibirku. Kujilati
dengan leluasa, penuh perasaan.
Ella mencoba menahan gejolak
akibat perlakukanku. Desahan
nafasnya semakin memburu.
Tangankuyang kanan meremas-
remas buah dadanya yang satu
lagi.ouhhhgg…luar biasa kenyal
dan padat.
Akumembiarkan Ella melepas
restleting jinsku. PEnisku yang
keras di dalam cd menanti
sentuhan lembut jemarinya.
“Boleh kan sayang?”tanyanya
menggoda.
Aku senyum dan sejurus
kemudian, aku mabuk dibuatnya.
Betapatidak Ella, menggenggam
penisku yang besar dengan
tangan kanannya. Dengan lembut
dielus-elusnya, terutama di
bagian kepala penisku yang
memerah.
Sikecil terbangun dan
memandangi aksi ibunya. Tapi Ella
hanya menatap buah hatinya itu
sekilas, karena ia kemudian telah
menjilati bagian-bagian penisku
yang keras.
Airliur Ella telah membasahi
penisku. Tiap kali ia menghisap
ujung penisku, aku dirasuk rasa
nikmat amat sangat.
Si kecil mendekati ibunya. Sekali
ini Ella berhenti dan mengusap-
urap rambutnya si kecil.
Kesempatanini tak kusia-
siakan,kuremas-remas sepasang
payudaranya yang besar dan
indah itu dari arah belakang.
Setelah itu, kujilati pinggulnya
yang masih dibungkus celana
dalam mini berwarna putih
berenda itu.
Sikecil duduk di lantai masih
tetap memandangi aksi-aksi kami.
Mungkinia bingung melihat
perbuatan kami.
Dalamposisi menungging, pantat
Ella kujilati dan kuremas dengan
gemas. PAntat yang besar, bulat
dan menggoda.
Ella masih menungging dan
meminta aku untuk memulai
permainan.
Ujungpenisku kuarahkan tepat
ke vaginanya yang tersempil di
belahan pahanya. Dari posisi ini,
aku harus membuatnya
nyaman.Kudorong pelan dan itu
cukup membuat Ella menggeliat
mesra.Pelan-pelan irama
kutingkatkan hingga ranjang
kami berguncang.Bahkan
sepasang buah dada Ella
terayun-ayun dengan
lembut.PAntat Ella mengeluarkan
bunyi-bunyian khas akibat
beradunya tubuh kami.
Luar biasa Ella, ia sangat
menikmati permainan ini. Ia
kemudian tidur dalam posisi
miring. Ini salah satu gaya
favoritku juga. Sepertinya ia
memamerkan bentuk pinggulnya
yang luar biasa indah itu ke
hadapanku.
Lewatpantulan cermin besar di
tepi ranjang kamu saling
tersenyum. Ella meraih batang
penisku dan memasukkan ke
dalam vagina miliknya. Kugoyang
dengan lembut.Sementara
sepasang payudaranya kuraih
dengan satu tangan dan
kuremas-remas gemas.
“ohhh….”Ella merintih nikmat.
Aku terus memompa vaginanya
dengan sekeras-
kerasnya.Rintihan Ella semakin
keras dan liar. Tak terhitung
berapa kali ia mengalami
orgasme.Sampai akhirnya, ia
meminta aku untuk
mengeluarkan sperma ke dalam
mulutnya.
Semburan cairan kental bening
membasahi bibirnya yang mungil.
“Kamu hebat banget
sayang,”katanya sambil menelan
sisa-sisa sperma di dalam
mulutnya.
Tapipermainan itu belum usai,
karena Ella masih tetap meminta
aku untuk membahagiakannya.
“Puaskan aku sayang…aku belum
pernah sebahagia ini,”katanya.
Sifat lembut Ella memang
menaikkan ketegangan penisku.
Ia juga tak bosan-bosan
menyuguhkan puting-putingnya
ke arahku. Aku mengulumnya
dengan lembut, seperti bayi
disusui ibunya. Ella memang
berperan seperti itu. Perbedaan
usia kami 7 tahun, membuat ia
lebih bersabar menghadapiku.
Tak bosan-bosan aku
mempermainkan sepasang buah
dada milik Ella yang kenyal
tersebut.
Kemudian kami bercinta lagi.
Sekali itu Ella di posisi bawah.
Setengah jam lamanya, aku dan
dia larut dalam irama cinta yang
dahsyat. Ella menggeliat, meronta
ataumerintih. Menahan setiap
tusukan batang penisku yang
menembus liang vaginanya yang
mulai basah.
Demikian pembaca, kisahku
dengan Ella. Buat Ella sayang, aku
tetapakan siap untuk
membahagiakan kamu.
More aboutTante Ella Yang Hot

Diperkosa Kuli Bangunan

Cerita Seks ini adalah diceritakan
kembali oleh salah seorang
korban pemerkosaan. Demi situs
Cerita Sex Indonesia ini agar
para pembacanya senang. Yuk
kita baca aja cerita sex seru
yang satu ini. Dijamin deh cerita
seks yang kami hadirkan tak
pernah ada dalam situs cerita
seks manapun . Tomi adalah
seorang mandor buruh sebuah
pabrik yang usianya bisa dibilang
sudah paruh baya. Garment di
kawasan Bandung. Dia bekerja
sebagai seorang pengawas buruh
dibagianproduksi. Perangainya
cukup sangar sikapnyapun tegas
terhadap para buruh-buruh
yang bekerja disitu. Dia tidak
pelit dengan kata-kata kasar
dan caci maki terhadap para
buruh yang melakukan
kesalahan. Bagi para buruh tidak
ada pilihan lain selain bekerja
dibawah tekanan mandor Tomi
karena memang mencari
pekerjaan lain sangatlah sulit.
Tomi diangkat oleh perusahaan
sebagai seorang mandor karena
dia memiliki latar belakang
kehidupan yang keras, memang
dia adalah seorang preman
disebuah kawasan yang rawan
kriminal di Bandung. Dengan
harapan kedudukan Tomi sebagai
mandor buruh, maka para buruh
akan segan dan takut terhadap
perusahaan.
Saatini ada seorang mahasiswi
yang kebetulan sedang tugas
magang di pabrik itu namanya
Ani, usianya masih 19 tahun dan
dia adalah seorang mahasisiwi
Fakultas Teknik Industri pada
sebuah perguruan tinggi negeri
yang terkenal di kota Bandung.
Ani cukup lincah dalam bekerja.
Gadis cantik itu pintar dan rajin
dalam melakukan tugas-
tugasnya. Dia memiliki wajah yang
imut-imutdan cantik sekali
seperti mojang-mojang Bandung
umumnya yang memiliki kulit
putih bersih. Selama bekerja
magang di pabrik itu, Tomi sering
memperhatikan Ani. Potongan
tubuhnya sintal padat
proporsional dengan tinggi
tubuhnya yang sekitar 160-an
cukup membuat Tomi tertarik
perhatiannya kepada Ani.
PenampilanAni memang lain
dibandingkan dengan gadis-gadis
lainnya. Ani lebih senang
menggunakan celana jeans dan
baju yang ketat seperti
umumnya penampilan seorang
mahasiswi sehingga lekuk-lekuk
tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah
yang membuat para lelaki
dipabrik itu sering memandangi
kemolekan tubuh Ani. Begitu pun
dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat
keindahan dan kemolekan tubuh
Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani
karena dia lebih serius untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya
selama magang di pabrik itu.
SesekaliTomi menyempatkan diri
untuk memasang muka ramah
dan bercakap-cakap dengan Ani
hanya sekedar menukmati
kecantikan wajah gadis tersebut.
Padahal dengan karyawati atau
buruh wanita yang lainnya boro-
boro dia memasang muka ramah
yang ada selalu tampang sangar
yang diperlihatkannya dan
ucapan-ucapan yang jauh dari
keramahan. Singkat kata Tomi
telah jatuh hati berat kepada
Ani, mahasiswi cantik itu.
Padasuatu hari menjelang
berakhirnya masa kerja magang
Ani di pabrik itu, Tomi
memberanikan diri untuk
mengutarakan isi hatinya. Sore
hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa
percaya diri dan nekat dia
utarakan keinginannya untk
menjadi pacar serta pendamping
hidup Ani. Namun, pada akhirnya
keadaan berubah dan
merupakan titik balik perasaan
Tomi, dari rasa cintanya kepada
Ani berubah 180 derajat menjadi
benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-
mentah oleh Ani. Dengan alasan
selain perbedaan agama, usia
yang terpaut jauh dimana Tomi
saat ini telah berusia 38 tahun
sedangkan Ani baru 19 tahun
selain itu juga terdapat
beberapa sifat Tomi yang tidak
cocok dengan Ani. Seperti
diketahui latar belakang Tomi
adalah seorang preman,
pemabok dan penjudi.
Sejakitu hati Tomi menjadi
panas, kesal dan marah atas
jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam
terhadap Ani. Dan diapun
merencanakan akan berbuat
sesuatu terhadap Ani, “Hmmm…
tunggu tanggal mainnya gadis
sombong… puih !!!” batinnya.
Seminggu kemudian, pada sebuah
Malam disebuah lorong yang
gelap tampak sekelompok orang
berjalan mengendap-endap.
Mereka ada Tomi berserta
beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep,
Ujang, Cecep dan Afung,
tampang-tampang mereka lusuh-
lusuhdan kumal-kumal, tampang
khas para preman.
“Sstt… sebentar lagi dia lewat
kesini”, bisik Tomi kepada kawan-
kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”,
balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan
nihh… udah pingin nyodok tuh
cewek”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr…
semua pasti dapat tanda
tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang
kasih pelajaran tuh cewek…”,
lanjut Tomi.
Malamitu mereka memang
tengah menghadang Ani pada
suatu tempat didekat tempat
kost Ani. Tempat penghadangan
itu memang sepi dan hanya
terdapat beberapa rumah
kosong saja dan sebuah
lapangan luas yang mengelilingi
rumah kost Ani. Sehingga Tomi
dan kawan-kawannya merasa
cocok dengan tempat itu sebagai
lokasi penghadangan.
Animemang lebih memilih untuk
tinggal disebuah rumah kost
yang sepi, agar supaya dia bisa
lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ani tidak
lagimagang di pabrik itu, Tomi
menyibukkan diri dengan mencari
data-data diri Ani serta
mengamati kegiatan-kegiatan Ani
sehari-hari. Termasuk
membuntutinya pulang-pergi dari
kost-kostannya menuju
kekampus sehingga dia tahu
betul kegiatan serta route-
route pulang-pergi Ani. Hingga
akhirnya dipilihlah tempat itu
sebagai tempat yang ideal dalam
menghadang korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil
menunjuk kesebuah bayangan
yang mendekat kearah mereka
berkumpul.
“Tak salah lagi, tepat pukul 7
malam pasti tuh cewek lewat
sini” lanjut Tomi sambil
tersenyum melihat sasarannya
mendekat.
Tapisejenak Tomi agak bimbang
karena bayangan yang
mendekat itu ternyata ada dua
sosok.
Tetapi setelah diamati secara
mendalam ternyata kedua-
duanya adalah sosok bayangan
wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu
lagijuga sosok wanita. Maka
tanpa keraguan lagi dia pun
mulai memutuskan untuk
menjalankan operasi
penyergapan itu.
“Ah itu dia pengantin
wanitaku…”, gumam Tomi.
“Ok…jalan kan tugas masing-
masing ! awas jangan sampai
luput…”, perintah Tomi kepada
teman-temannya.
“Ada dua boss, yang satunya
gimana nih ?”, tanya Asep.
“Ah sikat aja…”, jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep,
Cecep dan Afung bergerak
menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapunmenghadang Ani
beserta temannya,
Anipunnampak kebingungan
mendapati dirinya dihampiri oleh
empat lelaki yang tidak
dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak
sekitar 10 meter, suasanya
hening sejenak. Dari tempat Tomi
berdiri sayup-sayup terdengan
pembicaraan serius diantara
Asep dan Ani.
Beberapa detik kemudian
suasana berubah, secepat kilat
Ani diringkus oleh Cecep dan
Afung yang memiliki tubuh tegap.
Sedangkan temannya diringkus
oleh Asep dan Ujang. Ani serta
temannya mencoba melawan dan
meronta-ronta akan tetapi
beberapa pukulan dilayangkan
oleh Cecep dan Afung dan
akhirnya Anipun pingsan. Setelah
itu tubuh tak berdaya itu
dibopong oleh Cecep.
Sementaraitu teman Ani yang
juga meronta ronta dibekap dan
dipukuli oleh Ujang hingga
akhirnya tak sadarkan diri pula.
Lantas tubuhnya digendong oleh
Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar
Asep kepada Tomi yang kemudian
keluar dari persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita
bawa ke rumah kosong itu”,
perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan
dengan sukses, sasaran telah
dilumpuhkan dan kini siap
“diproses”. Didalam rumah kosong
itu tubuh Ani dan temannya
dibaringkan disebuah dipan kayu.
Kedua tangannya Ani diikat
kebelakang.
Setelahlampu diruangan itu
dinyalakan, kelima orang yang
telah dirasuki nafsu itupun
menggunam terkagum-kagum
melihat kecantikan dan
kemolekan tubuh Ani yang
tengah tergolek pingsan. Dia
menggunakan kaos lengan
panjang serta jeans birunya
yang kesemuanya berukuran
ketat sehingga kemolekan
tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita
satunya yang juga ikut
dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina,
temannya Ani… wah… wah… sial
sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani,
usianya lebih muda dari Ani yaitu
16 tahun, dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMU. Dina
adalah keponakan dari pemilik
kost dimana Ani tinggal.
Dinajuga memiliki wajah yang
manis, tubuhnya mungil namun
padat.
“OK jatah gue si Ani… ini
pengantin gue, yang satunya
boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada
nyingkir deh, silahkan elo bikin
pesat sendiri sama si Dina itu,
dan jangan ganggu malam
pengantin gue, OK!”, ujar Tomi
kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta
sendiri”, ujar Asep. Dan
menyingkarlah ke-4 teman-
teman Tomi sambil membopong
Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita
nikmati malam pengantin kita
sayang…”, bisik Tomi kepada Ani
yang tengah pingsan.
Dengansenyum kemenangan
Tomi memandangi gadis itu yang
tengah tergeletak di sebuah
dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…”
ujarnya dalam hati.
Keduatangannya bergerak
meraba Payudara gadis itu.
Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan
kini kedua tangannya dengan
ganas meremas-remas payudara
Ani yang kalau terlentang
terlihat membukit.
Setelahpuas meremas-remas
payudara Ani, kini Tomi
mengeluarkan pisau lipatnya
yang memang selalu dibawanya
kemana-mana sebagai senjata.
Dengan kasarnya kemudian Tomi
merobek-robek baju kaos lengan
panjang Ani, hingga tinggal bh
putihnya saja yang menutupi
kedua payudaranya. Namun
akhirnya diputuskannya tali bh
itu dan dicampakannya bh itu
kelantai sehingga kini terlihatlah
kedua gundukan indah payudara
Ani. Setelah itu serta merta
dengan bernafsu dikulumnya dan
dijilat-jilatnya kedua payudara
itu dengan sesekali digigit-
gigitnya kedua puting payudara
itu.
Puas dengan bagian payudara
kini Tomi melepas celana jeans
yang dikenakan Ani, sreett…
sekali tarik terlihatlah bagian
bawah dari Ani dengan celana
dalamnya yang berwarna putih.
Kedua mata Tomi kembali
terbelalak melihat pemandangan
indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan
dipangkal pahanya itu.
Sedangasyik asyiknya
mengusap-usap gundukan
kemaluan Ani, tiba-tiba
terdengar suara kegaduhan dari
ruang sebelah. Tomipun
menghentikan aktifitasnya lalu
bangkit seraya berlari mendekati
arah suara itu. Sesampainya
disuatu ruangan asal muasal
suara itu, matanya kembali
terbelalak melihat pemandangan
erotis yang tengah terjadi
diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya
memuncak melihat pemandangan
diruangan itu. Diruangan itulah
Tomi melihat Dina yang rupanya
telah sadar tengah “dibantai”
oleh Asep, Ujang, Afung dan
Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi
merangkak nampak tengah
disodomi dari belakang oleh Asep
yang memiliki badan yang jauh
lebih besar daripada Dina. Asep
dengan sangat keras dan
kasarnya mengocok-ngocok
batang kemaluannya didalam
lobang anus Dina. Mula-mula Dina
meraung-raung ampun-ampunan
karena kesakitan, namun
teriakan-teriakannya tidak
berlangsung lama karena
kemudian dimulut Dina telah
tertanam batang kemaluan
Ujang. Ujang memposisikan dirinya
didepanDina, setelah berhasil
menyumpalkan batang
kemaluannya didalam mulut Dina
kemudian dengan tangan kirinya
yang memegang kepala Dina dia
paksa kepala Dina untuk
bergerak maju mundur.
Ujangdan Asep nampak sangat
menikmati keadaan itu, mereka
mendesah-desah merasakan
nikmatnya bagin-bagian tubuh
Dina itu. Tak berapa lama
kemudian merekapun
berejakulasi. Asep menyemburkan
spermanyadidalam lubang anus
Dina dan sejenak kemudian Ujang
memuntahkan cairan spermanya
didalam mulut Dina. Nampak Dina
megap-megap dibuatnya di saat
harus menelan cairan sperma
Ujang yang cukup banyak.
Setelahitu kedua orang tadi
menyingkir dan posisinya
digantikan oleh Cecep. Cecep ini
baru berusia 23 tahun, namun
perawakannya besar dan tinggi,
batang kemaluannyapun nampak
telah mengacung membesar dan
siap menelan mangsa. Kini Cecep
bersiap-siap menyetubuhi Dina,
direntangkannya tubuh Dina
yang kepayahan itu dan
langsung ditindihnya.
“Oouugghhh…”, Dina melengking
disaat kemaluan Cecep yang
besar itu melesak kedalam liang
vaginanya. Pemandangan ini
sudah cukup untuk
membangkitkan birahi Tomi
diapun berjalan meninggalkan
ruangan pembantaian Dina itu
dan kembali menghampiri Ani
pasangannya.
Tiba-tibaAni terbangun dan
membuka mata. Ani kaget
mendapati kedua tangannya
terikat dan keadaan tubuhnya
hanya tinggal celana dalam. Dan
lebih kaget lagi ketika
dihadapannya melihat Tomi
tertawa terkekeh-kekeh
menyaksikan dirinya yang tak
berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi
cewek jangan sombong. Jadi
terpaksa elu gua kerjain deh?”
Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus
bisa memuaskan gue, kekasih
elo” lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia
tahu apa yang akan terjadi pada
dirinya, badannya mulai gentar,
mukanya memucat. Air matanya
mulai meleleh seiring dengan
kata-kata ampunan yang keluar
dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan
sakiti aku…”, pintanya sambil
terisak-isak. Permohonannya ini
nampaknya semakin membuat
Tomi terangsang.
Satupersatu dilepaskannya baju
dan celananya hingga akhirnya
telanjang bulat. Badan Tomi
nampak gemuk dengan perut
yang membuncit, beberapa
gambar tatto nampak menghiasi
tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah
menegang keras, ukuran juga
besar dengan ujungnya yang
telah basah. Ani semakin
merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus
menangis. Dia sadar akan
diperkosa. Tomi kemudian
bergerak mendekati Ani dan
meraih kepala Ani. Belum sempat
berteriak, mulut Ani tiba-tiba
dijejali dengan batang
kemaluannya yang sudah
menegang dan membuat gadis itu
tersedak.
Aniberusaha terus menutup
mulutnya namun setelah jempol
dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun
membuka mulutnya sebagai
reaksi karena kekurangan
oksigen. Langsung mendapat
kesempatan itu dihujamkannya
batang kemaluannya kedalam
mulut Ani. Dia tak bisa berbuat
apa-apa karena Tomi memegang
kepala gadis itu. Rasa mual
membuat Ani hampir muntah dan
berusaha melepaskan kemaluan
Tomi di mulutnya. Tomi gerak-
gerakkan batang kemluannya di
mulut gadis itu, maju-mundur dan
diputar-putardidalam rongga
mulut Ani. Selama sepuluh menit
Tomi menjejali mulut gadis itu
dengan batang kemaluannya.
Puasdengan itu kemudian Tomi
mengeluarkan kemaluannya dari
mulut gadis itu. Ani langsung
mencoba berteriak tapi Tomi
cepat-cepat membekap mulutnya
danberkata, “Diem lu, jangan
berteriak atau gue bunuh
kamu?”, sambil menempelkan
pisau lipatnya. Ani terdiam
karena takut ancaman itu. Dan
hanya bisa menangis sampai
gadis itu kelelahan dan lemas.
Setelah sejenak menikmati wajah
Ani, kini Tomi menurunkan celana
dalam putih Ani dan
melemparkannya ke lantai,
Anipun hanya bisa pasrah tanpa
perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget…
waw indah sekali…?” bisik Tomi
kepada Ani.
Memanggadis seusia Ani memiliki
kemaluan yang indah, masih
perawan, bulu-bulunyapun tipis
dan halus-halus tumbuh rapih
berjajar disekitar lobang
vaginanya.
Keduatangan Tomi kembali
meremas-remas payudara gadis
itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya.
Kembali Ani berteriak lagi,
kembali pula Tomi ancam Ani “Lu
bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain
kontol gue ini…pasti nikmat.?”
Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai
malam pengantin kita, hahaha…”,
sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh…
jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani
memelas.
TapiTomi tak peduli dengan
ucapan gadis itu.
Diapunjongkok didepan Ani, dia
angkat pahanya dan
melebarkannya. Kepala Tomi
menunduk memperhatikan
kemaluannya Ani yang ditumbuhi
bulu-bulu tipis. Kepalanya
bergerak dan mulutnya mulai
menjilati kemaluan gadis itu.
Mendapatkanperlakuan itu
badan Ani langsung menggeliat-
geliat suaranya terengah-engah
merasakan kemaluannya kegelian
karena dijilati. Hanya suara
erangan gadis itu saja yang
terdengar, “Ehhmmhh… engghh…
ouuhhh… oohh… dst”. Sementara
mulut Tomi terus menjilati
kemaluan Ani, tangannya
bergerak ke atas dan memijat-
mijat payudara Ani serta
mempermainkan putting susu
gadis itu.. Ani menggeliat antara
sakit, geli dan takut.
Tiba-tibaAni mengangkat
pinggulnya dan mendesah lemah.
Rupanya Gadis itu telah orgasme.
Dari vagina gadis itu keluar
cairan. Ketika melihat bibir vagina
gadisitu telah basah, cepat-
cepat Tomi mengarahkan
kontolnya yang sudah menegang
dan mendekatkannya ke bibir
vagina gadis itu. Sambil
memegang pinggul gadis itu, Tomi
melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt…
oouughhh… a.. ammpunn… pak..
oouhhh…”, Ani merintih tajam
tubuhnya menegang kaku
menahan rasa sakit dipangkal
pahanya. Walaupun dengan susah
payah akhirnya Tomi berhasil
menanamkan batang
kemaluannya masuk amblas ke
dalam lubang kemaluan Ani. Ani
menjerit kesakitan, badannya
meregang kesakitan. Sejenak
Tomi merasakan kenikmatan
hangatnya lobang kemaluan Ani
dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa
memijat-mijat batang
kemaluannya.
Akhirnya Tomipun mulai
mengerakkan kemaluannya maju
mundur. Tangannya memegang
pundak gadis itu sedang
mulutnya menciumi bibir dan pipi
Gadis itu. Ani mendesah-desah
dan mengerang-erang membuat
Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-
mundurkan kemaluannya itu.
“Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh…
dst”, Ani mengerang-ngerang.
Tubuh keduanya telah dibanjiri
oleh peluh seolah-olah mereka
sedang mandi.
Puasdengan posisi itu kini Tomi
mencabut kemaluannya dan
membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang
gadis itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi
menghujamkan kontolnya yang
kini ke dalam liang dubur gadis
itu.
“Aaakhhh…!!!”, Ani kembali
memekik kesakitan, badannya
kembali mengejang keras
menahan sakit yang teramat
sangat ketika liang anusnya
dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelahtertanam, Tomi kembali
memompa dengan gerakan yang
semakin cepat. Kedua tangan
Tomi yang besar semakin kasar
meremas-remas susu gadis itu.
Ani semakin mengerang-ngerang
kesakitan. Tapi Tomi tak peduli.
Terus saja Tomi maju mundurkan
pinggulnya dengan cepat. Sadar
dirinya akan mencapai klimaks,
Tomi mencabut batang
kemaluannya dari lobang dubur
Ani. Setelah itu dihempaskannya
tubuh Ani hingga kembali
terlentang. Kembali Tomi
menancapkan batang
kemaluannya didalam liang vagina
Ani yang telah dibasahi oleh
cairan kewanitaannya yang
bercampur darah perawannya.
Bless…batang kemaluan Tomi
menghujam masuk tanpa
kesulitan, kembali digenjotnya
tubuh Ani dengan cepat dan
kasar, sampai-sampai dada Tomi
menghantam-hantam wajah Ani
yang meringis-ringis kesakitan.
Kini Tomi menggoyang tubuh Ani
dengan hebat hingga tubuh Ani
terbanting-banting disodok oleh
Tomi. Sampai akhirnya saat yang
ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini
tubuh Tomi mengejang, wajahnya
menyeringai menengadah keatas,
otot-ototnya mengeras dan
akhirnya dia menyemprotkan
spermanya di vagina gadis itu,
Croottt… crrottt… crrottt…
jumlahnya banyak sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik
puas sambil terus
menyemprotkan spermanya
memenuhi rongga vagina Ani
sambil kedua tangannya
mencengkram erat pinggul Ani.
Anipuntiba-tiba mendesah
panjang… “ooouuuuhhgggg…”,
sambil menerima tumpahan
sperma Tomi yang melimpah ruah
itu hingga meluber keluar dari
sisi-sisi rongga kemaluannya
badannyapun mengejang dan
bergetar, sepertinya diapun
mengalami ejakulasi sesuatu yang
baru dialaminya seumur hidup.
Beberapa detik kemudiansetelah
sama-sama mengalami orgasme
tubuh kedua insan itupun
melemas, tubuh Tomi jatuh
menindih tubuh Ani. Kini hanya
suara nafas kedua insan itu yang
salingmemburu menghiasi akhir
dari pergumulan itu. Setelah diam
selama 15 menit, Tomi kemudian
bangkit dari atas tubuh Ani
serta melepaskan kontolnya,
“Ooohhh…”, Ani mendesah
panjang disaat Tomi mencabut
batang kemaluannya yang
beberapa menit lamanya mengisi
rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak
kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.
Anipun diam seribu bahasa dan
memalingkan wajahnya dari
pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas
buat kamu…”, ujar Tomi serta
meraih dan mengangkat kepala
gadis itu untuk kemudian
memaksa Ani menjilati batang
kemaluan Tomi yang masih basah
oleh sperma dan darah.
AnehnyaAni hanya pasrah dan
menuruti saja perintah Tomi tadi
secara perlahan-lahan diraihnya
betang kemaluan Tomi yang
kembali menegang itu dan
kemudian dijilat-jilat serta
dikulumnya batang kemaluan
Tomi bak makan permen sampai
bersih.
Setelah selesai dan merasa puas,
Tomi bangkit dan membiarkan
tubuh Ani yang telanjang itu
terjatuh lemas. Tomi bergerak
mendekati Ani yang masih lemah
dan membisikkan kata-kata
mesra di telinganya
”Kamu hebat sayang… aku cinta
sama kamu”.
Karena dilihat Ani terkulai lemas
dan sepertinya tertidur karena
kecapaian, maka Tomi
memutuskan untuk
meninggalkannya dulu. Tomi ingin
melihat kegiatan di ruangan lain
dimana tadi terjadi pembantaian
itu.
Sesampainya dirungan yang
ditujunya mata Tomi terbelalak
ketika melihat pemandangan
yang ada diruangan itu. Teman-
temannya nampak tidur tiduran
sambil melepas lelah setelah
membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak
tergeletak dengan posisi
telentang dilantai, kedua kakinya
mengangkang lebar dengan lutut
tertekuk. Setelah diamati dari
dekat oleh Tomi ternyata kondisi
Dina sangat mengenaskan dia
telah diperkosa secara buat oleh
teman-temannya, mulutnya
dipenuhi oleh cairan sperma yang
mengental sampai meluber
disekitar mulut dan pipinya.
Rupanya oleh teman-temannya
Tomi Dina dipaksa melakukan oral
sex dan mereka telah
menumpahkan spermanya
didalam mulut Dina.
Matanyanampak sayu serta
nafasnya terdengar pelan
terengah-engah. Kuturunkan
tatapan mataku keseputar
payudaranya yang berukuran
tidak begitu besar, disitu
terdapat banyak bekas-bekas
gigitan dan salah satu putingnya
nampak berdarah, disitu juga
terdapat tumpahan sperma yang
telah mengering. Dan akhirnya
kutatap kemaluan gadis itu,
kondisinya rusak parah,
kemaluannya sudah memerah
dan membengkak, banyak
ceceran darah dan sperma
didaerah itu. Tomi menggeleng-
gelangkan kepalanya melihat
kondisi Dina.
Tiba-tibaAsep bangkit dia
menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir
kemaluan Dina.
Tomidan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia
sudah bekerja keras memuasin
kita-kita orang ini, aku kasih dia
rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing
dulu”, ujar Asep berjalan
meninggalkan ruangan
pembantaian Dina sambil
mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak
kearah tumpukan pakaian Dina
yang berserakan dilantai, dia
rupanya tertarik dengan tas
punggung Dina. Dengan rasa
penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya,
membuka-buka dompet Dina,
memerika ponsel milik Dina,
kurang lebih 5 menit lamanya dia
buka-buka itu semua. Sedang
asyik-asyiknya dia membuka-
buka buku Dina, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan teriakan
diruangan samping. Serta merta
dia berlari menuju kearah situ.
Kembalimata Tomi terbelalak
serta menggeleng-gelengkan
kepalanya tatkala melihat Asep
ternyata tengah asyik
menyetubuhi Ani.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak
tahan… lihat cewek cantik ini…”,
ujar Asep sambil terus
memompakan kemaluannya
didalam kemaluan Ani.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann…
kasar… kassarr… oohh… oohh…”,
Ani kembali merintih-rintih sambil
tubuhnya terhempas-hempas
sebagai akibat sodokan-sodokan
keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja..
kontol gue… inii… aakkhh… akhh..
fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep
sambil terus menggenjot tubuh
Ani.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn…
oohh…”, Ani merintih-rintih
dengan tubuh yang terhempas-
hempas wajahnya meringis
menahan rasa ngilu
diselangkangannya.
Sepuluh menitlamanya tubuh Ani
disetubuhi oleh Asep, hingga
akhirnya Asep memuntahkan
spermanya di lubang kemaluan
Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali
dan diapun kemudian
menjatuhkan dirinya disisi Ani
yang kembali tubuhnya melemas.
Waktu sudah menunjukkan pukul
12 malam saat mereka tersadar
akan waktu yang semakin
mepet, tidak terasa sekian
lamanya mereka mengerjain
kedua gadis itu serasa waktu
berlalu cepat.
Tiba-tibabirahi Tomi bangkit
kembali, didekatinya kembali
tubuh Ani yang tertidur kerena
kecapaian itu dan
dibangunkannya Ani dari
tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi
kepada Ani.
“Oohhh…”, Anipun terbangun.
“Sayangku… layanin aku lagi
ya…”, bisik Tomi dengan
tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…
gara-gara kamu sih yang
menggairahkan sekali…”,
lanjutnya.
Mimikwajah Anipun berubah
menjadi cemas, matanya mulai
berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat
pak… rasanya sakittt… sekali…
jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani
dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi
seraya memposisikan dirinya
diatas tubuh Ani.
“ooohhh… oohh…”, Ani mendesah
panjang tatkala Tomi
menanamkan kembali
kemaluannya didalam lobang
kemaluannya. Kembali tubuh Ani
digenjot, disetubuhi secara kasar
oleh Tomi.
Anihanya bisa pasrah, air
matanya berlinangan, tubuhnya
lemah hanya mengikuti irama
gerakan dari Tomi yang tengah
menyodok-nyodokkan
kemaluannya.
Dansetelah beberapa menit
lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan
Ani cairan hangatnya menyembur
membasahi rahim Ani.
Rasa puasnampak di raut wajah
Tomi, “Hahaha…akhirnya aku
berhasil mendapatkanmu gadis
cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang
terakhir kalinya, mau engga elu
jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil
menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh
temen-temen gue perkosa elu
sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram
ama peju gue, dan sebentar lagi
elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam
lamanya Tomi “merayu” Ani,
kadang terdengar bentakan-
bentakan, kadang Tomi
menampar wajah Ani, kadang
dengan kata-kata halus, yang
jelas Tomi terus meneror hati
Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi
tak membuahkan hasil sementara
waktusudah menunjukkan pukul
2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan
teman-temannya untuk
“mencicipi” tubuh Ani.
“Rasain tuh kontol-kontolnya
temen-temen gue biar mampus
elu, cewek sombong !”, ujar Tomi
dengan mencibir.
Tanpamembuang waktu lagi
keempat teman Tomi mulai
menjamah tubuh Ani.
Merekamulai memperlakukan Ani
seperti Dina. Mulai dengan Afung
yang langsung menyodomi Ani
setelah itu vagina Ani kembali
dihajar oleh kemaluan milik Ujang,
juga mulut Ani dipaksa mengulum
batang kemaluannya Cecep dan
setelah berejakulasi menelan
spermanya, terakhir ketika Ani
telah kepayahan Asep kembali
menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani
tidakjauh beda dengan Dina,
seluruh wajah badan dan
kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan
cairan sperma.
Kiniwaktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa
tadi telah berpakaian lengkap
dan rapi. Sebelum mereka pergi,
mereka menggotong tubuh Ani
untuk disatukan dengan Dina.
Kedua tubuh yang tak berdaya
itu kini tergolek lemah, keduanya
diposisikan terlentang sejajar
dengan kondisi tubuh mereka
yang telanjang bulat. Sebelum
pergi Tomi mengecup kening Ani
dan Asep kembali menyelipkan
sebatang rokok yang menyala
dikemaluan Ani juga Dina. Dengan
diiringi tawa serta canda kelima
pemerkosa itu pergi
meninggalkan rumah kosong
tempat dimana tubuh Ani dan
Dina tergolek pingsan.
More aboutDiperkosa Kuli Bangunan

Ngentot Di Villa Rame-Rame

Cerita Seks ini terjadi Pada bulan
April Mas Pujo mendapat
panggilan ke Jakarta. Saya akan
berbagibeberapa cerita sex
pengalaman sex saya dan
menuliskan cerita seks disini yang
emangsesuai kenyataan.
Ternyata Mas Pujo mendapat
promosi untuk menduduki
jabatan yang lebih tinggi di Bumi
Nyiur Melambai. Promosi itu
adalah sesuatu yang
menggembirakan bagi kami tapi
juga sekaligus menyedihkan.
Karena itu berarti kami harus
berpisah dengan orang yang
paling kami sayangi, Meta.
Setelah hampir dua minggu dan
telah membuat perencanaan
yang masak, kami sepakat untuk
berterus terang pada Meta.
Acara kami buat di villa kami di
kawasan Kopeng. Sengaja kami
hanya berempat dengan Meta
dan kami memilih tepat pada hari
libur kerja yaitu Sabtu dan
Minggu. Kepada suaminya Meta
ijin akan mengikuti pelatihan
Manajemen Mikro. Meta
sebenarnya cukup merasa
penasaran meskipun sebenarnya
acara seperti ini telah sering
kami adakan, tapi memang
biasanya Meta tidak sampai
menginap.
Kami berangkat terpisah karena
Meta diantar oleh suaminya
sampai ke tempat bus Patas,
tapi sesampai di Salatiga kami
telah menunggunya, lalu Meta
turun dan terus bergabung
bersama kami menuju Kopeng.
“Uhh..! Kesel aku Mbak, masak
aku disuruh naik bus sendiri”
sungut Meta begitu turun dari
bus.
“Lho kan belum jadi direktur, ya
sabar dulu dong sayang..”
jawabku sambil membantu
mengangkat koper bawaannya.
“Mbak, aku di belakang ama Mas
Pujo ya, biar Mas Duta yang
setir” pintanya padaku. Aku tahu
betul akan kelakuannya itu,
Meta ingin bermanja-manja
dengan Mas Pujo.
“Iya deh.., asal Mbak tetep
dibagi..” godaku.
“Iih.. Mbak kan udah tiap hari
nyanding” balasnya. Mas Pujo
cuma nyengir, sedang Duta
sudah siap di belakang setir.
“Met.., apa tadi nggak dapat
saweran di bus” goda Duta
sambil menjalankan mobilnya.
“Iih.. Emangnya aku cewek
apaan” jawab Meta menirukan
gaya Nani Wijaya di serial Bajaj
Bajuri sambil menggelendot manja
pada Mas Pujo.
Memang Meta sangat
menyayangi Mas Pujo, bahkan
dialah yang paling pencemburu
dibandingkan aku yang isterinya.
Aku, Mas Pujo dan Duta juga
amat sayang padanya. Bagi kami
kebahagiaan yang kami rasakan
selama ini memang untuk
berempat. Kulihat Meta sudah
mulai mengantuk di pelukan Mas
Pujo.
“Mas pijit ya sayang..!” bisik Mas
Pujo di telinga Meta.
Meta merapatkan pelukannya.
Mas Pujo mulai memijit punggung
Meta. Pijitan Mas Pujo memang
benar-benar pijitan yang
menenangkan karena aku pun
sangat menyukainya. Bila sehabis
ML biasanya Mas Pujo memijit
punggungku sambil memelukku.
Itulah Mas Pujo yang romantis,
kata Meta.
Perjalanan Salatiga-Kopeng
hanya sekitar 45 menit. Aku
sendiri sebenarnya lelah setelah
tadi malam kuhabiskan dua
rondeku dengan kedua suamiku.
Cumbuan Duta yang begitu lama
membuatku benar-benar habis
tenaga, belum Mas Pujo yang
selalu mengambil babak akhir
permainan kami. Mas Pujo
memang sangat senang
membenamkan kontolnya ke
dalam memekku saat aku telah
mencapai orgasme. Biasanya ia
akan membenamkan kontolnya
dan memelukku dengan penuh
perasaan sambil menikmati
remasan-remasan memekku,
bahkan tadi malam sempat kram
rasanya otot-otot memekku
karena permainan mereka
berdua.
Seperti biasanya aku meminta
Duta untuk telentang dan
membuka kedua pahanya dengan
kepala bertelekan 2 bantal, lalu
aku menaikinya dengan posisi
membelakangi dan bertumpu
pada kedua tanganku ke
belakang. Posisi ini sangat aku
sukai karena Mas Pujo dapat
dengan mudah melumat clitorisku
sementara Duta memompa
memekku dari bawah sambil
meremas putingku. Rasanya
semua syaraf nikmatku tak ada
yang terlewat menerima
rangsangan dari keduanya.
Begitu aku orgasme yang ketiga
dan Duta memuntahkan
spermanya di memekku, langsung
Mas Pujo mengambil alih dengan
membenamkan kontolnya ke
memekku. Mas Pujo menikmati
kontraksi otot-otot vaginaku
dan berlama-lama berada di
sana, sebelum kemudian
memompa memekku dengan
penuh perasaan.
“Kok ngelamun Rien, kita dah
nyampe nih..!” ujar Duta
mengagetkanku sambil
memasukkan kendaraan ke
pelataran villa. Aku tergagap.
Kulihat Pak Kidjan penjaga villa
kami memberi salam.
“Meta, bangun sayang, kita udah
nyampe nih..!” bisik Mas Pujo.
Yang dibisiki menggeliat sambil
mengucek-ucek mata. Kembali
dipeluknya Mas Pujo dan mereka
berciuman lembut penuh
perasaan. Entah mengapa sejak
mula pertama Mas Pujo bercinta
dengan Meta tak ada rasa
cemburuku, aku malah bahagia
melihat keduanya, tapi anehnya
aku cemburu kalau Mas Pujo
dengan yang lain.
Pada pukul 17.00 tepat kami
sudah selesai memasukkan semua
bawaanke dalam villa dengan
dibantu Pak Kidjan. Setelah itu
kami suruh Pak Kidjan untuk
mengunci pagar dan pulang
karena kami katakan bahwa
kami ingin beristirahat dengan
tidak lupa memintanya agar
besok jam 10 dia datang lagi.
Villa ini dibeli oleh Duta karena
sebelumnya memang
direncanakan untuk coba-coba
usaha agribisnis. Bangunan yang
ada hanya sederhana saja
karena memang bekas bangunan
Belanda yang terletak di tengah-
tengahtanah seluas 1 hektar
yang di depannya ada rumah
penjaga yang jaraknya 75
meteran. Ada 4 kamar, yang dua
besar dan ada connecting door,
salah satunya ada 2 tempat
tidur dan yang satunya single,
dengan ruang tamu cukup luas,
ruang dapur dan garasi. Kami
sengaja memakai dua kamar
yang besar itu.
“Mandi dulu gih..” pinta Mas Pujo
pada saya dan Meta.
“Maas, Meta dimandiin Mas aja..
Ya” rengek Meta manja sambil
memegang lengan Mas Pujo.
“Idih, kan udah becal, Meta kan
bisa mandi cendili” goda Mas Pujo
dicedal-cedalkan.
“Nggak mau.., Meta mau mandi
ama Mas aja” jawab Meta
merajuk sambil cemberut dan
langsung minta gendong.
Aku dan Duta hanya senyum-
senyum melihat tingkah mereka.
Lalu Mas Pujo menggendong
Meta berputar-putar. Bibir
keduanya tampak berpagutan
mesra. Sambil tetap berciuman
mereka menuju kamar mandi,
yang oleh Duta sudah diganti
dengan jacuzzi besar yang cukup
untuk berendam 4 orang dan
ada air panasnya. Lalu Duta
meraihku dan memelukku, kami
berciuman.
“Nyusul yok.. Kita bisa saling
gosok” ajak Duta dengan
langsung menggendongku.
Di jacuzzi, Mas Pujo sedang
memeluk Meta dari belakang
sambil menciumi rambutnya, tapi
aku yakin bahwa pasti tangan
Mas Pujo yang satu tidak akan
jauh-jauh dari puting susu Meta,
sedang yang lain entah apa yang
digosok, tapi karena di dalam air
dan tertutup busa sabun jadi
tidak kelihatan. Sementara itu
yang dipeluk memejamkan
matanya penuh kenikmatan
sambil sesekali mendesis.
Aku turun dari gendongan Duta.
Kulepas semua pakaianku hingga
telanjang bulat, setelah itu ganti
kulucuti pakaian Duta sampai tak
bersisa. Kontol Duta yang besar
masih belum bangun penuh, jadi
masih setengah kencang. Dengan
berbimbingan tangan kami masuk
ke air dan Duta bersandar dekat
Mas Pujo. Dengan meluruskan
kedua kakinya, aku maju ke
pangkuan Duta, kutempelkan
bibir memekku ke atas kontol
Duta dan kutempelkan dadaku
ke dadanya. Hangatnya air dan
sentuhan kulit kami terasa
nikmat, benar-benar nikmat.
Dengan perlahan tapi pasti
benda bulat dalam lipatan bibir
memekku membesar mengeras
dan berusaha berdiri tegak, tapi
karena tertahan oleh belahan
memekku, benda tersebut tak
bisa tegak. Di sebelahku, Meta
juga sedang menduduki barang
yang sama seperti aku. Aku tahu
pasti, bahkan aku yakin bahwa
Mas Pujo masih belum
memasukkan barangnya ke
memek Meta. Kami berempat tak
ada yang bersuara, hanya
sesekali terdengar desahan lirih
dari mulut Meta tetapi kami
sama-sama tahu bahwa kami
masing-masing sedang menikmati
sesuatu yang tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata.
“Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan
Meta semakin keras diiringi geliat
tubuhnya yang seperti cacing
kepanasan.
“Aduh Mas, Meta nggak kuat.. Oh
Mbak, ooh.. Mas Duta, ayo dong,
Meta duluan” pintanya.
Kalau sudah begini biasanya Meta
memintaDuta untuk segera
membenamkan kontolnya ke
memeknya. Aku beringsut
meninggalkan Duta sementara
Mas Pujo masih memangku Meta
dari belakang dalam posisi kedua
kaki lurus ke depan dan
bersandar pada dinding jacuzzi.
Duta mendekat dari depan sambil
mengarahkan kontolnya ke arah
selangkangan Meta dan Meta
memberi jalan dengan
mengangkangkan kedua
pahanya. Perlahan dengan
bimbingan tangan Meta, kepala
kontol Duta memasuki memek
Meta, jelas terlihat dari
ekspresinya yang mendesis
keenakan. Lalu pesta seks ini
terus berlanjut.
Perlahan Duta mulai memompa
maju mundur terlihat dari riak
air yang mulai menggelombang,
sementara Mas Pujo memeluk
Meta dari belakang sambil
menciumi tengkuk dan belakang
telinganya. Saat-saat seperti itu
Meta nikmati dengan
memejamkan mata sambil giginya
beradu menahan nikmat yang
luar biasa. Meskipun kontol Mas
Pujo tidak melakukan penetrasi
namun aku yakin, pasti ada yang
mengganjal di anus Meta hingga
itu membuat sensasi tersendiri
untuknya. Tiba-tiba Meta
melepaskan pelukan Mas Pujo
dan ganti memeluk Duta. Sedang
Mas Pujo masih tetap tidak
dapat bergerak karena harus
memangku dua orang yang
sedang bersetubuh. Mas Pujo
hanya mengusap-usap punggung
dan pinggang Meta dari
belakang.
“Aduhh Mas, Meta ngga tahaan,
enghh..” desah Meta sambil
memeluk Duta erat-erat dan
dada Duta yang bidang terkena
sasaran gigitannya.
Melihat itu semua aku menjadi
sangat terangsang tapi kami
bertiga sudah bersepakat bahwa
kesempatan kali ini adalah milik
Meta sepenuhnya, jadi aku
mengalah dulu. Sementara itu
kutukar air jacuzzi dengan air
hangat tanpa membubuhkan
sabun. Begitu air telah mulai
berkurang, kulihat posisi Meta
yang mengangkang sementara
Duta memompanya dari depan
dan kontol Mas Pujo tertindih di
antara bokong Meta.
Sejenak Meta masih menikmati
saat-saat indah orgasmenya.
Kemudian Meta melepaskan diri
dari Duta dan berdiri membalik
menghadap Mas Pujo hingga
praktis memeknya berada di
depan mulut Mas Pujo. Diraihnya
pinggul Meta dan Mas Pujo mulai
menciumi dan menjilati memek
Meta.
“Aahh sshh Mas kita ke kamar
aja.. Meta nggak tahan nih”
rengek Meta. Mas Pujo berdiri
menggendong Meta dan
meninggalkan kami berdua
sementara Duta mulai berbalik
menciumi payudaraku.
“Rien ikut yuk..” ajak Duta.
Aku ikut saja sambil berpelukan
seperti Adam dan Hawa, kami
menyusul Mas Pujo dan Meta ke
kamar besar yang ada single
bed-nya. Kulihat Meta telah
telentang dan Mas Pujo
menindihnya, sekali-sekali
pinggulnya diangkat dan
dihunjamkannya dengan penuh
perasaan sampai melengkung.
Kutarik Duta dan segera aku
telentangkan diriku. Aku ingin
kontol Duta yang masih tegak
berdiri segera menusukku
mengisi relung vaginaku. Aku
ingin mempraktekkan sex yoga
yang baru aku pelajari dengan
Mas Pujo beberapa waktu lalu.
Sementara Mas Pujo dan Meta
menikmati saat-saat indah itu, di
sebelahku Duta membuka kedua
pahaku lebar-lebar dan
mengarahkan kontolnya ke
memekku yang telah merekah.
Perlahan-lahan, mili demi mili aku
rasakan benda itu mulai
memasuki memekku sebelum
akhirnya benda keras itu telah
dengan sempurna berada di
peraduannya. Kemudian Duta
menindihku dan memelukku
dengan sepenuh perasaan. Aku
sepenuhnya berkonsentrasi pada
apa yang sedang kurasakan dan
Duta mengikutinya hanya dengan
diam, tanpa gerakan memompa
hingga tanpa diperintah pun
saraf-saraf nikmat di sepanjang
lorong memekku bekerja, mula-
mula hanya gerakan-gerakan
halus.
Pada saat yang sama desiran-
desiran nikmat juga mulai
menjalari kedua payudaraku
yang tertindih dada Duta.
Semakin lama gerakan-gerakan
halus di sepanjang lorong
memekku berubah menjadi
remasan-remasan dan mulai
terasa getaran-getaran pada
batang kontol Duta, bahkan
kepala kontolnya terasa mulai
melebar pertanda akan
memuntahkan spermanya. Napas
Duta semakin memburu, aku
sendiri sudah tak ingat apa-apa.
Konsentrasiku hanya satu yaitu
pada rasa nikmat yang
menggelitiki mulai ujung puting
payudaraku sampai ke lorong-
lorong memekku. Dan.. Creet..
Creett.. Crett.. Ketika akhirnya
sperma itu membasahi relung-
relung memekku, jiwaku seakan
melayang menari-nari di atas
awan sambil berpelukan dengan
Dutaku sayang. Sejuta
kenikmatan kurasakan di sekujur
tubuhku. Sementara itu..
“Oohh.. Ahh aduh Mas.. Meta mau
nyampe lagi Mas..” suara desahan
Meta kembali menyadarkan aku
dan kudapati Duta yang masih
ngos-ngosan dengan bermandi
peluh mendekapku.
“Terima kasih Rien.. Kamu luar
biasa” bisiknya di telingaku. Aku
menoleh ke samping. Mas Pujo
juga sedang menjelang saat-saat
akhir mendekati puncak. Tampak
pinggulnya menghunjam
selangkangan Meta dalam-dalam
dan..
“Aahh.., adduhh Mmass..” Meta
dan Mas Pujo hampir bersamaan
mengejat-ngejat keenakan.
Akhirnya kami mengakhiri
permainan sore itu setelah jam
menunjukkan hampir pukul 19.00.
Rasa lapar akhirnya datang juga
mengingat kami belum makan
malam. Bergegas kulepas pelukan
Duta, lalu dengan telanjang bulat
aku pergi ke dapur. Kubuka
bungkusan-bungkusan bekal
yang telah aku siapkan. Meta
menyusul juga dalam keadaan
telanjang dan akhirnya kami
berempat menghadapi meja
makan masih dalam keadaan
telanjang tanpa ada yang
sempat membersihkan diri
bahkan dari celeh memekku dan
memek Meta masih tampak
meleleh sperma suami-suami kami.
Pagi itu aku bangun lebih awal
karena memang aku dapat
beristirahat penuh saat
malamnya. Kulihat Mas Pujo masih
memeluk Meta berhadapan,
sedang dari belakang Duta
tampak memepetkan tubuhnya
terutama pada bagian bokong
Meta, pasti batangnya masih
menancap.
Kebiasaan Duta selalu
membenamkan kontolnya sambil
tidur dan hebatnya tidak lepas,
tetap saja kencang di dalam
memek. Sedang Mas Pujo pasti
tangannya tak mau jauh-jauh
dari puting, aku tahu persis
kelakuan kedua laki-laki itu
karena aku juga sering
diperlakukannya demikian,
bedanya aku tidak dapat tidur
dengan kontol masih mengganjal
memekku, sedangkan Meta bisa,
mungkin karena kecapaian.
Dalam hal seks sebenarnya aku
sudah puas sekali dipenuhi oleh
Mas Pujo dan Duta tapi
kehadiran Meta kadang
membuatku ingin bereksperimen
terhadap respons sex yang
ditimbulkan oleh sesama jenis.
Meskipun aku sudah sering main
berempat, tapi biasanya aku
atau Meta hanya bersifat pasif
kurang dominan, sedangkan
peran utama tetap pada kedua
pria itu.
Pernah pada suatu hari Mas Pujo
sedang tidak ada di rumah
karena ada tugas ke luar kota
selama seminggu dan Duta
sedang ada di rumah setelah dari
Jakartaselama hampir 5 hari.
Kira-kira pada pukul 19.00, Meta
datang ke rumahku. Nampaknya
Meta tahu bahwa aku sedang
berduaan saja dengan Duta. Kami
duduk di ruang tamu. Seperti
biasa Meta agak kurang tertarik
untuk ML kalau dengan Duta. Aku
pamitke dapur untuk membuat
minuman. Aku sedang menyeduh
teh, ketika Duta tiba-tiba sudah
berada di belakangku. Sebelum
aku sadar apa yang terjadi, Duta
sudahmendekapku dari
belakang.
“Duta, jangan.. Jangan di sini
sayang, aku kan lagi pegang air
panas.. Gak boleh.. Ya sayang..”
kataku manja sambil berusaha
melepaskan diri.
“Rien..”, bisiknya sambil menciumi
leher dan telingaku.
“Rien.. Aku kangen banget sama
Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku
kangen banget”, bisiknya sambil
terus mendekapku erat-erat.
“Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari
masak udah gak sabar..” kataku
sambil meronta-ronta manja
dalam pelukannya.
“Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas
Duta sudah ngga kuat tuh..
Nggak kuaat kan Mas”, bisik
Meta tiba-tiba juga sudah
berada di belakang Duta tanpa
sehelai benang pun dengan sinar
mata penuh nafsu.
Tangan Meta tiba-tiba meremas
buah dadaku, menciumi leher dan
belakang telingaku. Tangan
kirinya merangkulku dan tangan
kanannya tahu-tahu sudah
meraba vaginaku sementara
pelukan Duta mengendur
memberi kesempatan. Aduh, gilaa,
sentuhanMeta malah
melambungkan nafsuku. Kalau
tadi aku pura-pura meronta,
sekarang aku malah pasrah,
menikmati remasan tangan Meta
di puting payudara dan di
vaginaku.
Aku dibaliknya menjadi
berhadapan, aku didekapnya,
dan diciumi wajahku. Dan
akhirnya bibirku dikulumnya
habis-habisan. Lidahnya masuk ke
mulutku, dan aku tidak sadar lagi
saatlidahku juga masuk ke
mulutnya. Meta menurutku saat
itu agak kasar tetapi benar-
benar romantis hingga aku
benar-benar terhanyut.
Sensasinya luar biasa, baru kali
itu aku merasakan nikmatnya
sentuhan sejenis.
Tanpa terasa Duta dan aku pun
telah telanjang bulat, entah
siapa yang melucutiku, mungkin
Duta. Kalau situasinya
memungkinkan, belaian sejenis
ternyata malah menjadi lebih
nikmat untuk dinikmati. Aku
membalas pelukannya, membalas
ciumannya. Kami semakin liar.
Tangan Duta menyingkap belahan
bokongku danmerogoh ke dalam
vaginaku yang sudah basah dari
belakang sedang tangan Meta
mengerjai vaginaku dari depan.
Didekapnya clitorisku dan dipijat-
pijatnya, diremasnya,
dimainkannya jarinya di belahan
vaginaku dan menyentuh
clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku
didorong Meta mepet menyandar
ke tubuh Duta, penisnya sudah
tegang sekali, mencuat ke atas.
Tangan kananku dibimbingnya
untuk memegangnya. Penis Duta
memang lebih besar daripada
punya Mas Pujo. Secara refleks
penisnya kupijat dan kuremas-
remas dengan gemas.
Duta semakin menekan penisnya
ke celah bokongku untuk
menerobos vaginaku. Aku paskan
di lubangku, dan akhirnya masuk,
masuk semuanya ke dalam
vaginaku. Duta dengan sangat
bernafsu mengocok penisnya
keluar masuk sementara
kuangkat satu pahaku dan Meta
telah merosot ke depan
selangkanganku untuk mengulum
clitorisku yang juga sudah
mencuat. Benar-benar kasar
gerakan Meta, tetapi gila, aku
sungguh menikmatinya.
Sementara penis Duta terasa
mengganjal dari belakang dan
nikmat sekali. Aku pegang
bokongnya dan kutekan-
tekankan agar mepet ke pangkal
pahaku,agar mencoblos lebih
dalam lagi.
“Duta.. Meta.. Aku ngga kuat..
Aduhh.. Kalian.. Curang..” bisikku
dengan nafas memburu.
“Ooh.. Meet..”
Cepat kudorong pinggulku ke
belakang, sehingga penis Duta
bertambah dalam di vaginaku
hingga aku mengejat-ngejat
menikmati orgasme.
“Orghh..” Duta melenguh seperti
kerbau disembelih pertanda akan
memuntahkan spermanya.
Lalu tangan Meta segera
mencabut dan menggenggam
penis Duta yang memuncratkan
spermanya di dalam mulut Meta
hingga sebagian tumpah di lantai
dapur. Kami berpelukan lagi
sambil mengatur napas kami. Ya
ampun, aku telah disetubuhi Duta
dandioral Meta dengan posisi
Duta berdiri, sambil mepet ke
tembok. Gila, aku menikmatinya,
aku berakhir orgasme dengan
sangat cepat, walaupun hanya
dilakukan tidak lebih dari 20
menit saja. Mungkin ini karena
sensasi yang kuperoleh dari
permainan dengan sesama jenis
juga.
*****
Pagi itu setelah selesai
membersihkan diri di kamar
mandi, timbul niatku untuk ganti
mengerjai Meta sekaligus
memberikan kenangan
perpisahan untuknya. Sambil
memisahkan pelukan Mas Pujo
dengan Meta, aku yang sudah
mandi dan masih telanjang bulat
menyelinap di antara tubuh
mereka.
“Biar aku yang gantiin peluk
Meta Mas..”, kataku pada Mas
Pujo.
Mas Pujo bangun dan langsung
ke kamar mandi. Kudekap Meta,
kupegang puting susunya yang
sebelah kiri sementara tangan
kananku meraba vaginanya.
Benar saja di memek Meta masih
terganjal kontol Duta. Meta
terbangun.
“Aku sayang sama Mbak Rien..”,
kata Meta sambil mencium
bibirku.
“Kamu luar biasa deh Met..
vegymu masih bisa pegang.. the
big gun”, bisikku sambil
tersenyum. Meta juga tersenyum
nakal, sambil ganti membelai
payudaraku.
“Punyaku kencang dan keset ya
Mas? Mas Pujo suka bilang gitu.
Meskipun udah buat lewat
anakku”, tanya Meta ke Duta
manja. Yang ditanya hanya
membuka matanya separuh.
“Mbak, punya Mbak Rien juga
masih oke banget kan, nyatanya
Mas Duta selalu ketagihan”, kata
Meta lagi. Kami berdua
tersenyum dan mempererat
pelukan kami.
Kuciumi Meta dari kening, mata,
hidung hingga mulut. Disambutnya
ciumankudengan permainan
lidahnya. Lama kami berciuman
dan tanganku pun tak henti
meremas teteknya yang kenyal.
Lalu kubuka bibir vaginanya.
Kemudian kususupkan tanganku
ke dalam belahan memeknya di
antara kontol Duta untuk
kemudian jari tengahku kutarik
ke atas hingga tepat menekan
clitorisnya. Memek Meta telah
banjir akibat kelenjar-kelenjar
memeknya mengeluarkan cairan
karena rangsangan tanganku
dan dari kontol Duta yang mulai
ditarik keluar masuk.
“Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please..
Sshh.. Don’t stop.. Aahh..” desah
Meta.
Lalu jari telunjukku memainkan
clitorisnya yang mulai menegang
sementara Duta memompanya
dari belakang dan mulutku telah
beralih turun ke putingnya.
Kuberanikan untuk menyodok-
nyodok memeknya dengan dua
jari. Agak kasar.
“Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta
ngga tahann.. Sshh..”
Meta mulai mengacak-acak
rambutku. Aku merosot ke arah
selangkangan Meta, kuangkat
paha Meta yang kiri dan aku
bantalkan kepalaku pada paha
satunya. Dengan posisi paha
bawah menekuk begini aku dapat
leluasa menjilaticlitoris Meta dari
depan sedangkan Duta tetap
leluasa memompa dari belakang.
“Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau
keluar..” Meta berteriak tidak
tahan diperlakukan demikian.
Kedua pahanya mulai bergerak
akan dijepitkan pada kepalaku
sambil terus menggoyangkan
pantatnya, tiba tiba Meta
menjerit histeris..
“Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini..
Orgghh..” Meta terus mengejat-
ngejat dengan ritmis pertanda
dia sudah keluar.
Duta terus menggenjot
pantatnya semakin cepat dan
keras hingga mentok ke dasar
memek Meta. Dan.. crett..
crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah
sperma Duta dari sela-sela
memek Meta saat sperma Duta
keluar. Aku langsung
menyedotnya habis sampai
bersih.
Rupanya Mas Pujo sudah selesai
mandi dan begitu Duta mencabut
kontolnya dari memek Meta
langsung saja Mas Pujo
menggantikan posisi Duta dengan
tidur miring dan memasukkan
kontolnya ke memek Meta dari
belakang.
Mas Pujo mulai mengayunkan
kontolnya, walau tampak agak
kelelahan tapi Meta berusaha
mengimbangi. Setelah agak lama
Mas Pujo meminta Meta untuk
berposisi menungging dengan
tanpa melepaskan kontolnya.
Otomatis Meta mengangkangiku
dalam posisi 69. Aku terus saja
mengambil posisi merengkuh
bokong Meta dan mengganjal
kepalaku dengan dua bantal
agar mulutku dapat pas di
clitoris Meta. Mas Pujo langsung
mendorong pantatnya.
Aku terkesiap ketika kurasakan
lidah Meta sudah memainkan
clitorisku, sambil meremas
tetekku yang dari tadi
terbiarkan. Aku pun mengangkat
pantatku dan menarik pinggul
Meta hingga kami berpelukan
dengan bantalan tetekku dan
tetek Meta. Rasanya jiwaku
melayang apalagi saat sesekali
aku dapat meraih kontol Mas
Pujo untuk kukulum dan
memasukkannya lagi ke memek
Meta.
“Aduuhh..,.. Met..” erang Mas Pujo
sambil terus laju memompa
memek Meta, dan dua buah
pelirnya memukul-mukul ubun-
ubunku.
Tiba-tiba ditahannya pantat
Meta kuat-kuat agar tidak
bergoyang. Dengan menahan
pantat Meta kuat-kuat itulah
Mas Pujo dapat memompa lebih
kuat dan dalam, sedangkan aku
dengan susah payah harus
melumat clitoris Meta. Rupanya
Mas Pujo kuat juga meskipun
telah berkali-kali kemaluannya
menggocek memek Meta tadi
malam tapi masih tetap saja
tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda kelelahan bahkan
semakin meradang.
Kulepas mulutku dari clitoris
Meta dan terus kutekan dengan
jari tengahku sambil kugosok
naik turun seperti
bermasturbasi, dan tiba-tiba
Meta mengapit kepalaku.
“Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas..
Pujo,” kudengar erangan Meta
mulai tidak karuan saat aku
terus melakukan gosokan pada
clitorisnya.
“Mbak Rien..,.. Aku mau keluar..
Ahhgg..” desahnya lagi.
Mendengar desahan Metam aku
dan Mas Pujo seperti dikomando,
semakin gencar melakukan
gosokan sambil tanganku naik
turun untuk mempercepat
rangsangannya dan Mas Pujo
mempercepat tempo
genjotannya. Dan tak lama
kemudian.., seerrtt.., seerrtt
kurasakan dua semburan lelehan
putih dari bibir memek Meta
serta kedua pahanya semakin
mengapit kepalaku kuat-kuat.
Lelehan warna putih pekat di
tanganku kumasukan mulutku,
terasa agak manis asin.
Setelah kedutan-kedutan memek
Meta berhenti, kulihat kontol
Mas Pujo yang masih tegar
kuraih, kuhisap dan kukulum
serta kujilat pada kemaluan yang
membonggol itudan hasilnya luar
biasa.., aku merasa ukurannya
bertambah besar dan mulai
bekedut-kedut. Kuhisap lagi
berulang kali sampai aku puas.
Aku mulai merasakan adanya
cairan manis keluar dari ujung
kemaluan itu. Aku terus
berusaha, mulutku mulai payah.
Kugoyang-goyangkan telur
kemaluan Mas Pujo.
“Ahh Rienn..” desah Mas Pujo.
Creet.. crett.. Saking kuatnya
semprotan dari kemaluan Mas
Pujo, kurasakan ada air maninya
yang langsung masuk tertelan.
Kuhisap terus sampai terasa
tidak ada lagi air mani yang
keluar dari kemaluan Mas Pujo.
Kubersihkan kemaluan Mas Pujo
dengan menjilatinya sampai
bersih. Aku puas merasakannya.
Aku bahagiaa. Sebentar
kemudian kurasakan
kemaluannya mulai mengecil dan
melemas. Pada saat telah kecil
dan lemas tersebut, aku merasa
mulutku mampu melahap
kemaluannya secara menyeluruh.
Kuangkat tubuh Meta tidur ke
samping. Kami tidak berpakaian.
Meta mulai merapatkan matanya
sambil tangannya merangkulku
dan tubuhnya yang berkeringat
merapat ke tubuhku. Meskipun
udara Kopeng dingin, tetapi
tubuh kami masih kepanasan
berkeringat akibat permainan
tadi.
Siangnya pada jam 10.00, kami
rapat dengan dihadiri Pak Kidjan
penunggu Vila dan memutuskan
bahwa pengelolaan usaha yang
ada di Jawa termasuk kebun dan
villa akan menjadi tanggung
jawab Meta. Meta hanya
menangis ketika kami sampaikan
bahwa kami harus pindah, tapi
dengan fasilitas dan keuangan
yang ia kelola, Meta akan dapat
menyusul kami sewaktu-waktu.
“Kami tak akan pernah
melupakanmu Met..,” itulah kata-
kata kami kepada Meta sebelum
kami akhirnya terbang ke Bumi
Nyiur Melambai.
More aboutNgentot Di Villa Rame-Rame

Ngentot Dengan Istri Teman Kostku

Cerita Sex ini
diawali dari aku yang bekerja di
kota jakarta dan kota
metropolitan. Meskipun aku
bekerja di Jakarta dan digaji
besar, aku lebih suka tinggal di
perkampungan. Nah inilah yang
menyebabkan aku bisa
mengisahkan cerita seks dan
cerita sex ku disini. Mulai dari
Kosku berada di wilayah Jakarta
Selatan dekat perbatasan
Tangerang. Lokasinya yang
nyaman dan tenang, jau dari
hiruk pikuk kota, membuatku
betah tinggal lama disini sejak
tahun 2002. Sudah 7 tahun lebih
aku belum pernah pindah.
Tetangga-tetangga pun heran
mengapa aku betah tinggal disitu
padahal bu kostku terkenal
orangnya kolot dan masih
memegang tradisi lama.
Orangnyapun alim dan tidak suka
anak kostnya berbuat macam-
macam dan kalau ketahuan
sudah pasti diusir dari rumah
kostnya.
Rumah kostku 2 lantai yang
disewakan hanya 5 kamar
dengan ukuran sedang dan
kostnya baik untuk putra
maupun putri, yang masih single
maupun yang sudah berkeluarga.
Kamar mandi untuk anak kost
disedakan ada 2 didalam rumah
satu dan yang diluar juga ada.
Ibu koskupun tinggal disitu cuman
tinggaldi kamar sebelah dalam
bersama anak semata
wayangnya Mas Rano.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun
2005, Rumah kost hanya terisi
dua satu untukku dan
sebelahnya lagi keluarga Mas
Tarno berasal dari Yogyakarta.
Mas Tarno umurnya 2 tahun
diatasku jadi waktu itu sekitar
26 tahun. Istrinya bernama Nita
seumuran denganku. Nita
orangnya manis putih tinggi
sekitar 165 cm ukuran payudara
sekitar 34-an. Mereka sudah
dikaruniai satu orang anak masih
berumur 2 tahun bernama Rara.
Mas Tarno orangnya
penggangguran. Jadi untuk
keperluan, Nita-lah yang bekerja
dari pagi sampai malam di sebuah
Supermarket terkenal
(supermarket ini sering dikenai
sanksi oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha lho!!!….hayo
tebak siapa bisa..hahahaha….)
sebagai SPG sebuah produk susu
untuk balita. Karena
keperluannya yang begitu
banyak, Nita (menurut
pengakuannya) sampai meminta
pihak manajemen untuk bisa
bekerja 2 shift.
Tentunya keluarga macam ini
sering cek-cok. Nita
mengganggap Mas Tarno
orangnya pemalas bisanya hanya
minta duit untuk beli rokok.
Padahal jerih payah Nita
seharusnya untuk beli susu buat
Rara putrinya. Mas Tarno pun
sering membalas omelan-omelan
Nita dengan tamparan dan
tendangan bahkan dilakukan
didepan anaknya. Aku sendiri
tidak betah melihat
pertengkaran itu.
Suatusaat, Mas Tarno dapat
pekerjaan sebagai ABK dan
tentunya harus meninggalkan
keluarganya dalam waktu yang
cukup lama. Nita senangnya
bukan main mendengarnya. Akan
tetapi hal itu tidak berlangsung
lama.
Pada malam itu, aku ngobrol
dengan Nita dikamarnya sambil
nonton TV. Si Rara muter-muter
sambil bermain maklum umur
segitu masih lucu-cucunya.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak
ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo
Mas Tarno nggak ada.” Keluh
Nita kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak
kerja tetep nyusahin. wajar khan
kaloaku minta duit ke Mas
Tarno? Aku khan istrinya. Eh,
Dianya marah-marah. Besoknya
aku diomelin juga ama ibu
mertuaku. Katanya aku nggak
boleh minta duitnya dulu biar
bisa buat nabung. Gombal!!! Aku
nggak percaya Mas Tarno bisa
nabung!!!” Dia jawab dengan
marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk
menenangkannya apalagi Rara
dah minta bobo’.
“Seandainya Mas Tedy yang jadi
suamiku mungkin aku tidak akan
merana. Mas Tedy dah dapat
pekerjaan tetap dan digaji besar
sedangkan suamiku, Mas Tarno
hanya pekerja kasar di kapal
itupun baru sebulan sebelumnya
penggangguran.” Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-
andai….biarkan hidup mengalir
saja.” Jawabku sekenanya.
“Mas, …..
Tiba-tiba Nita duduk disebelahku
mengapit tangganku dan
menyandarkan kepalanya. Aku
sungguh terkejut. Aku tahu Nita
butuh kasih sayang, butuh
belaian, butuh perhatian. Bukan
tendangan dan tamparan. Aku
balas dia dengan pelukan di
bahunya. Sayang sekali Wanita
semanis Nita disia-siakan oleh
laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki
normal punya nafsu terhadap
wanita. Justru inilah
kesempatanku untuk mengerjai
Nita apalagi ibu kostku
menjengguk keluarganya di
Surabaya selama seminggu dan
baru berangkat kemarin malam
dan Mas Rano dapat jatah kerja
Shift malam di sebuah Mall.
Yuhuyyy…akhirnya kesempatan
itu tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu
sedang memakai daster, tanpa
basa basi aku langsung
merengkuh tubuh Nita yang
montok itu kedalam pelukanku
dan langsung kucium bibirnya
yang tipis itu. Nita memeluk
tubuhku erat erat, Nita sangat
pandai memainkan lidahnya,
terasa hangat sekali ketika
lidahnya menyelusup diantara
bibirku. Tanganku asyik meremas
susu Nita yang tidak seberapa
besar tapi kencang, pentilnya
kupelintir membuat Nita
memejamkan matanya karena
geli. Dengan sigap aku menarik
daster Nita, dan seperti biasanya
Nitasudah tak mengenakan apa
apa dibalik dasternya itu
ternyata Nita memang sudah
merencanakannya tanpa
sepengetahuanku. Tubuh Nita
benar benar aduhai dan
merangsang seleraku, tubuhnya
semampai, putih dengan susu
yang pas dengan ukuran
tubuhnya ditambah nonok yang
tak berambut mencembung.
“Eh gimana kalo si Rara bangun?”
tanyaku.
“Tenang aja Mas Tedy, Susu
yang diminum Rara tadi dah aku
campurin CTM.” Jawabnya
dengan gaya yang manja. Benar-
benar persiapan yang sempurna.
Ketikakubentangkan bibir
nonoknya, itilnya yang sebesar
biji salak langsung menonjol
keluar. ketika kusentuh dengan
lidahku, Nita langsung menjerit
lirih. Aku langsung mencopot baju
dan celanaku sehingga penisku
yang sepanjang 12 cm langsung
mengangguk angguk bebas.
Ketika kudekatkan penisku ke
wajah Nita, dengan sigap pula
Nita menggenggamnya dan
kemudian mengulumnya. Kulihat
bibir Nita yang tebal itu sampai
membentuk huruf O karena
penisku yang berdiameter 3 cm
itu hampir seluruhnya memadati
bibir mungilnya, Nita sepertinya
sengaja memamerkan kehebatan
kulumannya, karena sambil
mengulum penisku ia berkali kali
melirik kearahku. Aku hanya
dapat menyeringai keenakan
dengan servis Nita ini. Mungkin
posisiku kurang tepat bagi Nita
yang sudah berbaring itu
sementara aku sendiri masih
berdiri disampingnya, maka Nita
melepaskan kulumannya dan
menyuruhku berbaring
disebelahnya. Setelah aku
berbaring dengan agak tergesa
gesa Nita merentangkan kedua
kakiku dan mulai lagi menjilati
bagian peka disekeliling penisku,
mulai dari pelirku, terus naik
keatas sampai keNitang
kencingku semuanya dijilatinya,
bahkan Nita dengan telaten
menjilati Nitang duburku yang
membuat aku benar benar
blingsatan. Aku hanya dapat
meremas remas susu Nita serta
merojok nonoknya dengan jariku.
Aku sudah tak tahan dengan
kelihaian Nita ini, kusuruh dia
berhenti tetapi Nita tak
memperdulikanku malahan ia
makin lincah mengeluar masukkan
peniskukedalam mulutnya yang
hangat itu. Tanpa dapat dicegah
lagi air maniku menyembur keluar
yangdisambut Nita dengan
pijatan pijatan lembut dibatang
penisku seakan akan dia ingin
memeras air maniku agar keluar
sampai tuntas.
Ketika Nita merasa kalau air
maniku sudah habis keluar
semua, dengan pelan pelan dia
melepaskan kulumannya, sambil
tersenyum manis ia melirik
kearahku. Kulihat ditepi bibirnya
ada sisa air maniku yang masih
menempel dibibirnya, sementara
yang lain rupanya sudah habis
ditelan oleh Nita. Nita langsung
berbaring disampingku dan
berbisik “Mas Tedy diam saja ya,
biar saya yang memuaskan
Mas !” Aku tersenyum sambil
menciumi bibirnya yang masih
berlepotan air maniku sendiri itu.
Dengan tubuh telanjang bulat
Nita mulai memijat badanku yang
memang jadi agak loyo juga
setelah tegang untuk beberapa
waktu itu, pijatan Nita benar
benar nyaman, apalagi ketika
tangannya mulai mengurut
penisku yang setengah ngaceng
itu, tanpa dihisap atau diapa
apakan, penisku ngaceng lagi,
mungkin karena memang karena
aku masih kepengen main
beberapa kali lagi maka nafsuku
masih bergelora. Aku juga makin
bernafsu melihat susu Nita yang
pentilnya masih kaku itu, apalagi
ketika kuraba nonoknya
ternyata itilnya juga masih
membengkak menandakan kalau
Nita juga masih bernafsu hanya
saja penampilannya sungguh
kalem .
Melihat penisku yang sudah
tegak itu, Nita langsung
mengangkangi aku dan
menepatkan penisku diantara
bibir nonoknya, kemudian pelan
pelan ia menurunkan pantatnya
sehingga akhirnya penisku habis
ditelan nonoknya itu. Setelah
penisku habis ditelan nonoknya,
Nita bukannya menaik turunkan
pantatnya, dia justru memutar
pantatnya pelan pelan sambil
sesekali ditekan, aku merasakan
ujung penisku menyentuh dinding
empuk yang rupanya leher rahim
Nita. Setiap kali Nita menekan
pantatnya, aku menggelinjang
menahan rasa geli yang sangat
terasa diujung penisku itu.
Putaran pantat Nita
membuktikan kalau Nita memang
jago bersetubuh, penisku
rasanya seperti diremas remas
sambil sekaligus dihisap hisap oleh
dindingnonok Nita. Hebatnya
nonok Nita sama sekali tidak
becek, malahan terasa legit
sekali, seolah olah Nita sama
sekali tak terangsang oleh
permainan ini. Padahal aku yakin
seyakin yakinnya bahwa Nita
juga sangat bernafsu, karena
kulihat dari wajahnya yang
memerah, serta susu dan itilnya
yang mengeras seperti batu itu.
Aku makin lama makin tak tahan
dengan gerakan Nita itu,
kudorong ia kesamping sehingga
aku dapat menindihinya tanpa
perlu melepaskan jepitan
nonoknya. Begitu posisiku sudah
diatas, langsung kutarik penisku
dan kutekan sedalam dalamnya
memasuki nonok Nita. Nita
menggigit bibirnya sambil
memejamkan mata, kakinya
diangkat tinggi tinggi serta
sekaligus dipentangnya pahanya
lebar lebar sehingga penisku
berhasil masuk kebagian yang
paling dalam dari nonok Nita.
Rojokanku sudah mulai tak
teratur karena aku menahan
rasa geli yang sudah memenuhi
ujung penisku, sementara Nita
sendiri sudah merintih rintih
sambil menggigiti pundakku.
Mulutku menciumi susu Nita dan
menghisap pentilnya yang kaku
itu, ketika Nita memintaku untuk
menggigiti susunya, tanpa pikir
panjang aku mulai menggigit
daging empuk itu dengan penuh
gairah, Nita makin keras merintih
rintih, kepalaku yang menempel
disusunya ditekan keras keras
membuatku tak bisa bernafas
lagi, saat itulah tanpa permisi lagi
kurasakan nonok Nitamengejang
dan menyemprotkan cairan
hangat membasahi seluruh
batang penisku.
Ketika aku mau menarik
pantatku untuk memompa
nonoknya, Nita dengan keras
menahan pantatku agar terus
menusuk bagian yang paling
dalam dari nonoknya sementara
pantatnya bergoyang terus
diatas ranjang merasakan sisa
sisa kenikmatannya. Dengan
suara agak gemetar merasakan
kenikmatannya, Nita menanyaiku
apakah aku sudah keluar, ketika
aku menggelengkan kepala, Nita
menyuruhku mencabut penisku.
Ketika penisku kucabut, Nita
langsung menjilati penisku
sehingga cairan lendir yang
berkumpul disitu menjadi bersih.
Penisku saat itu warnanya sudah
merah padam dengan gagahnya
tegas keatas dengan urat
uratnya yang melingkar lingkar
disekeliling batang penisnya. Nita
sesekali menjilati ujung penisku
dan juga buah pelirku. Ketika
Nita melihat penisku sudah bersih
dari lendir yang membuat licin
itu, dia kembali menyuruhku
memasukkan penisku, tetapi kali
ini Nita yang menuntun penisku
bukannya keNitang nonoknya
melainkan keNitang duburnya
yang sempit itu. Aku menggigit
bibirku merasakan sempit serta
hangatnya Nitang dubur Nita,
ketika penisku sudah menyelusup
masuk sampai kepangkalnya, Nita
menyuruhku memaju mundurkan
penisku, aku mulai menggerakkan
penisku pelan pelan sekali.
Kurasakanbetapa ketatnya
dinding dubur Nita menjepit
batang penisku itu, terasa
menjalar diseluruh batangnya
bahkan terus menjalar sampai
keujung kakiku. Benar benar
rasa nikmat yang luar biasa,
baru beberapa kali aku
menggerakkan penisku, aku
menghentikannya karena aku
kuatir kalau air maniku
memancar, rasanya sayang sekali
jika kenikmatanitu harus segera
lenyap. Nita menggigit pundakku
ketika aku menghentikan
gerakanku itu, ia mendesah
minta agar aku meneruskan
permainanku. Setelah kurasa
agak tenang, aku mulai lagi
menggerakkan penisku
menyelusuri dinding dubur Nita
itu, dasar sudah lama menahan
rasa geli, tanpa dikomando lagi
air maniku tiba tiba memancar
dengan derasnya, aku melenguh
keras sekali sementara Nita juga
mencengkeram pundakku.
Aku jadi loyo setelah dua kali
memuntahkan air mani yang aku
yakin pasti sangat banyak.
Tanpa tenaga lagi aku terguling
disamping tubuh Nita, kulihat
penisku yang masih setengah
ngaceng itu berkilat oleh lendir
yang membasahinya. Nita
langsung bangun dari tempat
tidur, dengan telanjang bulat ia
keluar mengambil air dan
dibersihkannya penisku itu, aku
tahu kali ini dia tak mau
membersihkannya dengan lidah
karena mungkin dia kuatir kalau
ada kotorannya yang melekat.
Setelah itu, disuruhnya aku
telungkup agar memudahkan dia
memijatku, aku jadi tertidur,
disamping karena memang lelah,
pijatan Nita benar benar enak,
sambil memijat sesekali dia
menggigiti punggungku dan
pantatku. Aku benar benar puas
menghadapi perempuan satu ini.
Aku tertidur cukup lama, ketika
terbangun badanku terasa segar
sekali,karena selama aku tidur
tadi Nita terus memijit tubuhku.
Ketika aku membalikkan tubuhku,
ternyataNita masih saja
telanjang bulat, penisku mulai
ngaceng lagi melihat tubuh Nita
yang sintal itu, tanganku meraih
susunya dan kuremas dengan
penuh gairah, Nitapun mulai
meremas remas penisku yang
tegang itu.
“Yuk kita ke kamar mandi”
ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar
kamar sambil bugil tapi aku
sempatkan menyambar 2 buah
handuk kemudian berjalan
mengendap masuk , takut
ketahuan tetangga sebelah
rumah dan mengunci pintu kamar
mandinya dari dalam.
”Nit…kamu seksi banget..”
desisku sambil lebih
mendekatinya, dan langsung
mencium bibirnya yang ranum.
Nita membalas ciumanku dengan
penuh gairah, dan aku
mendorong tubuhnya ke dinding
kamar mandi.
Tangankumembekap dadanya
dan memainkan putingnya. Nita
mendesah pelan. Ia menciumku
makin dalam. Kujilati putingnya
yang mengeras dan ia melenguh
nikmat. Aku ingat, pacarku paling
suka kalau aku berlama-lama di
putingnya. Tapi kali ini tidak ada
waktu, karena sudah menjelang
pagi. Nita mengusap biji pelirku.
Kunaikan tubuh Nita ke bak
mandi. Kuciumi perutnya dan
kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali.
Kujilati liangnya dengan nikmat,
sudah sangat basah sekali. ia
mengelinjang dan kulihat dari
cermin, ia meraba putingnya
sendiri, dan memilin-milinnya
dengan kuat.
Kumasukan dua jari tanganku ke
dalam liangnya, dan ia menjerit
tertahan. Ia tersenyum padaku,
tampak sangat menyukai apa yg
kulakukan. Jari telunjuk dan
tengahku menyolok-nyolok ke
dalam liangnya, dan jempolku
meraba-raba kasar klitorisnya. Ia
makinmembuka pahanya,
membiarkan aku melakukan
dengan leluasa. Semakin aku
cepat menggosok klitorisnya,
semakin keras desahannya.
Sampai-sampai aku khawatir
akan tetangga sebelah rumah
dengar karena dinding kamar
mandi bersebelahan tepat
dengan dinding rumha tetangga.
Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku,
dan seperti menyuruhku menjilati
liangnya.
” Ahhh…ahhh….Mas…
Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia
mendesah-desah girang ketika
lidahku menekan klitorisnya
kuat2. Dan jari-jariku makin
mengocok liangnya. Semenit
kemudian, Nita benar-benar
orgasme, dan membuat mulutku
basah kuyub dengan cairannya.
Ia tersenyum lalu mengambil
jari2ku yang basah dan
menjilatinya sendiri dengan
nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di
atas toilet yg tertutup, Ia duduk
bersimpuh dan mengulum penisku
yang belum tegak benar. Jari-
jarinya dengan lihay mengusap-
ngusap bijiku dan sesekali
menjilatnya. Baru sebentar saja,
aku merasa akan keluar. Jilatan
dan isapannya sangat kuat,
memberikan sensasi aneh antara
ngilu dan nikmat. Nita melepaskan
pagutannya, danlangsung duduk
di atas pangkuanku.
Iabergerak- gerak sendiri
mengocok penisku dengan penuh
gairah. Dadanya naik turun
dengan cepat, dan sesekali
kucubit putingnya dengan keras.
Ia tampak sangat menyukai
sedikit kekerasan. Maka dari itu,
aku memutuskan untuk berdiri
dan mengangkat tubuhnya
sehingga sekarang posisiku
berdiri, dengan kakinya
melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi
dan mulai kukocok dengan kasar.
Nita tampak sangat
menyukainya. Ia mendesah-desah
tertahan dan mendorong
kepalaku ke dadanya. Karena
gemas, kugigit dengan agak
keras putingnya. Ia melenguh ,”
Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…
aghhh…”
Kugigit dengan lebih keras puting
kirinya, dan kurasakan asin
sedikit di lidahku. Tapi tampaknya
Nitamakin terangsang.Penisku
terus memompa liangnya dengan
cepat, dan kurasakan liangnya
semakin menyempit…
Penisku keluar masuk liangnya
dengan lebih cepat, dan tiba-tiba
mata Nita merem melek, dan ia
semakin menggila, lenguhan dan
desahannya semakin kencang
hingga aku harus menutup
mulutnya dengan sebelah
tangannku.
”Ah Maass…Ehmm… Arghh…
Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…” Nita
orgasme untuk kesekian kalinya
dan terkulai ke bahuku.
Karenaaku masih belum keluar,
aku mencabut penisku dari
liangnya yang banjir cairannya,
dan membalikan tubuhnya
menghadap toilet. Biasa kalau
habis minum staminaku memang
suka lebih gila. Nita tampak
mengerti maksudku, ia
menunggingkan pantatnya, dan
langsung kutusuk penisku ke
liangnya dari belakang. Ia
mengeram senang, dan aku bisa
melihat seluruh tubuhnya dari
cermin di depan kami. Ia tampak
terangsang, seksi dan acak-
acakan.
Aku mulai memompa liangnya
dengan pelan, lalu makin cepat,
dan tangan kiriku meraih puting
payudaranya, dan memilinnya
dengan kasar, sementara tangan
kanankusesekali menepuk keras
pantatnya. Penisku makin cepat
menusuk2 liangnya yang semakin
lama semakin terasa licin.
Tanganku berpindah-pindah,
kadang mengusap-ngusap
klitorisnya dengan cepat.
BadanNita naik turun sesuai
irama kocokanku, dan penisku
semakin tegang dan terus
menghantam liangnya dari
belakang. Ia mau orgasme lagi,
rupanya, karena wajahnya
menegang dan ia mengarahkan
tanganku mengusap klitorisnya
dengan lebih cepat.
Peniskuterasa makin becek oleh
cairan liangnya.
“Nita..aku juga mau keluar nih….”
” oh tahan dulu…kasih
aku….penismu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan
tubuhnya, dan mencaplok
penisku dengan rakus. Ia
mengulumnya naik turun dengan
cepat seperti permen, dan dalam
itungan detik, menyemprotlah
cairan maniku ke dalam mulutnya.
”ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku
tertahan.
Nitamenyedot penisku dengan
nikmat, menyisakan sedikit rasa
ngilu pada ujung penisku, tapi ia
tidak peduli, tangan kirinya
menekan pelirku dan kanannya
mengocok penisku dengan
gerakan makin pelan. Kakiku
lemas dan aku terduduk di kursi
toilet yg tertutup. Nita berlutut
dan menjilati seluruh penisku
dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih
penisku, ia memakaikan
handukku, lalu memakai
handuknya sendiri. Ia memberi
isyarat agar aku tidak bersuara,
lalu perlahan-lahan membuka
pintu kamar mandi. Setelah yakin
aman, ia keluar dan aku
mengikutinya dari belakang.
Setelah kejadian itu aku sama
Nita semakin gila-gilaan dalam
bermain seks sampai dengan ibu
kosku kembali dari Surabaya
tentunya aku hanya bisa
melakukannya di malam hari
More aboutNgentot Dengan Istri Teman Kostku